STOP IT
[Disappointed]
Cast :
Shani Indira Natio (Member of JKT48)
Bobby Hadamara (OC)
Jessica Vania (Member of JKT48)
Adnan Revidial Putra (OC)
Fahri Andrerizky (OC)
Kisah ini
hanya fiktif belaka. Maaf atas kesamaan nama (khusus OC), tempat, dll. Typo(s)
in everywhere, harap maklum
2015 All Right Reserved
***
Hampir dua hari gue mogok makan, males keluar kamar,
dan mewek sampe bantal basah dan tisu bertebaran dimana-mana. ini salah gue.
Gue kira malam itu adalah akhir dari cerita
menyedihkan yang gue sebut dengan relation—shit. Tapi kenyataannya cerita yang
lebih menyedihkan baru aja dimulai. Kisah yang lebih buruk, lebih menyakitkan,
dan lebih bikin hidup gue sengsara.
Gue tanpa dia akan lebih bahagia. itu adalah asumsi
yang gue utarakan saat setelah kejadian. Akan tetapi kenyataannya berbunyi, gue
tanpa dia hanya butiran debu yang tiada kepastian.
Dua hari setelah perang hebat dan kata putus, gue
baru menyadari suatu hal yang selama ini nggak pernah terbersit sekalipun dalam
hati.
Gue akan rela bersama dia apapun yang terjadi
sekalipun itu menyakitkan. Karena tidak bersamanya adalah hal yang paling
menyakitkan yang tidak akan pernah gue sanggupi untuk lakukan.
Tapi semua udah terjadi. Istilahnya, nasi telah
menjadi bubur. Nggak ada replay.
Sekarang gue Cuma bisa menyesal. Menyesali segala kesalahan yang udah gue buat
di waktu lampau.
Andai gue bisa kembali ke waktu itu dan memutar
waktu sesuka hati gue. satu hal yang ingin gue lakukan saat ini yaitu, menarik
semua kata-kata kasar yang sudah gue lontarkan untuk memaki Bobby. Tapi semua
itu impossible, gue tahu kok.
Terkadang gue berpikir, apakah dia juga menyesal
atas semua kejadian malam itu? Apakah dia juga ingin memutar waktu dan akan
memilih tetap bersama gue?
Oh
God please. Tolong dekatkan kita kaya dulu lagi. nggak akan ada
kesalahan yang sama. Gue akan memahami situasi dengan baik. gue pengen balik.
Tolong kasih kesempatan buat gue. tolong. Hanya untuk sekali ini aja. Gue janji
nggak akan mengecewakan dia.
Gue kecewa sama diri gue sendiri. Kenapa sikap gue
harus kaya gini. Nggak bisa konsisten sama omongan sendiri. Seharusnya gue
nggak ada harapan untuk kembali ke pelukan Bobby. Seharusnya gue paham sama apa
yang udah gue katain saat itu. Seharusnya gue bahagia, bukannya sedih dan
kecewa kaya gini.
“Shania, lo jangan galau mulu deh dek. Makan gih.
Ntar lo bisa sakit dan yang repot ya bakalannya gue. cepet sana.”
“Males bang. Nggak mood.”
“Yaelah, masa cuma gara-gara cowo nggak jelas kaya
si Bobby, hidup lo jadi nggak ada warnanya gini? Ayo dong semangat. Ceria kaya
dulu lagi.”
“Nggak bisa bang. Susah. Hati gue udah terlanjur
cinta sama dia.”
“Alahh.. lebay amat lo. Dasar alay.”
“Lo nggak ngerti sih bang gimana perasaan gue. gue
emang nggak selingkuh kok. Tapi kenapa dia nggak mau percaya sama gue? kenapa
dia lebih percaya sama Genta? Ini semua salah Genta. Emang bangsat itu anak.
Dia adalah penyebab kekacauan ini semua. Gue benci dia. Gue benci sama Genta.
Gue nggak akan maafin dia.”
Fahri berjalan menghampiri gue dengan wajah yang
nggak bisa gue artikan.
“Lo nggak boleh gitu. Lagipula salah siapa, kenapa
lo nggak nenangin diri dulu sebelum memutuskan untuk putus dari Bobby. Sekarang
siapa yang nyesel? Lo sendiri kan. sekarang lo makan gih. Masalah kali ini,
jadiin pengalaman. Jangan sampe hal ini terulang lagi di masa yang akan datang.
Lo boleh kok menyesal tapi jangan larut terlalu lama di satu lubang. Lo harus
bangkit dan buktiin sama Bobby kalo lo bisa hidup tanpa dia. Lo tau nggak,
dengan perubahan hidup lo yang kaya gini. Yang semakin hancur setelah putus
sama dia, hal ini membuat dia bahagia. pasti dalam hati dia bangga. Ternyata
dia bisa bikin cewe kaya lo, patah hati dan merengek-rengek minta balik ke dia.
Makanya lo harus bangkit, ngerti?”
“Emangnya gitu ya bang? Jangan-jangan sekarang Bobby
lagi ketawa ngakak karena saking bahagianya ngeliat gue yang makin ancur kaya
gini.”
“Makanya lo bangkit deh dari keterpurukan ini.”
Setelah mendengar kalimat Fahri yang panjang kali
lebar sama dengan luas persegi panjang(?) gue jadi sadar dan paham sama situasi
kaya gini. Gue nggak boleh kelihatan terpuruk supaya dia nggak berpikiran kalau
gue nggak bisa hidup tanpa dia. Yang harus gue lakukan adalah makin sukses dan
bikin dia menyesal karena udah putusin gue.
Kehidupan gue menjadi normal kembali. Keceriaan,
canda-tawa, kekonyolan, kealayan, kegilaan gue balik lagi. gue berasa hidup
kembali. Semuanya telah normal dan yang paling penting adalah gue bisa bahagia
sama kehadiran sahabat-sahabat.
Entah gue yang kepedean atau emang ini adalah faktanya.
Gue sering lihat Bobby melirik gue dan tampang wajahnya kusut banget. Kayanya
dia nggak terima sama kebahagiaan gue yang maksimal ini. HAHA. Gue semakin
bahagia karena bisa bikin cowo rese yang satu itu bête.
“Kenapa lo ketawa-ketawa nggak jelas kaya gitu? Lagi
sakit ya?” tanya Jevan yang mungkin sempat melihat senyuman gue saat memandang
Bobby.
“Coba lo pegang jidatnya deh Je!” suruh Adnan
“Gue sehat kalee. Lo kira gue nggak waras apa?”
“Abisnya lo senyum-senyum sendiri sih. Emangnya lo
ngetawain apa? Ada yang lucu ya?”
“Jevan mulai kepo.. si Prinje makin kepo.”
Jevan hanya memanyunkan bibirnya dan sekali
menjulurkan lidah. Sekarang ini anak punya sebutan baru sih. Prinjepo, artinya
princess Jevan kepo tapi kadang-kadang dia cuma dipanggil Prinje.
“Eh btw, sekarang lo kayanya bahagia banget Shan.
Udah bisa move on dari Bobby?”
“Udah dong Ad.” Sahut gue bangga
“Terus terus.. sekarang lo udah coba buka hati
lagi?”
Gue menatap Jevan. “Pliss deh ya. gue baru aja putus
dan mendapati hidup gue yang berantakan karena cowo. So, gue belum ada niat
untuk cari pacar lagi. karena gue tau, pacar itu cuma beban dalam hidup.
Mending jadi sahabat aja. Asik-asikan dan nggak akan ngerasa terkekang.”
“Dengerin tuh Nan.”
“Hah? Kok gue?”
“Iya elo lah. Masa gue.”
Apaan lagi coba? Mereka ribut lagi kaya kucing sama
anjing yang selalu, selalu, dan selalu bertengkar. No berantem no life kali ya
prinsip mereka.
END
0 Response to "[STOP IT 4] Disappointed"
Post a Comment