Luhan, OC’s Kiara | PG | Chapter (6/unknow) | Romance, friendship
Tatyana berhasil
menghubungi orang itu. Namanya Rinai. Kebetulan sekali ternyata Rinai juga
seorang EXO-L. Ia merupakan fans
berat pasangan EXO Chanyeol dan Baekhyun. Selama proses perkenalan dan basa-basi
sungguh lancar. Itu karena mereka berdua memiliki kesamaan dalam mengidolakan
pasangan dalam grup EXO. Kalau mereka sudah berhubungan, maka mereka akan
nyerocos tentang Chanyeol dan Baekhyun. Maklum keduanya sama-sama
ChanBaekShipper.
Rinai menjadi salah satu tim yang menangani bagian
latar panggung dan segala elektro yang terdapat pada acara itu. Kemarin Tatyana
sudah membeberkan niatnya. Menjabarkan rencananya, dan itu membuat Rinai merasa
senang karena ia dapat terlibat. Jadi, bisa dikatakan masalah ini sudah
selesai. Videonya akan diberikan secara langsung. Tatyana tidak mau terjadi kesalahan,
seperti video itu sudah tersebar ke dunia maya karena tangan-tangan jahil.
Hari ini tulisan berjalan yang dipesan dari Om Danang
sudah jadi. Pagi tadi Om Danang mengabari Tatyana bahwa pesanannya itu sudah
dapat diambil. Sore ini, Tatyana berencana mengambilnya. Karena tidak berani
pergi sendiri, alhasil ia pun mengajak Aliza.
“Bentar-bentar, Mbak! Sandalku nggak ada nih.
Tungguin!” teriak Aliza saat kedaraan Tatyana sampai di gerbang rumah. Setelah
menunggu cukup lama, akhirnya Aliza datang dengan tergopoh-gopoh.
“Yuk berangkat!”
“Dasar lama, masa sandal bisa ilang.”
“Bisa dong, tadi aku berantem lagi sama Raihan, terus sandal
ku di buang sama Raihan,” jelas Aliza tanpa napas, saking cepatnya dia ngomong.
Ya, Raihan adalah adik dari Aliza yang juga merupakan sepupu Tatyana.
Tak berapa lama, mereka sampai,kemudian berbasa-basi
dengan Om Danang. Dan akhirnya mengambil pesanan Tatyana. Setelah itu mereka
pulang. Om Danang tidak mau di bayar, katanya dia ikhlas membantu.
“Mbak, kok pakek huruf China sih? Kan EXO orang Korea.”
“Ini namanya strategi. Kalau pas kita ke konsernya EXO
pasti kan banyak orang Kpopers dan mereka mungkin bisa bahasa Korea. Kalau gitu
ceritanya pesan rahasia kita bakal bocor diketahui sama banyak orang. Jadi, ini
strategi kita.
“Ohh, tapi kan Mbak aku kan gak ikut-ikut. Kok kita?”
“Maksudku, aku sama dek Kiara.”
**
Sampai di apartmen Luhan, ternyata Luhan sudah pulang
padahal ini baru pukul 07.00 malam, tapi kenapa Luhan sudah pulang?
“Baru pulang?” tanya Luhan saat Kiara sedang melepas sepatu.
Luhan berdiri dengan melipat tangan di depan dada dan bersandar pada tembok.
“Akhir-akhir ini kamu sering pergi? Apa kamu dapat
kenalan di China? Terakhir kali ke China kau selalu berada di rumah,” tanya Luhan
penuh selidik sambil membuntuti Kiara ke dalam. Kiara lelah mendengar celoteh Luhan.
Ia hanya diam tak menjawab. Moodnya
sedang tidak baik.
Luhan yang menyadari itu, langsung mengerti dan ia
membahas topik yang lain.
“Hari ini aku membeli banyak makanan. Ini lihatlah, hidangan
laut, tidak ada daging. Jadi, ini semua 100% halal,” ucap Luhan dengan nada
yang lucu. Kiara ingin tertawa mendengarnya, namun ia tidak mood
untuk tertawa. “Ayo kita makan sebelum makanannya dingin.”
Kiara menuruti Luhan, mereka duduk makan berdua.
Luhan benar-benar menikmati makanannya itu. Ia juga
banyak berceloteh saat makan. Ia melakukan itu karena melihat Kiara selalu menundukan wajahnya, ia
tahu Kiara pasti sedang sedih.
“Dari tadi aku berceloteh hingga mulutku capek. Kau
sama sekali tidak mendengarku bahkan melihatku saja tidak. Kau terus menundukan
wajahmu. Kau ini kenapa?”
Kiara mengangkat wajahnya. Bulir air keluar dari
matanya, menetes hingga terjatuh terserap kain swaeternya. Luhan terhenyak
melihat Kiara yang tak biasa menangis. Luhan bangkit dan mendekati Kiara,
menarik kursi di sebelahnya.
“Kau kenapa? Kenapa
menangis?”
“Aku menangis karena aku akan kembali ke Indonesia
besok,” jawab Kiara lirih. Di dalam
benaknya bayangan Tao beserta kalimatnya kembali terngiang.
“Hm? Biasanya kalau mau pulang kau biasa-biasa saja,
tidak melakukan hal seperti ini. Ada apa sebenarnya?”
“Sudah ku bilang, aku menangis Karena aku akan kembali
ke Indonesia besok dan aku akan meninggalkan China. Dan aku..” Kiara tak bisa melanjutkan
kalimatnya, karena bahkan ia tak tahu apa yang ia bicarakan. Luhan memeluk Kiara
hangat seraya menenangkannya.
Kiara hanya mengulang-ulang menyebut nama Luhan, Luhan,
dan Luhan dalam pelupakan suaminya itu. Di dalam hati, ia meminta maaf pada Luhan
karena tak bisa membujuk Tao untuk bertemu dengan sebelas member lainnya.
“Baiklah, tidak apa-apa. Besok
aku akan mengantarkanmu ke bandara.”
Kiara hanya mengangguk kecil. Minggu ini ia harus
kembali ke Indonesia karena ada ujian semester. Rencananya setelah ujian ini berakhir,
ia akan segera mengerjakan skripsinya. Maka ia harus fokus pada kuliahnya dulu
**
@Indonesia
Bulan Juni merupakan bulan
kenaikan kelas. Saat ini Tatyana tengah melangsungkan ulangan kenaikankelas. Setiap
harinya ia akan begadang untuk mempersiapkan diri menghadapi soal-soal. Bukan
dengan membuat contekan atau japlakan, tapi karena ia memang belajar.
Setelah seminggu terlewati, akhirnya ulangan itu usai
juga. Trio Kwek-Kwek sedang berkumpul di ruang tamu rumah nenek mereka. Ya,
siapa lagi kalau bukan Kiara, Tatyana, dan Aliza
“Mbak Tya, aku rasa rencana kita tidak akan berhasil.”
“Kamu sudah menyerah? Kita sudah menyiapkan jauh-jauh
hari, Ra. Pokoknya kita harus terus jalan. Nggak boleh berhenti sampai di sini.
Ini udah setengah jadi. Bahkan aku udah bilang sama panitia penyelenggara
konser tentang video kita itu.”
“Kemaren aku gagal membujuk Tao di China,” jelas Kiara
tak bersemangat. Aliza hanya bengong menyaksikan percakapan yang tak diketahui
maksudnya.
“Terus kenapa? Itu kan Cuma satu dari duabelas member.
Kita masih punya 11 member yang lain. Ya.. kalau emang takdir mereka nggak bisa
lengkap 12 orang, ya udah. Yang penting kan kita udah usaha dan pantang
menyerah,” ceramah Tatyana panjang lebar. Ia sudah terlanjur memikirkan misi
ini matang-matang dan keukuh untuk melanjutkanya.
“Aku nggak tahu apa yang sedang kalian bicarakan, tapi
ini pasti mengenai idola kalian kan? Walaupun aku tidak mengerti, tapi aku setuju
kalau misi yang sedang kalian lakukan ini tetap dilakukan. Bukankah ini juga
untuk idola kalian?” Aliza menghentikan kata—katanya sejenak, “Kalau ada yang bisa
aku bantu, aku akan membantu,” imbuhnya yakin.
“Ah~ Dek Liza kamu penyemangat tambahan untuk kita~” jawab
Kiara. Kiara dan Tatyana segera menyerbu Aliza dan memukulnya pelan seaya
mengacak-acak rambutbya
**
@Jakara,
24 Juni
Kiara, Tatyana, dan Aliza
memutuskan untuk berangkat ke Jakarta jauh sebelum konser EXO terselenggara.
Tentu saja mereka harus menyusun strategi berikutnya. Sementara ini mereka
bermalam di rumah saudara mereka. Saat ini mereka bertiga sedang berada di
kamar dan membahas rencana selanjutnya. Tatyana memainkan laptopnya. Sedang Aliza
dan Kiara duduk di sebelahnya. Mereka sedang menunggu jawaban email dari ketua fansclub EXO-L di Jakarta. Untuk EXO-L
di Jakarta sendiri, jumlahnya sangatlah banyak. Mereka akan memanfaatkan jumlah
EXO-L ini untuk rencana berikutnya.
Isi email itu:
Halo, perkenalkan kami
adalah penggemar EXO, namun tidak juga bisa disebut EXO-L karena kami tidak
terlalu fanatic seperti fans lainya. Saat ini kami benar-benar
membutuhkan pertolongan kalian. Kami akan menjelaskan permasalahannya saat kita
bertatap muka. Bisakah kau membantu kami?
Berjam-jam mereka menunggu balasan, tetapi email itu
tidak juga mendapat jawaban.
“Kok nggak dibales-bales sih, jangan-jangan akunnya
salah,” kata Tatyana frustasi.
“Enggak ah, nggak mungkin. Aku udah telusuri kok di
webnya fansclub EXO-L Jakarta. Itu
bener,” balas Kiara
Tiba-tiba suara ketuka pintu kamar terdengar di gendang
ketiganya.
“Kiara, Tya, Aliza, makan dulu. Makan malemnya udah
siap ini.”
“Iya, Bude. Sebentar lagi. Nanti kita ke sana,” jawab Kiara
setengah berteriak.
“Cepetan ya, nanti keburu dihabisin sama Mas Willy,
Inus, sama Mas Aji. Mereka kalau makan banyak lho.”
“Iya, Bude. Siap!” Terdengar langkah kaki menjauh
pergi.
“Udah yuk, makan dulu aja,” ucap Aliza seraya berdiri
dan menarik tangan Tatyana dan Kiara.
Suasana di meja makan begitu ramai. Mereka saling
menanggapi guaruan satu sama lain. Bude terlihat senang ketika Kiara, Tatyana
dan Aliza datang ke rumah. Katanya rumah jadi rame.
“Bude saya duluan ya. Ini makannya udah selesai,” ucap Kiara
“Iy- iya, nanti biar Bude yang beresin.”
“Tenang aja Bude aku sama Dek Liza bantuin cuci piring
kok,” kata Kiara yang di saat bersamaan Tatyana segera menuju kamarnya setelah
berpamitan.
Bude, Kiara dan Aliza membereskan meja makan dan
membawa piring-piring kotor ke dapur. Kiara bagian mencuci dan Aliza bagian
membilas. Tiba-tiba Tatyana berlari ke arah mereka sambil berteriak.
“Emailnya udah dibales dan jawabannya dia setuju. Kita
tinggal bilang di mana jajiannya.”
“Hah, yang bener? Yeay!” teriak Kiara tak kalah heboh.
“Eh, udah malem jangan berisik! Malu tau kalau didenger
tetangga. Kirain nanti ada apa apa,” nasihat Mas Aji mengingatkan yang sedang
mengambil air putih di dapur. Mereka bertiga cuma mesam-mesem karena malu.
“Selamat ya,” ucap Aliza dengan ikhlas. Walaupun dia
nggak suka EXO, tapi dia senang karena rencana ini berhasil walau masih banyak
yang harus dikerjakan.
Di kamar, mereka bertiga sedang menyusun rencana
berikutnya. Kiara sedang membaca buku, maklum ia sedang menyicil untuk
skripsinya. Aliza sedang mengerjakan tugas kuliahnya juga. Hanya Tatyana yang bisa
sedikit leyeh-leyeh, karena ia masih menikmati liburan sekolahnya.
Keesokan harinya. Mereka janjian dengan ketua fansclub Jakarta. Mereka sepakat untuk bertemu
di Monas. Seteah menunggu akhirnya mereka ketemuan.
Namanya Tasya. Ia benar-benar fans berat EXO. Hampir semua yang ia kenakan ada logo EXO, bahkan
jepit rambutnya sekalipun.
Akhirnya mereka mulai menjelaskan bagaimana rencana
yang mereka miliki dengan Tasya. Mereka memang mengatakan bahwa kemungkina
berhasilnya hanya 70% saja. Dan itu membuat Tasya sedikit ragu. Tapi kemudian Kiara
menjelaskan bahwa itu adalah satu-satunya kesempatan. Tasya sendiri pastinya
menginginkan idolanya bisa berkumpul lagi dengan anggota yang lengkap. Di sisi
lain, dia tidak bisa memutuskan itu seorang diri, karena ia harus memberi tahu
angota lain, setelah bertukar nomor hp, pertemuan itu diakhiri.
“Gua akan kabarin kalian minggu depan. Soalnya jadwal ketemuan
fansclub kita juga baru minggu
depan.”
“Iya nggak pa-pa, yang penting enggak dadakan aja.
Makasih, ya, udah mau bantu.”
“Untuk EXO, apapun bakal gua lakuin. Dan gua juga udah
mempercayakan itu ke kalian. Jadi, jangan buat kita, para EXO-L kecewa.”
“Tentu,” jawab ketiganya yakin.
Sebelum pulang mereka menyempatkan untuk berfoto di Monas.
Saat asik berfoto, hp Kiara berbunyi.
Ada pesan. Kiara segera membuka pesan itu.
“Dari Aniez, Dek,” ucap Kiara kepada dua saudaranya.
“Aniez? Dia bilang apa?”
“Dia bilang, kok aku nggak pernah menghubungi dia lagi
setelah hari itu.”
“Hari itu?” tanya Aliza
“Iya, hari di mana aku menemui Tao.”
“Cepat belas. Ada apa Aniez mengirim pesan?”
Pesa Aniez selanjutnya:
Kiara, apakah kau masih
ingat benda kecil yang aku berikan padamu? Aku baru saja melacaknya. Maaf karena
baru melacak sekarang. Itu karena aku tak yakin kalau kau berhasil menempelkan
itu pada Tao. Sebenarnya alat itu berguna untuk mengetahui keberadaan seseorang
yang ditempeli alat itu. Jadi sekarang aku tahu di mana Tao berada.
Kiara : Serius? Itu kabar yang bagus! Kita masih
memiliki kesempatan lagi. Baiklah, beberapa hari lagi aku akan kesana, aku
harus mengurus beberapa rencana di sini.
“Kita masih punya kesempatan. Dek, kau bisa menemani Tatyana
pergi ke konser EXO mengunakan tiketku. Aku tidak bisa datang. Aku harus ke China.
Semua rencana di sini kuserahkan pada kalian. Aku harus mengurus Tao dan Kris
bersama Aniez.”
“Baiklah.Sepertinya impian kita sebentar lagi akan
terwujud,” ucap Tatyana senang.
**
Satu minggu kemudian.
Tasya sudah memberikan jawaban. Tidak semua anggota fansclub bersedia membantu, namun ada
50% lebih yang setuju. Maka hasilnya: mereka setuju untuk membantu. Ini
merupakan berita baik setelah pesan yang dikirim Aniez. Hari ini Kiara
berangkat ke China. Tatyana dan Aliza mengantarnya ke bandara
Dek
Tya, Dek Liza, aku serahkan rencana kita ke kalian. Kalian harus berhasil. Kita
akan bertemu di China.
“Ha-a? Bagaimana mungkin? Apa yang harus kita lakukan?”
Kiara benar-benar syok setelah mendengar ucapan Aniez. Padahal ia barus saja
tiba, namun sudah siambut seperti ini.
“Tenang, kita masih punya waktu.” Aniez tampak
berpikir.
“Aniez, mungkinkah Tao dan Kris.. mereka pernah bertemu
satu sama lain? Mungkinkah mereka masih beruhubungan?”
“Aku tidak tahu. Tapi itu bisa saja terjadi. Eh,
tunggu, tapi ngomong-ngomong bagaimana dengan Luhan? Bagaimana kau akan
menemukan dia?”
Kiara terhenyak mendengar pertanyaan Aniez. Ya, Kiara
memang tidak pernah bercerita bahwa Luhan adalah suaminya. Dunia internasional
hanya tahu bahwa Luhan sudah menikah, namun siapa wanita yang dinikahinya itu
masih dirahasiakan. Itu sebabnya Luhan membeli apartemen di tempat yang tidak
diketahui media, di kota kecil negara China. Sehingga media hanya tahu bahwa Luhan
tinggal di rumah orangtuanya. Padahal itu tidak benar. Semua itu dilakukan
agara Kiara dapat mengunjungi Luhan tanpa diketahui banyak pihak. Hanya management Luhan saja yang tahu. Apabila
Kiara harus menemani Luhan bekerja. Maka ia berpura-pura berperan sebagai salah
satu tim managementnya.
“Aniez, sebenenarnya aku..” kalimat Kiara menggantung.
Kedua manik gelapnya menatap mata Aniez yang terlihat serius. Bagaimana kalau Aniez
akan membencinya dan enggan melanjutkan misi ini?
“Kita harus mencari Luhan juga kan? Mana mungkin kita
hanya mempertemukan sebelas member? Sayangnya aku tidak tahu apapun tentang Luhan.
Akhir-akhir ini dia jarang beraktivitas,” Aniez menatap Kiara, mencoba meminta
pendapat pada wanita itu. Namun Kiara hanya diam dan terlihat gelisah. Melihat
gelagat Kiara yang aneh, Aniez pun menjadi sedikit curiga. Jangan-jangan Kiara
hanya ingin mempermainkan dirinya.
“Kenapa kau hanya diam?” tanya Aniez setelah sedikit
lebih lama memberikan waktu bicara untuk Kiara.
“Hm? Oh itu.. aku..” Kiara memilin jemari tangan.
Perasaannya galau sekali. Bagaimana cara menjelaskan semuanya? Tak apa Ra, kau hanya perlu mengatakan
sejujurnya, batin Kiara mencoba menenangkan diri. Kemudian ia tersenyum
tipis, “Aniez, apa kau tahu berita Luhan yang sudah menikah?”
“Ya, aku tahu itu. Lantas kenapa?”
Kiara berdeham ringan, di saat itu pula ia membuang
napas supaya lebih rileks untuk mengatakan kalimat selanjutnya, “Sebenarnya aku
adalah wanita yang dinikahi Luhan. Aku adalah istrinya yang disembunyikan dari
media. Aku.. ya, akulah orang itu,” jelas Kiara lirih nyaris seperti bisikan.
Aniez terkejut bukan main. Kedua tangannya meraih pipi Kiara,
menangkup wajah wanita itu, “Apa.. jadi, selama ini kau adalah orangnya? Pantas
saja kau yakin kalau rencanamu akan berhasil.” Wajah Aniez nampak lebih serius.
Sorot matanya dalam hingga mampu menyelam warna hitam milik Kiara.
Kiara menelan saliva susah payah. Ia takut. Takut
sekali sampai bernapas pun rasanya sulit. Aniez akan marah padanya. Pasti dia
akan sangat marah. Apalagi Aniez adalah fans
fanatic HunHan Shipper. Bagaimana ini?
“A-Aniez, maafkan aku. Apakah.. mungkin.. kau marah
padaku? Kau.. membenciku?”
Telapak tangan wanita itu tak lagi menyentuh wajah Kiara.
Aniez membiarkan kedua lengannya lemas di samping badan. Obsidian Aniez
menyiratkan kekecewaan, selepas itu beralih cepat membuat kilatan. Aniez
membuat jarak dengan Kiara lalu tersenyum.
“Untuk apa? Karena aku hunhan shipper?” Aniez terkekeh.
“Tentu saja tidak, Ra. Luhan tentunya berhak memilih seseorang untuk dijadikan
pendamping hidup.”
“Tapi kau pasti sangat kecewa kan?”
Aniez mengukir senyum di bibir yang tipis. “Sudahlah,
lagipula kau ke mari bukan untuk membahas hal ini kan? Ayo, kita harus segera
menyelesaikan misi ini!” Aniez menggamit tangan Kiara seolah sedang menyalurkan
semangat. Bagaimana mungkin misi ini akan berhasil bila Kiara masih saja muram?
“Iya, kau benar.” Kiara membalas dengan senyuman yang lebih
tinggi kadar kemanisannya. “Terima kasih ya, Aniez. Aku sangat bersyukur karena
kau bisa memaklumi hal ini.”
“Sudah-sudah.” Aniez kembali terkekeh. Rasa canggung
pun perlahan menghilang. Aniez menunjukkan benda di tangannya, “Lihat ini.
Terdapat lampu merah yang berkedip-kedip bukan?” Kiara mengangguk,.“Nah, itu
adalah lokasi Tao berada. Ini berada di luar kota. Jarak kota itu tidak terlalu
jauh dari sini. Tapi maafkan aku, aku tidak bisa menemanimu. Ini, ambilah.”
“Aniez, kenapa?” Kiara kecewa betul mendengar
pernyataan Aniez.
“Suamiku tidak mengizinkan. Aku harus mengurus
Xianjin.”
“Baiklah. Aku mengerti. Terima kasih, Aniez, kau banyak
membantu.”
**
@Jakarta, 5 juli
Saat ini Tatyana sedang
bertemu dengan Tasya. Ia menjelaskan rencana untuk hari H. setelah ini Tasya
akan memberi tahukan kepada semua anggotanya.
“Baiklah. Setelah konser berakhir, kau harus membawa
para anggota keluar stadium untuk bersiap-siap. Di mana tempat yang akan kita
tuju akan kuberitahukan nanti. Apakah kau mengerti?”
“Ya, aku paham”
@Jakarta, 8 juli
Tatyana dan Aliza pergi
menemui Rinai. Hari ini ia berncana memberitahukan video itu kepada Rinai.
“Kok mbak Rinai belum datang juga, ya, Dek?” tanya Tatyana
yang mulai risau dan lelah menunggu.
“Pasti datang kok, Mbak. Tunggu dulu aja, sabar.” Aliza
mencoba menenangkan.
“Duh, waktu kita tinggal dua hari nih. Kiara berhasil
nggak, ya?” Tatyana tambah gelisah dan panik memikirkan kondisi Kiara yang
belum juga memberinya kabar.
“Pasti berhasil kok. Tenang dulu dong. Kok jadi
dagdigdug gini sih? Kayak besok mau ujian nasional aja,” gurau Aliza mencoba
mencairkan suasana. Tak lama kemudian Rinai datang menghampiri meja yang
ditempati Tatyana dan Aliza.
“Mbak Rinai, kok lama banget sih? Kirain nggak dateng,”
“Iya nih, maaf, Tya, habis tadi di jalan macet banget.”
“Ya udah, ini Mbak, jangan sampai hilang ya Mbak,
penting nih. Penting banget.”
“Iya. Kalau itu sih aku tahu, aku kan EXO-L,” jawab
mbak Rinai sambil nyengir.
“Jadi, gini rencananya, Mbak. Video itu diputar nunggu aba=aba
dari saya, ya, Mbak. Nanti saya kabarin. Jadi, Mbak Rinai harus siap-siap
terus.”
“Oke deh.”
@China, 8 juli
Kiara berada di ruang TV
apartemen Luhan. Ia sedang menimang-nimang kapan ia akan menemui Tao. Dan
bagaimana dengan Kris. Kiara mengambil HPnya dan menelepon Luhan.
“Halo, Han-ah
kapan kau kembali?”
“Sebentar lagi. Ini aku ada di perjalananan. Ada apa?”
jawab Luhan di seberang sana.
“Aku ingin mengatakan sesuatu padamu.
“Tunggulah sebentar. Aku akan segera sampai.”
“Em, baiklah.”
Kiara menutup sambungan telepon. Ia meringkuk di atas
sofa. Banyak pikiran yang berkecamuk dalam otaknya. Kiara mondar-mandir sambil
berpikir. Minum air kemudian berjalan mondar-mandir lagi. ia teramat gelisah.
Pintu apartemen Luhan terbuka. Luhan masuk ke dalam. Kiara
yang medengar pergerakan segera menuju ke depan. Ia tersenyum simpul menyambut Luhan
seraya melepaskan jaket abu-abu milik suaminya.
“Terima kasih,” ucap Luhan. Atensinya tak bisa lepas
dari wajah Kiara, “Mukamu pucat, kau sakit?” tanya Luhan sambil menyentuh dahi Kiara.
“Tidak. Aku tidak sakit. Aku baik-baik saja. Luhan ke
marilah, duduklah di sampingku.”
Luhan menuruti kata-kata Kiara. Ia segera mengekor kala
Kiara mulai berjalan ke ruang tengah dan duduk di salah satu sofa panjang.
“Ada apa?”
“Han-ah,
tanggal 10 besok, bisakah kau menungguku di stadium lapangan basket yang berada
di kompleks ini. Yang biasa kau gunakan untuk bermain basket.”
“Kenapa?”
“Karena aku ingin memberimu kejutan. Tengah malam.”
“Malam-malam? Hey, apa yang akan kau lakukan?” tanya Luhan
setengah memekik. Yang benar saja, memberi kejutan di tengah malam yang padahal
bukan hari ulang tahunnya? Itu sangat tidak masuk akal kan? Buat apa? Kenapa
tidak pagi hari? Kejutan apa?
“Ra-ha-sia. Besok juga kau pasti akan tahu.”
—TBC
0 Response to "To Unite You Are #6"
Post a Comment