EXO’s Do Kyung Soo – OC Min Nam Jung ♫ Romance ♫ Oneshot
*
Aku mencintaimu, terima kasih untuk sarapan pagi ini!
*
Mentari pagi menerobos kaca jendela bening tanpa gorden. Dengan perkasanya menerpa wajah seorang pemuda yang berbaring diatas sofa berwarna pale orange. Pemuda itu menggeliat kasar seraya mengusap bagian mata yang masih tertutup rapat.
Seorang gadis berjongkok di lantai. Kedua lensa matanya mencembung dan langsung meneruskan cahaya menuju ke bintik kuning.
Anak ini belum bangun juga. Tidur atau mati? Ah tidak mungkin kalau dia mati bisa menggeliat seperti itu, batinnya bahkan membuat bulu kuduknya meremang karena geli mengingat gerakan yang dilakukan pemuda itu saat mendapat rangsang berupa cahaya.
Jari telunjuk gadis itu bergerak mendekati wajah Kyungsoo—pemuda itu—yang menyamping, dengan ragu ia pun mendaratkannya di pipi kanan pemuda itu. Hanya sedikit sentuhan ringan namun berhasil membuat mata pemuda itu membulat sempurna.
Apakah aku berada di rumah penjahat? Hati Kyungsoo tak henti-hentinya menerka kejadian buruk yang telah maupun akan terjadi padanya ketika berada di ruangan ini. Bahkan Kyungsoo belum melihat isi ruangan ini. Tatap matanya hanya fokus pada kulit sintetis yang melapisi sofa empuk yang ia gunakan untuk berbaring.
“Ya.. bangunlah! Apa kau mati?”
Dengan secuil keberanian Kyungsoo menolehkan kepalanya kearah kanan. Gerakan pelan yang bertahap hingga—
“AAAA!!!” teriak Kyungsoo yang juga membuat gadis itu terkejut hingga terjengkang ke belakang dan mendapat nasib buruk pagi ini.
***
Min Nam masih duduk di kursinya. Menatap sosok pemuda yang duduk di hadapannya. Gadis itu melipat lengan dan meletakkannya di atas meja makan serta tak lupa dengan tatap mata mengintimidasi yang ditujukan pada lelaki kurang ajar—baginya—itu.
“Ya! Kenapa kamu berteriak huh? Itu sangat mengejutkanku tahu!” sembur Min Nam tanpa berbasa-basi sedikitpun. Sekilas ia menyentuh kepala bagian belakangnya yang tadi sempat terbentur dengan kaki meja.
“Siapa yang mengajarimu berpakaian seperti ini huh? Baju kedodoran, celana yang sobek dibeberapa bagian, bahkan mukamu itu terlalu menakutkan tahu!” jawab Kyungsoo yang diselimuti nada tak kalah tinggi. Bahkan ia bergidik saat melihat penampakan—cara berpakaian Min Nam—yang sangat mengerikan, dengan rambut acak-acakan yang menyerupai bulu singa ketika marah.
“Apa katamu?” pekik Min Nam kurang terima dengan jawaban Kyungsoo yang jauh dari perkiraannya, “Apa kamu tidak diajari sopan santun oleh kedua orangtuamu huh? Bisa-bisanya mencela orang yang sudah menolongmu,” Min Nam mendengus kesal.
Waktu seakan berhenti berputar bagi Kyungsoo. Manik gelapnya jauh menerawang ke suatu tempat yang gelap, saat ia sedang dihajar oleh beberapa pria pemabuk yang kebetulan lewat di jalan yang sama dengan Kyungsoo. Ketika ia sudah kehabisan tenaga bahkan sulit untuk membuka mata, seseorang laksana pahlawan datang menolongnya.
“Apa itu kamu?”
Min Nam menolehkan kepalanya lagi untuk menatap wajah Kyungsoo yang lebam dimana-mana, “Eung,” katanya seraya menganggukkan kepala.
Kyungsoo tak percaya. Jadi yang menolongnya adalah seorang gadis? Bagaimana mungkin?
“Jangan berterima kasih dan merasa canggung. Aku hanya kebetulan lewat sana dan melihatmu tak berdaya, jadi aku memutuskan untuk mengeluarkan jurus karate terbaikku. Kamu beruntung karena aku datang tepat waktu.”
“Tepat waktu apanya huh? Saat itu aku sudah sekarat dan hampir mati tahu!” sentak Kyungsoo.
“Hampir kan?” sela Min Nam cepat dengan nada meremehkan, ia bangkit dari kursinya, “Cepat mandi dan obati lukamu, aku akan membuatkan sarapan untuk kita. Di rumah ini aku adalah orang terpandai dalam segi memasak.”
Iris gelap Kyungsoo tak lepas dari punggung Min Nam yang melengang pergi ke dapur. Ia mendecih sebal, “Dasar sombong.”
***
Sebenarnya apa yang dilakukan anak itu? batin Kyungsoo geram tatkala cacing-cacing di dalam perutnya memberontak sampai terdengar suara orchestra nyaring.
Kepala Kyungsoo menoleh kearah samping ketika bunyi debuman mengusik telinganya. Ternyata Min Nam yang tak sengaja tersandung meja dapur dan sekarang gadis itu sedang berjalan kearah Kyungsoo dengan membawa dua mangkuk di kedua tangannya.
Min Nam meringis, menunjukkan deretan giginya seraya memberikan semangkuk berisi makanan pada Kyungsoo dan diterima oleh pemuda itu.
Kyungsoo mendengus, “Lain kali gosok gigimu lebih lama.”
Seketika bibir Min Nam terkatup rapat. Betapa sial hidupnya bertemu dengan lelaki cerewet seperti Kyungsoo. Sebenarnya sudah terlalu sial, karena setiap hari ia akan bertemu dengan lelaki itu di kampus dan sekarang harus menampungnya di dalam rumah.
Bibir Kyungsoo menganga lebar ketika melihat rupa makanan hasil masakan Min Nam.
“Waeyo?”
“Apa kamu selalu makan makanan seperti ini?”
“Hm? eng..” Min Nam mengeluarkan ujung sumpit dari mulutnya dan mulai mengunyah nasi perlahan, “tidak juga, biasanya aku akan makan beberapa sayuran juga.”
Kyungsoo mendesis, “Bagaimana bisa kamu makan telur gosong seperti ini huh? Lihat bentuknya, bahkan aku tak sanggup untuk melihatnya.” Kyungsoo mengangkat telur goreng menggunakan sumpitnya, “bahkan menyisakan warna hitam diatas nasiku.”
“Mian. Lagipula, ini kan hanya sedikit gosong.”
“Sedikit apanya? Ya! Apa ibumu tak pernah mengajari cara memasak yang benar?”
Min Nam meletakkan sumpitnya diatas meja denga kasar hingga menimbulkan suara yang memekakkan telinga, “Kamu pikir kamu siapa huh? Aku sudah berbaik hati memberimu tempat untuk tidur, bahkan memberimu sarapan dan obat, tapi inikah balasanmu? Bahkan kamu tidak berterima kasih padaku.”
“Aigo~ kamu sudah pikun ya? kamu sendiri yang mengatakan supaya aku tak perlu berterima kasih padamu. Babo~ya.”
Min Nam hanya bisa menahan emosinya di dalam kepalan tangan karena yang diucapkan Kyungsoo memang benar. Lagipula saat ia mengatakan bahwa ia adalah orang terpandai dalam hal memasak di rumah ini, itu karena ia hanya tinggal dengan anjing peliharaannya saja.
“Serahkan padaku untuk sarapan pagi ini.”
***
Karena semua persediaan bahan makanan di dalam almari es milik Min Nam sudah habis, alhasil Kyungsoo harus merelakan beberapa lembar uangnya untuk menggenapi biaya berbelanja hari ini, hitung-hitung untuk membalas budi, pikirnya.
Kyungsoo mengambil salah satu troli dan mendorongnya pelan.
“Biar aku saja.” Kata Min Nam yang langsung mengambil alih troli mereka. Kyungsoo hanya mengangguk, kemudian melihat daftar belanjaan yang harus dibeli hari ini. Ada banyak.
“Hei Min Nam, bisakah kita mengurangi daftar belanjaan? Sepertinya ini terlalu banyak.” Kata Kyungsoo tak lepas dari kertas yang ia pegang. Lalu kepalanya menoleh ke samping, “Min Nam kamu dimana?”
Tak jauh dari tempat Kyungsoo berdiri, seorang gadis kekanak-kanakan sedang memainkan troli belanjaan. Mendorong kesana-kemari tanpa rasa malu sedikitpun. Wajahnya berbinar bahagia. Min Nam melambaikan tangannya pada Kyungsoo, namun pemuda itu malah berpura-pura tak melihat.
Alhasil Min Nam pun bergerak menghampiri Kyungsoo dan langsung menggandeng tangan pemuda itu untuk mengikutinya. Mereka berdua memilih untuk menuju ke bagian daging terlebih dahulu.
“Apa kamu selalu melakukan hal yang seperti tadi?”
“Hal apa?”
“Memainkan troli?”
“Ah itu. Entahlah, aku hanya sedang merasa bahagia dan ingin melakukannya.”
“Apapun alasannya, tolong jangan lakukan itu saat bersamaku.”
“Waeyo?”
“Itu membuatku malu, bodoh.”
Min Nam tersenyum jahil, “Begini? Beginikah? Lihat aku Tuan Kyungsoo..” tawa Min Nam meledak saat mencoba membuat Kyungsoo kesal dan tampaknya berhasil.
Mata Kyungsoo melirik ke sekitar, lalu menghampiri Min Nam cepat dan langsung menggait kepala gadis itu hingga terjepit diantara lengan dan ketiaknya.
“Ya! Lepaskan aku Kyungsoo~a! Kamu bau tahu.”
Kyungsoo menggeleng, “Aku tidak akan melepaskanmu Min Nam~ssi, kecuali jika kamu berjanji tidak akan mempermalukanku.” Katanya seraya mengusap rambut Min Nam yang dikucir satu. Ia tertawa hingga menimbulkan love shape di bibirnya.
***
“Kita akan memasak apa untuk hari ini, chef Kyungsoo?” tanya Min Nam yang sudah mempersiapkan segala bahan memasak yang diperintahkan Kyungsoo padanya.
“Bibimbab.” Jawab Kyungsoo cepat sembari menyerahkan beberapa buah wortel supaya dipotong oleh Min Nam, sementara itu Kyungsoo akan memanggang daging dan mengurus bahan lainnya.
Sepuluh menit berlalu.
“Sudah selesai?” tanya Kyungsoo yang menghampiri Min Nam.
Gadis itu menggeleng.
“Astaga, berikan padaku.”
Min Nam menyerahkan pisau dapur dan sebuah wortel pada Kyungsoo.
“Lihat aku ya.”
Min Nam mengangguk.
Kyungsoo mulai memotong wortel hingga mejadi empat bagian besar, barulah memotong menjadi beberapa bagian kecil. Pemuda dengan bibir berbentuk love ini begitu telaten hanya untuk mengiris wortel.
Min Nam menatap Kyungsoo lekat. Bukan bagaimana cara memotong wortel yang benar, melainkan wajah lelaki itu yang sangat manis saat sedang memotong wortel. Bibir Min Nam membuat sebuah lengkung senyum.
“Kamu terlihat manis saat melakukannya.” Gumam Min Nam asal.
“Apa?”
“Huh? Tidak.. tidak ada apa-apa. Teruskan saja.”
Kyungsoo meraih tangan Min Nam dan memberikan pisau dapur itu padanya, “Kamu yang seharusnya memotong wortel!” katanya seraya menjitak kepala Min Nam lalu timbul suara ringisan.
Tak berapa lama kemudian, menu makan pagi Min Nam dan Kyungsoo sudah siap disantap. Mereka berdua makan di ruang makan dengan saling berhadapan.
“Kyungsoo~a kamu sangat pandai memasak. Daebak!”
“Mullon.” (tentu saja) Sombongnya. Kemudian tertawa.
Deg deg deg…
Ada apa jantung?
Apa kau sedang sakit atau apa?
Deg deg deg…
Oh ayolah, aku sedang tidak ingin bermain sekarang.
Tawa Kyungsoo mereda dan dia memulai untuk menghabiskan bibimbapnya lagi. tapi mata Min Nam sungguh tak dapat berpaling.
Kyungsoo~a, apa aku jatuh cinta padamu?
Benar begitu, dan aku mencintaimu karena masalah sarapan.
Min Nam tersenyum.
Hanya karena menu makan pagi,
dan aku bisa merasakan betapa bahagianya diriku hari ini.
Sarapan bersama orang yang aku cintai?
Bahkan aku tak pernah membayangkannya.
0 Response to "Cooking Made Love"
Post a Comment