18 Bad Luck



Aku tahu ini tidak berdarah tetapi kenapa terasa sakit?

EXO’s Chanyeol and OC’s Leina Jeanne | Sad | PG | Ficlet | Tiwii Jung Artwork | Deev,2015
.
Paragraf setelah titik (.) vertikal berjumlah dua sebagai penjeda antara dua waktu yang berbeda.


Pemuda jangkung itu membanting pintu lantas berlari kencang; mengabaikan segala omelan ibunya yang bergema di dalam langit-langit rumah. Lengkungan lebar terulas di bibirnya. Dwinetranya menatap jalanan di depannya, namun pikirannya terus melayang-layang; menerka-nerka apa yang akan dikatakan gadis itu padanya nanti. Dan tanpa disadari, ia mulai mengembangkan senyum di bibir.
.
.
Langkah Chanyeol terburu-buru sampai tak menyadari telah menginjak sebuah kerikil dan membuatnya hampir saja tergelincir. Segera ia menyeimbangkan tubuh lagi. Sebelah tangannya menghapus peluh yang menetes dari setiap inci wajahnya.

Sejujurnya Chanyeol sangat benci dengan hal ini. Berlari, merupakan salah satu hal yang paling tak ia sukai. Tetapi kali ini ia harus melepaskan rasa benci itu dari benaknya. Chanyeol harus melawan segala rasa tidak sukanya.

Hujan deras yang mengguyur ibu kota sama sekali tak ia hiraukan. Pemuda cilik itu hanya fokus pada jalan raya yang ia lalui menuju halte bus. Chanyeol memperlebar langkahnya, tinggal beberapa meter lagi ia akan mencapai tujuannya.

Napas Chanyeol tersengal ketika alas kakinya telah berhasil mencapai lantai halte dan tepat saat itu sebuah bus berwarna biru berhenti. Segerombolan manusia turun ketika pintunya terbuka, kedua iris gelapnya bergerak liar mencari-cari.

Seorang gadis turun dari bus. Kedua lubang telinganya tersumpal oleh earphone putih serta bibirnya bersenandung mengikuti alunan musik yang mengalun dari ponselnya.

Bibir Chanyeol mengembang ketika melihat gadis yang ia cari. Lantas ia berteriak, “Leina Noona!”

Gadis itu menoleh tepat ketika Chanyeol memanggil namanya. Keberuntungan yang bagus. Jadi, Chanyeol tak perlu menghampirinya dan menepuk lengannya. Gadis itu melihat Chanyeol yang sedang melambai padanya. Lantas ia mengulas senyum simpul. Ia berjalan mendekati Chanyeol seraya melepas earphone dari kedua telinganya.

“Apa yang kamu lakukan di sini, huh? Bajumu basah kuyup, pasti kamu habis main hujan-hujanan, ya?”

Chanyeol meringis.

“Astaga, bagaimana kalau nanti kamu sakit, hm? Lihat, bahkan tubuhmu menggigil dan bibirmu membiru.”

“Aku tidak apa-apa, Noona.”

Gadis itu menggeleng, “Setelah ini kamu harus mandi dengan air panas dan minum minuman hangat serta lekas tidur supaya besok tidak terkena flu.”

Chanyeol hanya diam menatap gadis yang beranjak duduk. Dalam hatinya ia mengulum senyum. Terlampau bahagia atas perhatian yang diberikan gadis itu.

“Menyebalkan sekali! Kenapa hujan harus datang saat ini? Aku harus segera pulang, kalau tidak aku akan melewatkan acara TV favoritku,” dengusnya kesal.

Chanyeol tersenyum, inilah saatnya menjadi pahlawan. Lantas mengambil sesuatu dari dalam tas ranselnya: sebuah payung, “Kita bisa pulang sekarang Noona, aku membawa payung.”

Gadis itu membelalak dengan binar bahagia, “Kamu memang malaikatku,” serunya seraya mengusap puncak kepala Chanyeol  lalu mencubit kedua pipi Chanyeol gemas.

.
.

Lampu lalu lintas itu berganti warna menjadi hijau. Chanyeol menahan langkahnya yang sudah kelewat sabar. Senyum di bibirnya masih belum hilang sejak keluar dari rumah. Detik-detik yang terlewatkan dengan Leina benar-benar memenuhi isi otaknya, dan membuatnya selalu mengulum senyum ketika mengingat semuanya.

.
.

Chanyeol berjalan beriringan dengan Leina—gadis yang ia sukai diam-diam. Sepanjang perjalanan gadis itu selalu menceritakan hal-hal mengenai acara TV kesukaannya yang padahal sama sekali tak dimengerti Chanyeol, tetapi Chanyeol tetap memperhatikan semuanya.

Langkah Chanyeol ikut berhenti ketika tiba-tiba Leina menghentikan langkahnya. Gadis itu menatap Chanyeol yang lebih pendek darinya, “Astaga, pakaianmu basah Chan, kenapa tidak bilang kalau tidak kebagian payung? Kemarilah.” Leina menarik tubuh Chanyeol: merangkulnya.

Refleks Chanyeol langsung memegang dadanya yang berdebar-debar, namun tetap mencoba bersikap biasa. Chanyeol mengangkat wajahnya—memandang wajah sempurna milik Leina, “Leina Noona,” panggilnya.

“Apa?”

“Apa Noona sudah mempunyai pacar?”

Eiy, untuk apa kamu menanyakan hal itu padaku eoh? Memangnya apa yang akan kamu lakukan ketika aku memiliki kekasih? Dan apa yang akan kamu lakukan kalau aku belum memilikinya?”

Chanyeol memalingkan muka. Susah payah ia menelan saliva sebelum akhirnya memilih untuk memandang wajah Leina lagi, “Tipe lelaki seperti apa yang Noona suka?”

Eng…” Leina nampak sedang berpikir, “yang jelas bukan seperti kamu,” katanya sembari menoel hidung Chanyeol.

“Kenapa? Memangnya aku tidak tampan bagi Noona?”

Leina menggeleng, “Bukan itu. Hanya saja kau masih terlalu muda untukku. Mana mungkin aku bisa pacaran dengan lelaki berusia delapan tahun sedangkan aku sudah berumur  enam belas tahun?”

“Kalau begitu, apakah Noona mau menungguku sampai aku berusia tujuh belas tahun?”

Leina terhenyak, namun segera kembali bersikap biasa. Anak kecil selalu suka bicara sembarangan, batinnya. “Eng.. aku tidak tahu. Lagipula tujuh belas tahun masih terlalu muda untukku.”

“Kalau begitu, Noona… ayo berjanjilah padaku! Sepuluh tahun lagi aku akan datang kepadamu dan menyatakan perasaanku, apa Noona akan menerimaku?”

“HA?” pekik Leina, “Aish, kamu ini! Pikirkan hal itu nanti saja, ok?” katanya seraya mengusap-usap rambut Chanyeol.

.
.

Noona, aku sudah delapan belas tahun sekarang, kalimat itu terus keluar dari hati Chanyeol.

Pagi ini, ketika Chanyeol membuka mata, ia menyadari satu hal yang selama ini ia harapkan datang lebih cepat. Usia delapan belas tahun. Dan sekarang ia akan menemui gadis yang sejak dulu ia suka, Aleina Jeanne—gadis bule yang tinggal di samping rumahnya.

Chanyeol telah menginjakkan kaki di area tempat kerja Leina: restoran keluarga Leina. Ia bergegas menemui Tuan Joe yang kebetulan sedang akan keluar dan langsung menanyakan keberadaan gadis yang ia cari. Tapi mungkin nasib buruk sedang didapat Chanyeol pagi ini karena Leina sedang tidak ada di restoran.

Langkah Chanyeol lunglai meninggalkan restoran dan berjalan asal hingga tiba di sebuah taman kota dengan pepohonan rindang yang menyejukkan.  Atensi Chanyeol tertuju pada seorang gadis yang sedang duduk di salah satu bangku taman bersama seorang lelaki. Ia mengenali gadis itu. Bibirnya merekahkan seulas senyum bahagia, hendak berlari menghampiri gadis itu.

Tetapi langkahnya terhenti. Tubuhnya mematung. Seluruh energinya luruh menyatu tanah. Dwinetra yang semula berbinar meredup seketika. Semua itu terjadi tepat ketika lelaki yang bersama Leina menempetkan bibir diatas bibir Leina. Sakit. Terlalu perih.

Telapak tangan Chanyeol menyentuh dada. Rasanya detak jantung tak lagi ada, terlalu lemah. Aku tahu ini tidak berdarah tetapi kenapa terasa sakit?

Chanyeol memutar tubuhnya, berniat meninggalkan taman kota dengan segala pilu. Kesialan pada delapan belas tahun yang selama ini ia harapkan akan menjadi keberuntungan.


THE END


Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

  • Releasing You EXO’s Chen and OC’s Airy | Sad | Ficlet | PG-13 | Cha13 Artwork | Deev,2015 Kalau kau bahagia bersamaku lantas mengapa kau harus pe… Read More...
  • Butterflies Love EXO’s Baekhyun and OC’s Suhyun | Sad | Ficlet | PG | DL Project Artwork | Deev,2015 . Tokoh bukanlah milik saya, terkecuali OC. Saya … Read More...
  • Your Effected Laugh EXO’s Kai and OC’s You | Sad | Ficlet | PG-13 | DL Project Artwork | Deev,2015 … Read More...
  • Middle Night EXO’s D.O | failed.Horror | Ficlet | PG-13 | CHW Artwork | Deev,2015 . Cast bukan milik saya. Alur dan ide cerita murni dari otak da… Read More...
  • Hesitate     OC’s Yeonju ft. EXO’s Sehun and Xiumin | Slice of Life | PG | Ficlet | Arkenstone Artwork| Deev,2015 Ini, … Read More...

0 Response to "18 Bad Luck"

Post a Comment