Park
Cho Young | Sad | PG | Auxcirbe Artwork | Deliveliva,2015
What Should I do? Should I let you go and forget our memories? I don’t know, if I Could?
About
Cho Young’s Heart
Choyoung menutup gorden bermotif yang ada di kamarnya,
sekaligus menutup kenangan pahit tiga tahun lalu yang sampai sekarang tak bisa
dilupakannya. Sebenarnya apa yang salah darinya, hingga pria itu dengan tega
mencampakkannya seperti ini?
Entahlah, meskipun sudah tiga tahun berlalu dengan
berbagai hal yang banyak dilewatinya bahkan banyak pria yang mengajaknya
kencan, Choyoung masih belum bisa meninggalkan semua kenangan yang tercipta
antara kedua insan yang pernah terjalin hubungan erat.
Apakah Choyoung pantas mendapatkan semua ini? Jika
jawabannya ‘ya’, apa alasannya?
“Choyoung, makan malamnya sudah siap. Apa kau mau makan
bersama atau aku yang akan membawanya ke kamarmu?” tanya Jiyoon, teman
seapartemennya.
Bukannya menjawab, tapi gadis berparas tirus itu malah
menghela nafasnya berat dengan tatap mata yang tak lepas dari sebuah figura
foto di tangannya.
Jiyoon sering mendapatkan hal ini sehari-hari. Semua
ini bukanlah hal yang mengejutkan baginya, tapi berhasil membuatnya sangat
sedih hingga terkadang membuatnya menangis di kala malam menjelang sebelum
matanya tertutup dan raganya terlelap dalam tidur yang menenangkan.
“Hentikan menangisi pria itu Choyoung. Apa kau tahu,
kau menyakiti dirimu sendiri jika meneruskannya.”
Gadis yang mengenakan sweater merah jambu itu menyeka
ujung matanya yang sudah basah. Dengan jemarinya, ia menghapus jejak air mata
yang tadinya mengalir di wajah manis miliknya.
“Aku tidak tahu apa yang bisa ku lakukan, Jiyoon.
Bagaimana aku bisa berhenti menangisinya, kalau hatiku masih belum bisa
merelakan kepergian Jaehyun?”
Jiyoon tersenyum sembari mengelus bahu kawannya, “Ada
satu cara, yaitu dengan tidak memikirkan pria itu. Jangan biarkan memorimu
mengulas cerita lama kalian, bahkan jangan sampai namanya terlintas di benakmu.
Setelah itu kau akan berhasil meninggalkannya di masalalu. Percayalah padaku,
kawan.”
“Entahlah, aku tidak yakin bisa melakukannya.”
“Kau harus mencoba. Aku akan menyiapkan makan malam mu,
dan membawanya ke kamar.”
Choyoung menahan lengan Jiyoon, “Tidak perlu. Aku akan
kesana sebentar lagi. Mulailah makan terlebih dahulu.”
Jiyoon hanya menganggukkan kepalanya sebelum menutup
pintu.
HURT—DELIVELIVA
Why did you do it? What
are you planning this from the beginning? If so, I’m very disappointed. And
very sorry for giving you great confidence
HURT—DELIVELIVA
Park Cho Young membuang nafasnya, sekaligus membuang
segudang kalimat mengenai janji-janji Jaehyun di masa lampau. Jika pria itu
hanya menginginkan Cho Young sakit hati dengan memberikan janji-janji palsu,
wanita ini begitu menyesal karena sudah memberi kepercayaan lebih untuknya.
Jika ia dapat memutar waktu, Choyoung akan menolak Jaehyun mentah-mentah saat
itu.
HURT—DELIVELIVA
“Cho, aku akan pergi ke mini-market, kau mau ikut?”
tegur Jiyoon.
Choyoung yang tadinya hanya duduk menatap jendela,
segera mengalihkan pandangannya untuk memperhatikan temannya yang sudah rapi
dan siap untuk keluar. Ia hanya tersenyum menanggapinya.
“Cepat ganti pakaianmu!” setelah berseru, Jiyoon
mengambil kursi di dekatnya untuk menunggu Choyoung selesai dengan urusannya.
HURT—DELIVELIVA
Park Cho Young, gadis itu tengah sibuk memilah bahan
makanan. Menimbang-nimbang apakah ia akan membeli daging atau cumi-cumi.
Semuanya enak menurutnya, tapi ia harus berhemat karena sisa uang dalam
tabungannya yang kian menipis. Terlebih ayahnya belum menstransfer uang
bulananannya pada bulan ini.
Cho Young mendesah, karena semakin memikirkannya, ia
akan semakin bingung. Akhirnya ia mengembalikan dua barang tersebut seperti
semula. Kemudian memutar matanya liar untuk menemukan Jiyoon yang baru disadari
ternyata terpisah olehnya.
Tapi yang ia tangkap justru seseorang yang selama ini
ia cari-cari. Sosok jangkung berwajah pucat, ya, siapa lagi kalau bukan Ahn Jae
Hyun?
Semangatnya seakan berkobar dalam dada. Serasa
mendapatkan banyak kekuatan, ia berniat untuk menghampiri pemuda itu. Dan
bahkan bibirnya sedang mngembang saat ini, tersenyum lebar layaknya orang gila
di dalam keramaian.
Namun langkahnya terhenti. Seorang gadis merangkul
lengan Jaehyun, lalu membawanya pergi, hilang dari pantulan bola matanya.
Jaehyun-ya, kau mau kemana?
Kakinya sangat ingin mengejar, tapi tangannya sudah
digenggam oleh Jiyoon yang entah sejak kapan sudah berdiri disampingnya.
“Ada apa Choyoung-ah?”
“Anni, anniya Jiyoon.”
Dan setelah itu Choyoung tak pernah melihat sosok
pemuda itu. Sosok yang amat ia rindukan selama lebih dari dua thuan ini, ya,
sosok pucat yang menyenangkan. Kapan mereka akan bertemu lagi? kapan?
HURT—DELIVELIVA
0 Response to "Hurt | Chapter 1"
Post a Comment