I'm Your Yeri



Sungguh. Aku tahu rasanya bangun di pagi hari. Mengharapkan sapaan selamat pagi lewat pesan singkat darimu. Aku tahu rasanya merindukan ucapan selamat malam sebelum aku terlelap lewat pesan singkat yang sekarang jarang ku terima darimu,” batin Yeri. Matanya memandang lurus-lurus ke depan. Tak ingin tatapannya bertumbukan dengan seorang laki-laki yang ia tahu sedang berjalan ke arahnya.

Sungguh. Mengingatmu menciptakan rindu yang menyiksa. Mencoba mengingatmu semudah menghapal setiap kata di lagu kesukaanku,” batin Sehun. Pemuda itu memandang lurus-lurus ke depan. Tak ingin tatapan matanya bersirobok dengan seorang gadis yang ia tahu sedang berjalan ke arahnya.

Koridor kampus yang mereka lalui tidak begitu ramai. Membuat suasana menjadi semakin canggung bagi Yeri dan Sehun. Ini hari ketiga mereka tidak saling bicara maupun menyapa. Yeri terlihat tenang menyusuri koridor itu tanpa berbalik arah ketika melihat Sehun dari arah yang berlawanan. Begitu juga Sehun. Mereka mendadak membisukan diri saat jarak keduanya hanya berkisar satu meter. Tanpa saling menyapa. Tanpa saling memandang. Keduanya hanya saling berlalu. Berlalu menuju arah yang berlawanan. Tanpa berhenti, tanpa menengok ke belakang.


Red Velvet’s Yeri — EXO’s Sehun — Luhan PG | Romance | Oneshot (1.500+ words) | Written by Desty Rista A | Remake by Vaehyun | Poster art by Ken.v | ©2016


“Itu karena aku mencintaimu. Sangat mencintaimu!” kata Sehun waktu itu. Yeri masih mengingat kalimat itu dengan jelas.

Sehun mengucapkannya dengan suara yang lantang kemudian mendekap Yeri yang masih terisak hebat karena ulah Luhan.


Tujuh warna pada pelangi persahabatan yang telah Yeri dan Sehun lukiskan bersama selama tiga tahun seketika pudar oleh pengakuan Sehun yang sangat mengejutkan. Juga pengakuan Luhan yang membuat hati Yeri terbelah menjadi beberapa bagian kecil. Pengertian telah diberikan Luhan yang ternyata hanya menganggap Yeri sebagai adik pun belum cukup membuat gadis itu keluar dari zona egoisnya. Luhan laki-laki pemberi harapan palsu. Sehun adalah laki-laki terpengecut dalam hidupnya. Setidaknya itulah yang ada di benak Yeri saat ini. Dia merasa dipermainkan oleh kakak-beradik itu.

***

(Flashback on)


“Kenapa kamu ngga bilang kalo Luhan Oppa cuma nganggep aku adik?! Kamu tahu, tapi kamu pura-pura bisu! Bahkan kamu selalu bilang sesuatu tentang dia yang bikin hatiku berbunga-bunga. Maksud kamu apa?” tanya Yeri dengan suara seraknya karena tangis.

“Aku di hadapkan sama kenyataan kalo kamu suka Luhan. Kakakku sendiri. Aku tahu seberapa besar perasaan kamu. Dengan segala sesuatu yang ada di diri Luhan bisa bikin mata kamu berbinar. Aku ngga mau menghancurkan semua itu. Aku ngga mau menghancurkan hati kamu dengan mulutku sendiri,” jawab Sehun dengan menatap lurus-lurus ke arah Yeri. Gadis itu masih terisak.

“Tapi kenapa? Bukannya kamu sahabat baik aku? Kita sahabatan udah dari kelas 2 SMA! Harusnya kamu bisa tega buat jujur sama aku! Seenggaknya kalo kamu jujur, aku ngga akan terbang setinggi ini dan jatuh sesakit ini,” ujar Yeri dengan emosi yang belum stabil.

“Itu karena aku mencintaimu! Sangat mencintaimu! Apa ada jalan lain selain menjaga perasaan satu-satunya orang yang kamu cintai? Bikin kamu selalu bahagia adalah harga mati,” jawab Sehun.

“Kamu cinta sama aku? Kamu tahu apa artinya? Persahabatan kita yang udah lama.. aku ngga pengen semuanya berakhir sia-sia. Takdir kita udah jelas. Aku dan kamu tahu itu,” kata Yeri lalu melepas dekapan Sehun.

“Seorang laki-laki dan seorang perempuan ngga akan bisa selamanya cuma bersahabat. Apa kamu bener-bener ngga ada perasaan apapun sama aku?” tanya Sehun dengan tatapan tajamnya ke arah mata yang masih berair itu. Kali ini Yeri tak bisa menjawab apapun. Ada sebuah dilema besar yang seperti angin puting beliung memporak-porandakan hatinya.


(flashback off)

***

Apa aku ngga punya perasaan apapun sama Sehun?” Yeri membatin malam ini.

Pandangannya menerawang ke arah langit langit kamar.


Aku kangen kamu, Hun. Kangen semuanya tentang kita. Tentang kita yang saling mendekap karna saling membutuhkan. Kangen perdebatan kita tentang sesuatu hal yang menurutku ngga penting. Kangen beberapa hal konyol yang sering kita lakukan. Kenapa sih?! Kamu ngga ngerti-ngerti juga! Kamu kan yang salah. Apa susahnya menghubungi aku buat minta maaf?” batinnya lagi sebelum ponselnya berdering. Yeri terperajat dari tempat tidurnya. Berharap kalau dering itu mengisyaratkan panggilan dari Sehun. Kemudian ekspresinya berubah ketika melihat nama yang tertera pada layar ponsel. Luhan. Yeri buru-buru mengangkatnya. Untuk apa dia menelepon Yeri malam-malam?

***

Sehun merapikan beberapa album foto yang berisi banyak sekali potretnya dengan Yeri. Memasukannya ke dalam sebuah kotak manis berukuran sedang dan menaruhnya di atas salah satu sisi almari kecil.


Maaf. Mungkin ngga ada kata yang lebih baik dari itu. Maaf,” batin Sehun. Sekarang ia melangkah mendekati ranjang kemudian menghempaskan tubuh di atasnya. Kedua tangannya diletakkan di belakang kepala dan menghadap ke arah langit-langit kamarnya.


Kalau memang dia engga bisa memaafkan aku. Aku ngga akan memaksa. Kalau memang semuanya harus berakhir sia-sia. Aku bisa apa? Aku bukan Tuhan yang bisa membolak-balikan hati manusia. Aku takut menemuimu. Aku takut kamu lebih marah lagi dan lebih membenciku lagi.” Suara hati Sehun kembali bersuara.

Kreek!

Pintu kamar Sehun tiba-tiba terbuka. Ada seseorang yang membukanya dari luar.


“Hun?” panggil Luhan sambil melongok ke dalam kamar Sehun. Suara Luhan membuat Sehun tersadar dari lamunannya. “Eh, Kak. Kenapa?” jawab Sehun tanpa merubah posisi berbaringnya.


“Aku rasa ada yang harus kita omongin, Hun. Sekarang,” ujar Luhan. Mengambil beberapa langkah mendekat ke arah Sehun.

***

Pukul tujuh pagi Yeri sudah terlihat sangat rapi. Buru-buru gadis itu menuruni anak tangga dan menyambar kunci mobil yang tergeletak di atas meja dekat ruang keluarga. Rambut panjangnya pun dibiarkan tergerai. Ada kegelisahan yang tersirat di wajah manisnya. Semacam perasaan tak ingin terlambat ke suatu tempat. Dan tak ingin kehilangan sesuatu yang ia tahu kalau ia terlambat sedetik saja, semuanya akan benar-benar berakhir.

***

Baru saja Sehun membuka pintu rumahnya. Yeri telah berdiri tepat di depan pintu rumah. Sehun tertegun melihat gadis bersurai cokelat itu di hadapannya. Yeri menangis! Belum sempat Sehun berkata sepatah kata pun. Dengan cepat Yeri mendekap Sehun. Gadis itu menenggelamkan wajahnya tepat di pundak kanan Sehun.


“Pokoknya sampai kapan pun aku ngga akan mau maafin kamu kalo kamu beneran pergi,” ujar Yeri. Sehun masih tertegun sekaligus bingung. Apa maksud Yeri? Pergi? Pergi kemana?


“Kamu harus tahu. Aku ngga marah sama kamu. Aku yang salah. Aku yang bodoh. Bisa-bisanya aku ngga sadar kalo kamu menaruh perasaan itu. Semua karena aku terlalu sibuk sama pesona Luhan oppa,” lanjut Yeri panjang lebar. Kali ini kalimat gadis itu membuat senyum Sehun mengembang. Sehun melepaskan dekapan Yeri lalu menggenggam kedua tangan cewek itu dan menatapnya lekat-lekat. Sehun masih terdiam.


“Hun, aku harus buat pengakuan, sekarang. Setelah tahu kenyataan kalo kak Luhan ngga cinta sama aku, hati aku hancur. Kamu tahu gimana aku nangis hebat karena itu. Tapi.. aku udah lupa rasa sakitnya. Bahkan aku terlalu lebih memikirkan ngga mau kehilangan kamu. Aku—ngga mau ada di belahan dunia mana pun yang ngga ada kamu. Semacam perasaan aneh. Lebih hebat dari perasaanku ke kak Luhan,” tutur Yeri lagi sambil membalas tatapan Sehun dengan hangat.


“Hey. Kamu ngga bodoh. Mungkin aku yang terlalu pengecut menyembunyikan semuanya. Hampir aja aku terlambat,” balas Sehun kemudian menghapus air mata gadis di hadapannya.


“Itu artinya, kamu ngga akan pergi kan?” tanya Yeri. Sehun terkekeh kecil.


“Pergi kemana? Kan kamu udah di sini. Tadinya aku mau ke rumah kamu dan minta maaf. Tapi malah kamu ke sini,” jawab Sehun. Yeri mengernyitkan dahi.


“Maksudku, kamu ngga jadi pergi jauh kan? Kak Luhan semalem bilang di telepon kalo kamu mau pergi jauh,” timpal Yeri lagi. Sehun langsung teringat kata-kata Luhan semalam. Luhan berkata, dia akan benar-benar merebut Yeri jika Sehun tidak buru-buru memperbaiki hubungannya dengan Yeri. Sehun sadar, ini adalah rencana kakaknya.


“Menurut kamu, jarak antara rumahku ke rumahmu jauh atau dekat?” Sehun balik bertanya.


“Yaa.. jauh sih,” jawab Yeri dengan polosnya.


“Itu artinya, kak Luhan ngga sepenuhnya menipu kamu,” ujar Sehun lalu melemparkan tatapan jenaka ke arah Yeri. Gadis itu mengerucutkan bibir kesal. Tetapi dua detik kemudian mengganti ekspresinya dengan senyum termanis yang ia punya. Yeri telah merasa utuh kembali karena Sehun ada bersamanya sekarang.

***

Luhan menutup kembali tirai jendela rumahnya. Kegiatan mengintipnya telah selesai. Seulas senyum terukir di bibir manis lelaki itu. Dengan langkah cepat ia berjalan menuju kamarnya. Lalu merebahkan diri di atas ranjang. Menit selanjutnya Luhan berjalan ke arah komputer lipatnya yang masih menyala di atas meja. Menelusuri beberapa folder yang tersimpan di dalamnya sampai kemudian membuka sebuah folder bernama 'LOVE' dan membukanya. Semuanya berisi foto-foto seorang gadis yang ia suka.

Yeri! 


Gadis mungil yang dikenal dari adiknya. Gadis dengan tawa renyah yang sering mengisi udara rumahnya. Tetapi sekarang, dihapusnya folder itu tanpa ragu.

Mungkin aku akan menjadi laki-laki paling egois kalau aku menjadi penghalang di antara dua orang yang saling mencintai. Dari awal aku bisa melihat bagaimana Yeri bisa menjadi diri sendiri saat bersama Sehun. Tetapi tidak saat bersamaku. Matanya selalu berbinar ketika menyebut nama Sehun. Meskipun dia menunjukan perhatian lebih terhadapku. Ya. Hatinya tidak bisa berbohong. Dia salah mengartikan perasaannya terhadapku. Dan tidak menyadari perasaannya untuk Sehun. Aku mengenal adikku sendiri. Seberapa besar perasaannya terhadap Yeri. Perasaanku jauh lebih kecil kalau dibandingkan. Aku akan berhenti mencintaimu, Yeri,” batin Luhan dalam lamunannya. Pandangan matanya masih menerawang ke arah layar komputer lipatnya yang baru saja dimatikan. Lalu seulas senyum terukir di bibir Luhan lagi.

— end

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "I'm Your Yeri"

Post a Comment