Hurt | Chapter 2



Friends will never leave you alone under any circumstances. He will remain there for you and do everything for you Another slide

Ahn Jae Hyun | Auxcirbe Artwork | Deliveliva,2015

Ahn Jae Hyun memainkan jarinya di layar ponselnya. Melihat beberapa kenangan yang masih ia simpan dengan baik. Yang ia punya saat ini hanyalah foto mengenai kenangannya bersama seorang gadis manis yang menyenangkan baginya. Dia adalah satu-satunya wanita yang ia cintai hingga detik ini.

Hanya karena temannya yang juga menyukai gadis yang sama saat itu, membuat Jaehyun harus memenuhi keinginan Oh Se Hun untuk tidak melanjutkan hubungannya bersama gadisnya.

Kau tahu, terkadang seseorang tidak bisa menolak permintaan orang lain terutama permintaan sahabatnya yang sedang dalam kondisi tidak sehat.

Saat itu Sehun dalam keadaan sakit parah, kanker hati stadium tiga. Dengan sangat erat ia menggenggam tangan Jaehyun. Rasa dingin menjalar ke seluruh tubuh Jaehyun, ia bisa merasakan bagaimana sulitnya posisi Sehun saat itu.

HURT—DELIVELIVA

“Aku ingin kau berjanji padaku, bung.”

“Kau tahu, aku selalu memenuhi semua keinginanmu sobat.”

“Tapi kali ini permintaanku bukanlah hal biasa. Aku sangat yakin bahwa kau tak akan sanggup melakukannya.”

“Hahaha.. jangan bergurau. Katakan saja dan aku akan memenuhinya dengan janji seorang lelaki. Cepat bicaralah sebelum fikiranku berubah.”

HURT—DELIVELIVA

Jaehyun tertawa kecil ketika mengingat kejadian miris beberapa tahun lalu. Dengan wajah cengengesannya, menyepelekan sebuah permintaan terakhir Sehun sebelum pergi ke Amerika untuk pengobatan. Jaehyun dapat mengingat dengan jelas bagaimana tawa renyahnya menggema di dalam ruangan Sehun saat itu.

HURT—DELIVELIVA

“Berjanjilah padaku. Kau akan memutuskan hubunganmu dengan Choyoung. Katakan padanya kalau kau tak lagi sanggup untuk menjadi kekasihnya.”

Jaehyun terdiam detik itu juga, menatap Sehun lekat-lekat. Bukankah seorang sahabat seharusnya tidak mengajukan permintaan yang semacam ini? Bukankah seharusnya ia juga bahagia kalau sahabatnya juga bahagia? Entahlah, karena sifat manusia sangatlah egois.

“Bagaimana, apa kau tidak sanggup melakukannya? Aku sudah bilang kan kalau permintaanku kali ini sangat sulit bagimu. Tapi Jaehyun, kau tahu kan umurku tak lagi panjang. Mungkin beberapa bulan lagi aku akan mati. Jadi aku mohon kau mau melakukannya.”

HURT—DELIVELIVA

Pemuda bodoh itu benar-benar membuat Jaehyun merasa gerah. Hanya dengan mengingat namanya, berhasil membuat rasa kecewa, marah, kesal, dan prihatin bergerumul menjadi satu di hatinya.

Jaehyun meletakkan ponselnya di meja. Jemarinya bergerak untuk membuka kancing kemeja yang dikenakannya saat ini. Kemudian melempar pakaian itu ke kursi lainnya.

HURT—DELIVELIVA

“Kau tahu ini sangat sulit kan? Lalu kenapa kau masih mengajukan permintaan semacam ini padaku, dasar brengsek.”

“Aku sangat menyukai Choyoung. Dengan sisa waktu yang ku punya, aku ingin memiliki kesempatan untuk bisa membawanya ke dalam pelukanku. Setidaknya dia bisa melihatku ada di dekatnya. Kau tahu betapa sakitnya ketika aku melihat Choyoung memelukmu erat?”

Jaehyun hanya diam seribu bahasa dengan wajah yang dipalingkan dari lelaki itu.

“Tapi aku tidak akan memaksamu kawan. Aku bisa mengerti bagaimana perasaanmu saat ini.” Jemari Sehun bergerak melonggarkan tautan antaranya dengan Jaehyun.

Namun Jaehyun malah menarik jemari Sehun, menggenggamnya dengan sangat erat. Antara perasaan sungguh-sungguh, dan marah berkumpul di genggaman itu.

“Aku akan memenuhi permintaanmu. Setidaknya setelah kau pergi, aku masih bisa memilikinya lagi. Aku siap melepaskannya demi kau, bung. Jadi jangan pernah sia-siakan gadisku.”

Sehun tertawa sinis, “Brengsek kau. Aku tak akan melakukan hal bodoh pada gadis yang aku suka. Kau mengenalku Jaehyun. Aku bukanlah tipe pria seperti itu.”

HURT—DELIVELIVA

Pemuda dengan kulit pucat itu mengambil sebotol air mineral dari lemari esnya, meneguk cairan itu dengan kasar. Dan dengan tepat sasaran memasukkannya ke dalam tempat sampah.

“Lihatlah Sehun, akibat ulahmu sampai sekarang aku masih belum bisa bertemu dengan Choyoung lagi. Aku sangat merindukannya, melebihi rasa rinduku pada kawan brengsek sepertimu.”

“Jaehyun oppa, bisakah kau membantuku di dapur. Aku sangat kesulitan membuat masakan favoritmu tahu!”

Perlahan derap langkah kaki mulai mendekati keberadaan Jaehyun yang masih berada di dekat dispenser, dekat dapur.

“Ya! Kenapa kau tidak memakai bajumu di suhu yang sangat dingin seperti ini hah? Nanti kau bisa sakit!” serunya, tersirat nada khawatir disana.

Gadis berambut sebahu itu segera mencari baju kakak laki-lakinya yang sudah ia duga tersampir di kursi kayu di bagian ruang tamu. Dengan kasar ia meraihnya, kemudian berjalan cepat dan melempar benda berwarna putih itu tepat di wajah Jaehyun.

“Tentu saja boleh untuk sakit hati, tapi jangan sia-siakan hidupmu seperti ini! Aku tahu kau bodoh, tapi tolong sayangi sisa umurmu oppa!”

Jaehyun membiarkan adiknya mengoceh panjang lebar. Serta berusaha keras untuk menolak untuk mendengarnya. Setiap hari Ahn Chaeyi –adiknya- akan setia memberikan ocehan-ocehan semacam yang sedang ia lakukan sekarang pada Jaehyun, selalu pada setiap hari.

HURT—DELIVELIVA

Masih karena Choyoung.


HURT—DELIVELIVA

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Hurt | Chapter 2"

Post a Comment