Terrible Night




RV’s Irene
CNBlue’s Min Hyuk
BigBang’s GD
TWICE’s Tzuyu
EXO’s Chen
Horror | Oneshot | PG | Fiona Purple Artwork | Crystalzarra,2015


***


—    The night when we’re will death —

Udara terasa berhembus sangat kencang. Air hujan yang sedari tadi turun dengan lebatnya, kini telah membuat aliran sungai mengalir deras. Titik air hujan mengembun di jendela. Irene duduk memeluk lutut di ruang tengah bersama dengan teman lainnya.

Irene ketakutan. Semenjak tinggal di apartemen ini banyak teror yang tertuju padanya. Teror yang sangat menakutkan, tapi anehnya teror itu hanya tertuju padanya. Beberapa kali gadis yang memiliki rambut sepunggung itu bertanya tentang sesuatu hal aneh yang kerap ia lihat, namun ternyata teman-temannya tidak pernah melihat hal aneh seperti yang ia lihat.

Petir menyambar. Suara petir itu sangat keras. Irene menutup kedua telinganya menggunakan boneka bantal kesayangannya dan menjerit cukup kencang. Perasaan gelisah terus menakuti dirinya. Gadis itu menutup mata, ia tidak berani membuka mata sama sekali.

“Irene, kenapa?” tanya Tzuyu yang baru saja kembali dari dapur untuk mengambil beberapa minuman.

“Tau tuh. Kayanya dia mulai sarap. Gara-gara nonton film horror mulu.” GD menyahut dengan tatap mata yang tak lepas dari handphonenya.

 “Chen, udah nyerah aja! Gua yang bakal menang.”

“Gilee. Kagak lah. Kita main sampe selese.”

Tzuyu menggelengkan kepalanya beberapa kali. Yang paling menjengkelkan adalah sikap Irene yang setiap waktu hanya memasang wajah ketakutan.

“Irene, minum dulu nih.”

Irene keluar dari selimut yang membungkus wajahnya. “Thanks.”

Suara guntur menggelegar. Membuat semua orang yang berkumpul di ruang tengah terkejut bukan main. Irene berpegang tangan pada Tzuyu. Dari kecil ia sangat tidak suka dengan hujan apalagi suara guntur dan petir. Chen dan GD beralih dari ponsel masing-masing dan saling bertatapan.

Sekali lagi. petir menyambar dan diiringi dengan padamnya listrik.

Irene menjerit ketakutan.

“Chen, ambil senter di laci. Yang lain tetep di sini. Irene sama Tzuyu, mending kalian duduk sini,” suruh Minhyuk.

Kini semuanya terdiam dalam kegelapan dengan penerangan yang minim. Pemadaman listrik ini berlangsung cukup lama hingga membuat beberapa dari mereka merasa bosan. Chen mengutak-atik handphonenya. Kemudian jarinya menekan sebuah video.

‘Kebangkitan S’

404 File Not Found.

Shit! Apa-apaan nih?”

“Kenapa Chen?” tanya GD.

TELAH DIMULAI

Mata Chen langsung tertuju pada layar ponsel.

“Aku telah membangkitkan arwah tersiksa di masa lalu. Semua ini untuk menghancurkan manusia. Mereka yang berperilaku buruk, dan mereka semua yang membuat arwah ini kesal. Akan mati. Kebangkitan S.”

Kemudian seorang pria yang tadinya duduk dalam video itu terangkat dengan sendirinya. Seakan ada yang mencekik lehernya tapi tak ada penampakan sama sekali selain dirinya. Pria itu semakin merasa kesakitan. Lehernya tercekik. Bola matanya melotot hingga terlihat seakan-akan hampir keluar. Sekejap terlihat bayangan dengan gaun panjang berwarna putih lusuh dengan kedua tangan yang mencekik leher pria tadi.

Hitam.

Chen, GD, Minhyuk, dan Tzuyu yang tadi sangat memperhatikan video itu seketika dibuat bergidik ngeri. Jantung mereka berdegub dua kali lebih kencang.

“Ra-ra-rambut. Ada rambut!” teriak Irene ketakutan.

Keempat kawannya langsung menoleh ke layar ponsel yang ditunjuk Irene. Sebuah rambut yang terus memanjang hingga memenuhi layar ponsel. Kemudian sebuah tangan terlihat seperti ingin meraih sesuatu. Tangan itu nyata. Keluar dari layar hitam.

“AAAaaaaa!!” teriak Tzuyu ketakutan, ia menjauh.

Chen langsung melempar ponselnya sembarang. Tubuhnya berguncang hebat.

Mereka semua ingin berlari tapi terlambat. Tangan itu berhasil meraih tubuh Chen.

“Pegangan, Chen!”

“Jangan lepasin gua! Gua nggak mau mati!”

Irene, dan Tzuyu saling berpegangan tangan. Mereka hanya bisa diam dan memperhatikan karena ketakutan. Bahkan Irene dibuat menangis.

Tangan misterius yang sangat pucat itu berhasil merebut Chen. Dengan satu hentakan cepat, Chen turut masuk ke dalam layar ponsel.

“CHENNN!!” Tzuyu histeris. Ia langsung meraih ponsel yang tergeletak diatas lantai. Ia mengutak-atik, menekan sana-sini berharap bisa mengembalikan Chen padanya.

Minhyuk dan GD turut membantu. Mereka berfikir dan menekan beberapa link di sana.

Dengan sangat cepat. Dua tangan keluar mencekik leher Tzuyu. Minhyuk dan GD berusaha menarik tubuh Tzuyu, tapi sepertinya sangat sulit untuk membebaskan gadis itu. Helai-helai rambut panjang yang kusut merambat hingga menutupi seluruh wajah Tzuyu. Tak butuh waktu lama, tubuh gadis itu melemah dan tak lagi bergerak.

Perlahan sosok dengan tubuhnya keluar dari layar ponsel. Rambut panjang yang hitam kusut menutupi wajahnya dan merangkak mendekat. Kepala sosok itu sedikit terangkat hingga Irene dapat melihatnya.

Minhyuk langsung beralih dan mencoba melindungi Irene. “GD, lari!”

GD, Minhyuk, dan Irene berlarian mencari jalan keluar. Karena pemadaman listrik, mereka tak bisa melihat apa-apa saja yang berada di sekitar. Hingga beberapa kali tubuh mereka menabrak banyak benda. Akhirnya mereka bisa keluar dari dalam apartemen.

“Cari kendaraan!”

GD berlari ke tengah jalan untuk menghentikan sebuah truk yang kebetulan sedang melaju dari arah utara. Ia melambaikan tangan beberapa kali berharap sang sopir bisa menghentikan truk dan menampungnya.

Namun truk itu terus melaju dan malah menambah kecepatan hingga akhirnya dalam hitungan detik tubuh GD langsung terbujur di atas aspal dingin dengan darah berceceran dimana-mana.

“GD!” Dengan air mata bercucuran, Irene berteriak.

Mereka berlari menghampiri tubuh GD. Minhyuk menopang kepala sahabatnya dengan sebelah kaki. Air matanya menetes.

“GD, tahan sebentar. Gua bakal cari taksi.”

GD terbatuk hingga mengeluarkan darah, “Minhyuk, nggak ada waktu lagi. gua.. nggak punya waktu lagi.” Pemuda itu menggenggam tangan Minhyuk untuk beberapa saat. Kemudian beralih, ia hendak menggenggam tangan Irene. Tapi waktunya sudah habis. Ia tersenyum sebelum menutup matanya.

“GD.. hiks hiks.. Sekarang gimana?”

“Kita harus lari!”

“Tapi GD gimana? Kita harus bawa dia.”

“Kita udah nggak ada waktu lagi, Rene. Kalo kita bawa mayat GD, kita bakal kesusahan buat melarikan diri. Kamu nggak mau kan berakhir kaya gini?”

“Tapi GD.. pokoknya kita harus bawa. Kalo kamu nggak mau bawa, biar aku aja sendiri.”

Akhirnya Minhyuk menuruti permintaan Bae Irene. dan benar saja, membawa mayat dalam perjalanan hanya membuat beban bertambah berat. Minhyuk kesulitan bergerak karena harus menggendong tubuh GD yang sebenarnya sudah tidak penting.

Entah bagaimana sosok wanita berambut panjang itu telah berdiri di hadapan mereka ketika tiba di depan sebuah pohon besar. Irene menggenggam lengan Minhyuk erat karena sangat ketakutan.

Helai-helai rambut itu beterbangan hingga mencapai tubuh Kang Minhyuk. Lalu rambut itu mencekik, mengikat, dan membungkus tubuh Minhyuk hingga ia sangat sulit untuk bernafas. Dan tubuhnya melemas karena kekurangan oksigen.

Irene menatap tubuh Minhyuk yang sudah tak bernyawa. Ia ketakutan. Kemudian kedua belah matanya menatap sosok wanita itu. Rambut-rambut berterbangan dan hendak mengikat gadis itu seperti apa yang telah dialami oleh Minhyuk. Tapi sebuah teriakan berhasil membuat semuanya hancur.

“AAAAAA…!!” Irene berteriak dengan lantangnya.

Sosok wanita berambut panjang itu entah bagaimana bisa hancur dengan sendirinya. Angin berhembus sangat kencang hingga membuat rambut Irene beterbangan dan dedaunan rontok menyentuh tanah.

Irene membuka matanya. Ia terengah-engah.

Kau berhasil.




THE END

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Terrible Night"

Post a Comment