Is it Your Present?


Is it your PRESENT ?


 'Inikah hadiah yang pernah kau janjikan?'



Starring: Luhan featuring OC || Genre: Sad, melodrama || Length : Ficlet (690+ words) || Rate : General || By HellAngel



Desau angin membuat helaian mahkota hitamku menari-nari. Terhempas dalam sirkulasi udara yang tak kunjung berakhir. Berpijak di dalam hening dan terlingkup bersama peluh di dahi.

Jangan pergi ...

Ranting pohon—yang senantiasa memeluk batangnya—meliuk ke sana-ke mari, melambai pelan dengan serpihan debu yang bertebaran tanpa henti. Berguguran, lembar hijaunya turun menapaki permukaan tanah tanpa secelahpun terlewati. Terbang tak tentu arah, hanya meninggalkan kokohnya batang yang telah kehilangan separuh hidupnya—tanpa mampu berbalik untuk sekedar menyamarkan gundah di hati.

Jangan pergi ... Aku mohon ...

Berlari menyusuri tepi jalan yang bagai tak ada ujungnya ini bukanlah hal yang akan membuatku berhenti. Aku tetap berlari, mengusap peluh, bersimbah lelah dan melawan teriknya mentari yang tersenyum remeh di atas permadani langit. Jikalau pada akhirnya tubuhku terbakar oleh panas, atau tenagaku yang akan terkuras tanpa sisa—aku tak apa. Aku akan baik-baik saja, asalkan kau tetap disana.

Tunggu aku ... Sedikit lagi ... Jangan pergi sebelum aku melihatmu ...

Kupercepat kembali langkah kakiku—nyaris tak menapak tanah. Hanya sedikit lagi, gedung besar yang halaman depannya dipenuhi kendaraan terparkir manis itu sudah tertangkap samar di dalam netraku. Membuat jantung ini semakin berdetak kencang, serta palung hatiku yang bergejolak tanpa perintah otak seperti pada umumnya.

* * *

“China... aku akan kembali ke sana.”

Hening seketika menyelimuti, bersamaan dengan aku yang sudah mulai bermusuhan akan abjad yang telah sangat fasih di lidahku.

“Karena kita sudah resmi lulus SMA, aku harus kembali ke kampung halamanku dan melanjutkan pendidikanku di sana,” jelasnya. Aku tertegun sejenak.

“Kapan?”

“Secepatnya.”

* * *

Aku langsung menerobos masuk ke dalam, berlalu dari sebuah pintu kaca yang selalu berdiri tegak di jalan utama. Tubuh ringkihku terombang-ambing kala bertubrukan dengan bahu tegap orang lain—nyaris ambruk. Kuhampiri salah seorang petugas yang berdiri kaku di sudut tempat ini. Tanpa mengatur napas, aku segera mengeluarkan rentetan kata yang terdengar lirih.

“Penerbangan ke China?”

“Oh... baru saja lepas landas, Nona!”

Deg!

Aku terhenyak, tubuhku melemas dalam hitungan detik. Ia sudah pergi? Bola mataku melirik tak tentu arah, tubuhku masih terpekur dalam keterdiaman. Hingga beberapa kali jarum jam bergerak memutar, barulah aku tersadar. Dengan jantungku yang memompa cepat, aku segera berlari keluar—menghiraukan umpatan kasar orang-orang yang tak sengaja kutabrak dengan keras.

Aku tertegun, langkahku terhenti seketika. Sayup-sayup kudengar deru pesawat yang menembus cakrawala, membentang di atas awan dengan meninggalkan garis-garis kenangan yang terukir manis di hamparan langit.

Ia pergi...

* * *

“Terima ini.”

Aku reflek menangkap sebuah benda berbentuk kubus yang baru saja dilempar olehnya. Kutatap benda beranekaragam warna di setiap sisinya itu dengan berkerut bingung. Sebuah rubik.

“Jika kau mampu menyelesaikannya, maka aku akan memberimu hadiah,” ujarnya, menampakkan seulas senyum manis yang mampu membuatku terhipnotis.

“Apapun itu?”

“Apapun.”

Aku tersenyum sumringah. Kembali aku menatap rubik di telapak tanganku dengan ekspresi senang, sepertinya aku harus berusaha menyelesaikan benda ini—yah... meskipun aku tidak mengerti cara memutarnya dengan benar.

* * *

Aku masih terdiam di sana, hanya manik beningku mengerjap cepat—menghalau tetesan jernih yang sudah bergumpal di pelupuk mataku. Kuangkat tangan kananku yang masih setia memegang benda tersebut. Benda yang mewakili janjinya padaku, janjinya yang akan memberiku hadiah jika aku mampu menyelesaikannya.

Tanganku bergetar, aku tidak tahu kenapa. Aku tidak mengerti kenapa rasanya begitu sesak, aku tak mampu menahannya. Kugenggam erat rubik di telapak tanganku, seerat cintaku yang belum sempat kuungkapkan padanya.

Aku sudah menyelesaikannya, aku berhasil! Kau bisa lihat sendiri—warna yang awalnya tak beraturan—kini telah menjadi satu perpaduan yang utuh, manis dan rapi. Aku berhasil melakukannya, aku bisa menyelesaikan apa yang selalu kuragukan! Aku bisa! Tapi sekarang... kau kemana? Mana janjimu? Kau bilang; jika aku mampu menyelesaikan benda ini—maka kau akan memberiku hadiah apapun, apa saja yang kuinginkan.

Tapi kau pergi...
Kau pergi sebelum aku menunjukkan keberhasilanku padamu...
Kau menjauh sebelum menepati janji manismu...
Kau telah menghilang tanpa memenuhi permintaan yang bahkan belum kuminta...
Dan kau juga telah pergi...
Meninggalkanku dengan janjimu yang berubah haluan...
Inikah hadiah yang pernah kau janjikan?



F I N I S H

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Is it Your Present?"

Post a Comment