Cast :
Kim Jongin (exo)
Lee Mihyo (oc)
And Other
poster art by Joongie @Cover Fanfiction
Kesibukan dari murid lainnya terbuyar
tatkala anak perempuan yang duduk di pojok kelas menangis meraung-raung memnyebut
nama ibunya.
Seorang wanita paruh baya yang menyandang
gelar sebagai guru melukis mengambil tindakan dengan menghampiri muridnya yang
menangis makin kencang. Guru Oh Hye Rin adalah namanya. Ia mengelus lengan anak
itu, mencoba menenangkannya.
“Sudah, sudah. Tak perlu menangis. Mari
biar guru bantu menggambar gajah ya?”
Guru Oh meraih pensil berwarna biru
lantas menggoreskannya pada kertas putih. Namun anak itu tak kunjung meredakan
tangisnya. Bahkan semakin keras, anak itu terisak hingga mengeluarkan cairan
putih agak hijau dari lubang hidungnya. Hal itu memancing murid lain untuk
mengolok-oloknya.
“Hahaha.. lihat dia! Sudah cengeng
ingusan pula! Dasar anak mama, hahaha..”
Anak itu –siswi yang tengah menangis-
menatap laki-laki yang menjadi pelopor untuk menyebutnya ‘anak mama’. Mihyo
adalah namanya. Ia menatap Kai –anak laki-laki itu— dengan tatap datar namun
menusuk dan cenderung memilukan. Semua siswa menyorakinya, menggemakan tawa
geli yang ditujukan pada Mihyo.
“Eh, sudah, hentikan! Tidak baik
mengolok-olok teman seperti itu!” Lerai guru Oh.
Mihyo menarik ingusnya untuk bersembunyi
dalam rongga hidung dan sisanya dihapus memakai jaketnya yang sebelumnya
tersimpan di dalam laci meja. Masih sesenggukan Mihyo berlari meninggalkan
kelas. Air matanya tumpah ruah menghias wajah bulatnya.
“Dasar manja!” Seru Kai yang masih mampu
ditangkap oleh gendang telinga Mihyo. Anak perempuan itu tetap berlari
meninggalkan kelas dengan tangis serta rasa malu.
***
12 Years Later…
Laki-laki berseragam lengkap menyusuri
lorong yang sudah sepi. Tentu saja, karena jam masuk sudah lewat sejak dua
puluh menit lalu. Ia didampingi seorang guru disampingnya pun akhirnya tiba di
ruangan yang bertuliskan 2 Art 3. Guru yang tadinya berdiri disamping Kai kini
berdiri diambang pintu, berbicara dengan guru wanita yang sebelumnya sedang
mengajar di dalam kelas itu. Lalu guru wanita itu mengangguk dan menyuruh Kai
ikut bersamanya.
“Terima kasih guru Yeon.”
Wanita yang disebut sebagai guru Yeon pun
mengangguk seraya menampilkan senyum dan mempersilahkan kepala sekolah
meninggalkannya.
“Eh, dia siapa tuh?”
“Tampan ya..”
“Aish! Kamu ini setiap melihat namja
sedikit pasti selalu bilang tampan. Ingat, sekolah dulu yang benar!”
Gadis itu memanyunkan bibirnya, “Iya
iya.” Siswi berambut sebahu yang duduk disampingnya hanya tersenyum.
“Anak-anak, hari ini kita kedatangan
siswa baru. Guru harap kalian mampu berteman baik dengannya.”
“Ne
songsaengnim..”
Guru Yeon tersenyum, lantas
mempersilahkan siswa baru itu duduk di bangku kosong dekat jendela.
“Jangan dilihatin terus kali, nona Mihyo.”
Tegur Hyun Mi tatkala mendapati teman sebangkunya memandang berlebihan kearah
siswa baru itu.
“Kira-kira namanya siapa ya?”
Hyun Mi berdeham ringan, “Katanya suruh
fokus sama sekolah dulu, tapi kok sepertinya kamu naksir sama dia? Dasar
labil!”
Mihyo memutar kepalanya cepat, menatap
Hyun Mi tajam dengan kening berlapis-lapis, “Apaan coba? Kalau ngomong jangan
sembarangan!”
“Eh, enggak sembarangan kok. Kan sudah
ada buktinya.”
“Hyun Mi, siapa juga yang naksir murid
baru itu? Aku cuma heran sewaktu lihat wajahnya. Rasanya seperti pernah melihat
dan sudah tak asing lagi.”
“Udahlah, nggak usah alesan.” Ujarnya
sembari meneruskan sketsanya yang belum usai.
Kai memperhatikan anak-anak lain yang ada
disekitarnya. Mereka semua sibuk membuat karya masing-masing diatas kertas
gambar.
“Kamu kenapa belum menggambar?” Tegur
guru Yeon ketika melihat lembar kertas di meja Kai yang masih putih bersih
belum ternoda.
“Eh, em.. anu.. Maaf guru, saya lupa
tidak membawa pensil.”
Guru Yeon tersenyum memaklumi, “Kenapa
tidak bilang dari tadi? Kan bisa pinjam teman sebangku. Chen, pinjamkan
pensilmu pada—”
Belum usai dengan ucapannya namun Guru
yeon sudah tak melanjutkannya karena Chen mengangkat pensil ditangannya,
menandakan bahwa anak itu hanya membawa satu pensil. Tidak sopan memang yang
dilakukan Chen, tapi hal itu sudah biasa dilakukan banyak orang untuk menghemat
tenaga terutama suara.
“Mihyo,”
“Eh, iya guru. Ada apa?”
“Tolong pinjamkan pensilmu pada siswa
baru ya, dia tidak membawa pensilnya.”
“Oh, tentu saja guru.”
Guru Yeon tersenyum lantas meninggalkan
kedua siswanya, berkeliling untuk memantau pekerjaan siswa lain yang rata-rata
hampir menyelesaikan project masing-masing.
“Ini,”
Kai menyambut pensil itu dan segera
mungkin mengukir warna hitam pensil diatas kertasnya yang masih kosong
melompong.
Mihyo masih melihat siswa baru itu.
Rasanya ia sudah pernah bertemu dengannya bhakan merasa sudah taka sing lagi,
“Eh, kamu,”
Kai menoleh, “Aku?”
“Iya kamu. Maaf ya aku kurang sopan. Nama
kamu.. siapa ya?”
“Kai. Kim Jongin.” Sahutnya kemudian
setelah diam sesaat.
Otak Mihyo berputar keras, mencari
berkas-berkas tentang nama yang baru saja disebutkan itu, “Ah! Kai-ya! Apa kabar?”
Kening Kai berkerut. Dasar yeoja aneh!
Rutuknya dalam hati. Bagaimana mungkin seseorang sudah bertanya ‘apa kabar’
saat belum saling mengenal? Seharusnya yang dikatakan adalah ‘salam kenal ya’,
‘semoga kita bisa berteman baik’, atau paling tidak sebutkan nama, itu sudah
lebih dari cukup kan?
“Aku Mihyo. Kamu lupa?”
Lipatan di dahi Kai semakin banyak
jumlahnya. Ia sangat bingung. Mihyo? Mihyo siapa? Memangnya aku pernah bertemu
dengan orang yang bernama Mihyo?
“Mihyo, teman masa kecilmu.”
Kai masih diam karena belum bisa mengikuti
alur pembicaraan siswi itu.
“Ya sudahlah, nggak penting juga kok.
Lagipula dulu aku bukanlah anak yang pintar jadi bukan masalah kalau aku
terlupakan.” Sambungnya kecewa.
“Ah! Mihyo! Lee Mihyo, si anak manja itu?
Yang suka menangis kalau pas pelajaran melukis kan?”
Siswi itu –Mihyo— mengusap tengkuknya,
“Kamu ingat ya, hehe.” Ungkapnya salah tingkah. Kenapa selalu kejelekan yang
pasti diingat di kepala orang lain? Bukannya Mihyo juga memiliki kebaikan meski
hanya ‘sedikit’? tapi kenapa kekonyolan yang pasti diingat oleh temn-teman masa
taman kanak-kanaknya dulu?
Mata Kai berbinar cerah, “Wahh.. sekarang
kamu banyak berubah ya, hehe.”
Mihyo tak bisa membedakan apakah tawa itu
berniat mengejeknya atau memujinya. Tapi Mihyo cukup memberikan senyum tipis
untuk menanggapi kalimat Kai.
“Bahkan sekarang kamu pandai melukis
sampai berani masuk ke sekolah snei.”
Mihyo terkekeh.
Kai menatap takjub penampilan Mihyo yang
berbeda dari sebelumnya. Berubah total. Yang tersimpan di memorinya adalah
Mihyo yang cengeng, manja, dan gendut. Tapi yang tersuguh dihadapannya sekarang
justru seorang gadis cantik nan manis yang semakin sempurna dengan pipi
tirusnya. Bahkan tubuhnya sudah tidak berlebihan lemak seperti dulu. sesuatu
yang bisa dibilang sukses memanjakan mata. ( :v )
Ya, semua orang memiliki waktunya
masing-masing untuk merubah diri semakin baik. Jangan pernah menghujat ataupun
mengolok-olok seseorang yang tampak buruk dimatamu. Karena bukan tidak mungkin
jika suatu saat nanti kau akan berbalik memujinya. Remember it, don't judge someone because someday she/he can change all bad things of they self and make you like her/him. Because everything has changed.
THE END
0 Response to "Everything Has Changed"
Post a Comment