Friends will never leave you alone under any circumstances. He will remain there for you and do everything for you Another slide
Ahn
Jae Hyun | Auxcirbe Artwork | Deliveliva,2015
Ahn Jae Hyun memainkan jarinya di layar ponselnya.
Melihat beberapa kenangan yang masih ia simpan dengan baik. Yang ia punya saat
ini hanyalah foto mengenai kenangannya bersama seorang gadis manis yang
menyenangkan baginya. Dia adalah satu-satunya wanita yang ia cintai hingga
detik ini.
Hanya karena temannya yang juga menyukai gadis yang
sama saat itu, membuat Jaehyun harus memenuhi keinginan Oh Se Hun untuk tidak
melanjutkan hubungannya bersama gadisnya.
Kau tahu, terkadang seseorang tidak bisa menolak permintaan
orang lain terutama permintaan sahabatnya yang sedang dalam kondisi tidak
sehat.
Saat itu Sehun dalam keadaan sakit parah, kanker hati
stadium tiga. Dengan sangat erat ia menggenggam tangan Jaehyun. Rasa dingin
menjalar ke seluruh tubuh Jaehyun, ia bisa merasakan bagaimana sulitnya posisi
Sehun saat itu.
HURT—DELIVELIVA
“Aku ingin kau berjanji padaku, bung.”
“Kau tahu, aku selalu memenuhi semua keinginanmu
sobat.”
“Tapi kali ini permintaanku bukanlah hal biasa. Aku
sangat yakin bahwa kau tak akan sanggup melakukannya.”
“Hahaha.. jangan bergurau. Katakan saja dan aku akan
memenuhinya dengan janji seorang lelaki. Cepat bicaralah sebelum fikiranku
berubah.”
HURT—DELIVELIVA
Jaehyun tertawa kecil ketika mengingat kejadian miris
beberapa tahun lalu. Dengan wajah cengengesannya, menyepelekan sebuah
permintaan terakhir Sehun sebelum pergi ke Amerika untuk pengobatan. Jaehyun
dapat mengingat dengan jelas bagaimana tawa renyahnya menggema di dalam ruangan
Sehun saat itu.
HURT—DELIVELIVA
“Berjanjilah padaku. Kau akan memutuskan hubunganmu
dengan Choyoung. Katakan padanya kalau kau tak lagi sanggup untuk menjadi
kekasihnya.”
Jaehyun terdiam detik itu juga, menatap Sehun
lekat-lekat. Bukankah seorang sahabat seharusnya tidak mengajukan permintaan
yang semacam ini? Bukankah seharusnya ia juga bahagia kalau sahabatnya juga
bahagia? Entahlah, karena sifat manusia sangatlah egois.
“Bagaimana, apa kau tidak sanggup melakukannya? Aku
sudah bilang kan kalau permintaanku kali ini sangat sulit bagimu. Tapi Jaehyun,
kau tahu kan umurku tak lagi panjang. Mungkin beberapa bulan lagi aku akan
mati. Jadi aku mohon kau mau melakukannya.”
HURT—DELIVELIVA
Pemuda bodoh itu benar-benar membuat Jaehyun merasa
gerah. Hanya dengan mengingat namanya, berhasil membuat rasa kecewa, marah,
kesal, dan prihatin bergerumul menjadi satu di hatinya.
Jaehyun meletakkan ponselnya di meja. Jemarinya
bergerak untuk membuka kancing kemeja yang dikenakannya saat ini. Kemudian
melempar pakaian itu ke kursi lainnya.
HURT—DELIVELIVA
“Kau tahu ini sangat sulit kan? Lalu kenapa kau masih
mengajukan permintaan semacam ini padaku, dasar brengsek.”
“Aku sangat menyukai Choyoung. Dengan sisa waktu yang
ku punya, aku ingin memiliki kesempatan untuk bisa membawanya ke dalam
pelukanku. Setidaknya dia bisa melihatku ada di dekatnya. Kau tahu betapa
sakitnya ketika aku melihat Choyoung memelukmu erat?”
Jaehyun hanya diam seribu bahasa dengan wajah yang
dipalingkan dari lelaki itu.
“Tapi aku tidak akan memaksamu kawan. Aku bisa mengerti
bagaimana perasaanmu saat ini.” Jemari Sehun bergerak melonggarkan tautan
antaranya dengan Jaehyun.
Namun Jaehyun malah menarik jemari Sehun,
menggenggamnya dengan sangat erat. Antara perasaan sungguh-sungguh, dan marah
berkumpul di genggaman itu.
“Aku akan memenuhi permintaanmu. Setidaknya setelah kau
pergi, aku masih bisa memilikinya lagi. Aku siap melepaskannya demi kau, bung.
Jadi jangan pernah sia-siakan gadisku.”
Sehun tertawa sinis, “Brengsek kau. Aku tak akan
melakukan hal bodoh pada gadis yang aku suka. Kau mengenalku Jaehyun. Aku
bukanlah tipe pria seperti itu.”
HURT—DELIVELIVA
Pemuda dengan kulit pucat itu mengambil sebotol air
mineral dari lemari esnya, meneguk cairan itu dengan kasar. Dan dengan tepat
sasaran memasukkannya ke dalam tempat sampah.
“Lihatlah Sehun, akibat ulahmu sampai sekarang aku
masih belum bisa bertemu dengan Choyoung lagi. Aku sangat merindukannya,
melebihi rasa rinduku pada kawan brengsek sepertimu.”
“Jaehyun oppa, bisakah kau membantuku di dapur. Aku
sangat kesulitan membuat masakan favoritmu tahu!”
Perlahan derap langkah kaki mulai mendekati keberadaan
Jaehyun yang masih berada di dekat dispenser, dekat dapur.
“Ya! Kenapa kau tidak memakai bajumu di suhu yang
sangat dingin seperti ini hah? Nanti kau bisa sakit!” serunya, tersirat nada
khawatir disana.
Gadis berambut sebahu itu segera mencari baju kakak
laki-lakinya yang sudah ia duga tersampir di kursi kayu di bagian ruang tamu.
Dengan kasar ia meraihnya, kemudian berjalan cepat dan melempar benda berwarna
putih itu tepat di wajah Jaehyun.
“Tentu saja boleh untuk sakit hati, tapi jangan
sia-siakan hidupmu seperti ini! Aku tahu kau bodoh, tapi tolong sayangi sisa
umurmu oppa!”
Jaehyun membiarkan adiknya mengoceh panjang lebar.
Serta berusaha keras untuk menolak untuk mendengarnya. Setiap hari Ahn Chaeyi
–adiknya- akan setia memberikan ocehan-ocehan semacam yang sedang ia lakukan
sekarang pada Jaehyun, selalu pada setiap hari.
HURT—DELIVELIVA
Masih
karena Choyoung.
HURT—DELIVELIVA
0 Response to "Hurt | Chapter 2"
Post a Comment