Design
poster : Rin_ @Cover Fanfiction Art
Cast
:
Bae
Irene (Red Velvet)
Byun
Baekhyun (EXO)
Kim
Seolhyun (AOA)
Oh
Sehun (EXO)
Note : This story is only fiction. Typo(s) in everywhere, please be
advised.
Disc : Cast not mine! Saya hanya sekadar meminjam nama tokoh terkait dan mengabadikannya dalam karya tulis fiksi. Mohon maaf jikalau ada sesuatu hal yang kurang berkenan, karena sesungguhnya setiap manusia memiliki kekurangan.
Happy Reading
-- Diva Crystalzarra Storyline Present --
—
Love is not option, but a state
that is indeed the case. It is an instinct —
“MWO? Bersatu bagaimana maksudmu?”
“Sudahlah, aku tahu kau menyukai Baekhyun kan?”
Irene menatap wajah Sehun lekat-lekat, tanpa ia
sadari matanya membulat saat itu. Gadis ini hanya bisa diam dalam sepersekian
detik, menatap wajah V-line itu. Kemudian menelan ludah, “Aniyo.” Tegas Irene dengan raut tak mood. Ia langsung mendorong
kursi dan berlalu.
“Ada apa dengan anak itu?” pikir Sehun bingung.
Selama ini yang ada dipikiran Sehun adalah, Irene
sangat menyukai Baekhyun. Beberapa kali Sehun sempat melihat Irene sedang
menangis di samping Baekhyun. Pasti gara-gara si bodoh itu tidak peka terhadap
perasaan Irene. Yah, si Baek memang bodoh dan tak pandai memahami isi hati
perempuan.
Seolhyun menatap setiap langkah kaki kakaknya yang
menaiki tangga. Sejak peresmian hubungannya dengan Sehun—yang setahun lebih tua
darinya— tingkah kakak yang biasanya riang, ceria, gembira, dan selalu terlihat
cerah tiba-tiba berubah drastis. Kerap Seolhyun memergoki kakaknya melamun
sendirian, menitikkan air mata, bahkan sampai mengoceh sendirian di dalam
kamar.
Seolhyun menemui Sehun yang masih berada di luar
rumah. “Kita pergi sekarang? Sepertinya eonni
sedang sakit.”
***
Tap..
tap.. tap..
Langkah kaki yang beraturan menuruni anak tangga,
terdengar serasi ketika alas kaki dan tumpuan keramik itu saling bersentuhan.
AAHH!
BRAK!
Kini tubuh Irene tergeletak diatas lantai. Akibat
kurang memperhatikan langkahnya, Irene tergelincir dan beberapa kali terguling
diatas tangga sebelum berakhir mengenaskan diatas lantai. Beberapa kali
bibirnya mengerang kesakitan dan akhirnya sebuah bantuan muncul.
***
Baekhyun memeriksa ponselnya yang berkedip, satu
pesan masuk dari sana. Pesan dari temannya, Oh Sehun, pemuda yang diketahuinya
memiliki otak udang karena tak bisa melihat seorang gadis yang sudah lama
menyukainya.
Baekhyun menggelengkan kepalanya, membayangkannya
saja sudah membuatnya jijik. Matanya beralih pada kantung belanjaan di
tangannya. Ia baru saja pergi ke supermarket untuk membeli ice cream favorite
Irene –sahabatnya- tapi sebuah
teriakan memekakkan telinga berhasil menyerempet pada indera pendengarannya. Ia
langsung berlari untuk mengetahui asal suara itu dan refleks melempar kantung
plastik putih itu di sembarang tempat.
Manik hitam legam itu seketika membulat ketika
mendapati sosok gadis tengah tergeletak di lantai sambil memegangi tubuhnya. Dasar bodoh, apa dia habis minum racun tikus
atau apa sampai tergeletak di lantai seperti itu? Dengan cekatan, Baekhyun
mendekati tempat kejadian –lebih tepat di
bawah tangga- lalu mengangkat tubuh Irene dan meletakkannya diatas sofa
ruang tamu.
“Gomawo,
Baek.”
“Gwaenchanh-a?”
“Ne, gwaenchanhayo.”
“Aku mengerti perasaanmu, tapi kau tidak harus
seperti ini kan? Kau habis minum apa? racun tikuskah? Bisa-bisanya kau
tergeletak di lantai sambil memegangi perutmu seperti itu, ah atau
jangan-jangan kau habis makan obat nyamuk ya?”
“MWO?!
HAH! Kau gila! Aku tidak akan melakukan itu semua tahu! Kau pikir aku bodoh
apa?”
“Ehem, kau memang bodoh.” Sahut Baekhyun sekenanya,
membenarkan apa yang diucapkan Irene sendiri.
Gadis itu hanya bergumam, menggerutu pelan, kemudian
menatap Baekhyun dengan tatapan tegas, “Babo-ya!”
TAK!
“Bisa-bisanya kau mengatakan aku bodoh!”
“Kau memang bodoh, Nona Bae. Bagaimana mungkin kau
bisa menyukai seorang pria yang jelas-jelas tak pernah menyadari semua
perhatian yang kau berikan untuknya? Bagaimana mungkin kau bisa bilang bahwa
kau mencintainya, tapi kau malah membiarkan Tuan Oh berkencan dengan adikmu
sendiri, eoh? Jawablah pertanyaan itu jika kau memang pandai!”
Bae Irene tertegun mendengarnya, ia menelan ludah.
Mencoba mencerna semua kalimat yang dilontarkan sahabatnya sendiri, “Aku tidak
tahu. Sebenarnya aku sungguh tidak mengerti dengan semua yang sudah menjadi
pilihanku. Aku hanya ingin melihat Seolhyun bahagia. aku hanya ingin membuat ia
selalu tersenyum. Tapi aku juga merasa sedih dan sangat sulit untuk menerima
kenyataan ini. Walaupun ini semua demi kebahagiaan adikku tapi... apa aku harus
berkorban hingga seperti ini? Baekhyun-ah
katakan padaku, apa yang ku lakukan ini benar? Eoh?”
Dan tanpa disadari, air mata Irene keluar dari
pertahanannya. Mengalir lancar dari pelupuk dan dalam sekejap sudah membuat
anakan sungai di wajahnya. Ia menangis, sudah tak bisa menahan jutaan lara yang
menyatu dalam hatinya.
Pemuda yang tengah mengenakan jaket hitam itu merasa
iba melihat sahabatnya menangis, terutama hanya dengan alasan laki-laki.
Akhirnya tangan Baekhyun mencoba untuk menenangkan gadis itu dengan
mengusap-usap bahu Irene.
“Baekhyun-ah,”
panggil Irene pelan.
“Ne?”
“Kenapa untuk mencintai seseorang harus sesakit
ini?”
“Aku tidak tahu. Yang aku tahu hanya bahwa cinta
bukanlah sebuah pilihan. Ini masalah insting. Walaupun kau tidak ingin
mencintainya lagi, kau akan sulit melupakannya.”
“Kenapa bisa begitu?”
“Menurutmu, kenapa semua ini bisa terjadi?”
Irene hanya menggelengkan kepalanya, tak mengerti
“Sama, aku juga tak mengerti dengan kutipan itu.”
Ujar Baekhyun, dengan tatapan datar. Kemudian tertawa seikhlas mungkin karena
sebenarnya hal ini tidak lucu jadi tidak ada yang perlu ditertawakan. Tapi Baekhyun
melakukannya demi Irene, demi melihat tawa Irene, atau mungkin omelan gadis itu
juga tak apa, asalkan jangan menangis lagi.
Baekhyun menelan ludahnya ketika melihat ekspresi
Irene yang masih menatapnya datar karena lelucon yang tak lucu itu, “Uhh aku
lapar! Menenangkanmu ternyata menghabiskan semua energiku. Kali ini kau yang
traktir.” Ungkapnya kemudian untuk mengalihkan tingkah konyolnya.
“Mwo?
Kenapa harus aku?”
“Selain sudah menghabiskan tenagaku. Kau juga
membuat tubuhku terasa sangat pegal karena kau terus menggelayut di dadaku.”
Gadis itu baru tersadar. Sudah lebih dari satu jam
ia berada di dalam dekapan laki-laki itu. Sangat nyaman, hingga membuatnya
lupa.
Irene langsung mendorong tubuh Baekhyun jauh-jauh
darinya. “I-ini kesalahan!” tegasnya
“Baiklah baiklah. Traktir saja aku.”
Irene masih menatap Baekhyun yang sudah semakin
meninggalkan ruang tamu. Ia masih termangu diatas sofa. Memikirkan kenapa ia
bisa senyaman itu pada Baekhyun sampai lupa kalau ia berada dalam dekapannya,
dan lupa kalau ia menghabiskan waktu lebih dari satu jam disana.
--00--
0 Response to "Only My Love CHAPTER 2"
Post a Comment