To Unite You Are #6



Luhan, OC’s Kiara | PG | Chapter (6/unknow) | Romance, friendship
Irish @PosterChannel | Gdgirlsvh©2015-2016



Tatyana berhasil menghubungi orang itu. Namanya Rinai. Kebetulan sekali ternyata Rinai juga seorang EXO-L. Ia merupakan fans berat pasangan EXO Chanyeol dan Baekhyun. Selama proses perkenalan dan basa-basi sungguh lancar. Itu karena mereka berdua memiliki kesamaan dalam mengidolakan pasangan dalam grup EXO. Kalau mereka sudah berhubungan, maka mereka akan nyerocos tentang Chanyeol dan Baekhyun. Maklum keduanya sama-sama ChanBaekShipper.

Rinai menjadi salah satu tim yang menangani bagian latar panggung dan segala elektro yang terdapat pada acara itu. Kemarin Tatyana sudah membeberkan niatnya. Menjabarkan rencananya, dan itu membuat Rinai merasa senang karena ia dapat terlibat. Jadi, bisa dikatakan masalah ini sudah selesai. Videonya akan diberikan secara langsung. Tatyana tidak mau terjadi kesalahan, seperti video itu sudah tersebar ke dunia maya karena tangan-tangan jahil.

Hari ini tulisan berjalan yang dipesan dari Om Danang sudah jadi. Pagi tadi Om Danang mengabari Tatyana bahwa pesanannya itu sudah dapat diambil. Sore ini, Tatyana berencana mengambilnya. Karena tidak berani pergi sendiri, alhasil ia pun mengajak Aliza.

“Bentar-bentar, Mbak! Sandalku nggak ada nih. Tungguin!” teriak Aliza saat kedaraan Tatyana sampai di gerbang rumah. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Aliza datang dengan tergopoh-gopoh.

“Yuk berangkat!”

“Dasar lama, masa sandal bisa ilang.”

“Bisa dong, tadi aku berantem lagi sama Raihan, terus sandal ku di buang sama Raihan,” jelas Aliza tanpa napas, saking cepatnya dia ngomong. Ya, Raihan adalah adik dari Aliza yang juga merupakan sepupu Tatyana.

Tak berapa lama, mereka sampai,kemudian berbasa-basi dengan Om Danang. Dan akhirnya mengambil pesanan Tatyana. Setelah itu mereka pulang. Om Danang tidak mau di bayar, katanya dia ikhlas membantu.

“Mbak, kok pakek huruf China sih? Kan EXO orang Korea.”

“Ini namanya strategi. Kalau pas kita ke konsernya EXO pasti kan banyak orang Kpopers dan mereka mungkin bisa bahasa Korea. Kalau gitu ceritanya pesan rahasia kita bakal bocor diketahui sama banyak orang. Jadi, ini strategi kita.

“Ohh, tapi kan Mbak aku kan gak ikut-ikut. Kok kita?”

“Maksudku, aku sama dek Kiara.”

**

Sampai di apartmen Luhan, ternyata Luhan sudah pulang padahal ini baru pukul 07.00 malam, tapi kenapa Luhan sudah pulang?

“Baru pulang?” tanya Luhan saat Kiara sedang melepas sepatu. Luhan berdiri dengan melipat tangan di depan dada dan bersandar pada tembok.

“Akhir-akhir ini kamu sering pergi? Apa kamu dapat kenalan di China? Terakhir kali ke China kau selalu berada di rumah,” tanya Luhan penuh selidik sambil membuntuti Kiara ke dalam. Kiara lelah mendengar celoteh Luhan. Ia hanya diam tak menjawab. Moodnya sedang tidak baik.

Luhan yang menyadari itu, langsung mengerti dan ia membahas topik yang lain.

“Hari ini aku membeli banyak makanan. Ini lihatlah, hidangan laut, tidak ada daging. Jadi, ini semua 100% halal,” ucap Luhan dengan nada yang lucu. Kiara ingin tertawa mendengarnya, namun ia tidak  mood untuk tertawa. “Ayo kita makan sebelum makanannya dingin.”  

Kiara menuruti Luhan, mereka duduk makan berdua.

Luhan benar-benar menikmati makanannya itu. Ia juga banyak berceloteh saat makan. Ia melakukan itu karena  melihat Kiara selalu menundukan wajahnya, ia tahu Kiara pasti sedang sedih.

“Dari tadi aku berceloteh hingga mulutku capek. Kau sama sekali tidak mendengarku bahkan melihatku saja tidak. Kau terus menundukan wajahmu. Kau ini kenapa?”

Kiara mengangkat wajahnya. Bulir air keluar dari matanya, menetes hingga terjatuh terserap kain swaeternya. Luhan terhenyak melihat Kiara yang tak biasa menangis. Luhan bangkit dan mendekati Kiara, menarik kursi di sebelahnya.

“Kau kenapa? Kenapa menangis?”      

“Aku menangis karena aku akan kembali ke Indonesia besok,” jawab Kiara  lirih. Di dalam benaknya bayangan Tao beserta kalimatnya kembali terngiang.

“Hm? Biasanya kalau mau pulang kau biasa-biasa saja, tidak melakukan hal seperti ini. Ada apa sebenarnya?”

“Sudah ku bilang, aku menangis Karena aku akan kembali ke Indonesia besok dan aku akan meninggalkan China. Dan aku..” Kiara tak bisa melanjutkan kalimatnya, karena bahkan ia tak tahu apa yang ia bicarakan. Luhan memeluk Kiara hangat seraya menenangkannya.

Kiara hanya mengulang-ulang menyebut nama Luhan, Luhan, dan Luhan dalam pelupakan suaminya itu. Di dalam hati, ia meminta maaf pada Luhan karena tak bisa membujuk Tao untuk bertemu dengan sebelas member lainnya.

“Baiklah, tidak apa-apa. Besok aku akan mengantarkanmu ke bandara.”          

Kiara hanya mengangguk kecil. Minggu ini ia harus kembali ke Indonesia karena ada ujian semester. Rencananya setelah ujian ini berakhir, ia akan segera mengerjakan skripsinya. Maka ia harus fokus pada kuliahnya dulu

**

@Indonesia
Bulan Juni merupakan bulan kenaikan kelas. Saat ini Tatyana tengah melangsungkan ulangan kenaikankelas. Setiap harinya ia akan begadang untuk mempersiapkan diri menghadapi soal-soal. Bukan dengan membuat contekan atau japlakan, tapi karena ia memang belajar.

Setelah seminggu terlewati, akhirnya ulangan itu usai juga. Trio Kwek-Kwek sedang berkumpul di ruang tamu rumah nenek mereka. Ya, siapa lagi kalau bukan Kiara, Tatyana, dan Aliza

“Mbak Tya, aku rasa rencana kita tidak akan berhasil.”

“Kamu sudah menyerah? Kita sudah menyiapkan jauh-jauh hari, Ra. Pokoknya kita harus terus jalan. Nggak boleh berhenti sampai di sini. Ini udah setengah jadi. Bahkan aku udah bilang sama panitia penyelenggara konser tentang video kita itu.”

“Kemaren aku gagal membujuk Tao di China,” jelas Kiara tak bersemangat. Aliza hanya bengong menyaksikan percakapan yang tak diketahui maksudnya.

“Terus kenapa? Itu kan Cuma satu dari duabelas member. Kita masih punya 11 member yang lain. Ya.. kalau emang takdir mereka nggak bisa lengkap 12 orang, ya udah. Yang penting kan kita udah usaha dan pantang menyerah,” ceramah Tatyana panjang lebar. Ia sudah terlanjur memikirkan misi ini matang-matang dan keukuh untuk melanjutkanya.

“Aku nggak tahu apa yang sedang kalian bicarakan, tapi ini pasti mengenai idola kalian kan? Walaupun aku tidak mengerti, tapi aku setuju kalau misi yang sedang kalian lakukan ini tetap dilakukan. Bukankah ini juga untuk idola kalian?” Aliza menghentikan kata—katanya sejenak, “Kalau ada yang bisa aku bantu, aku akan membantu,” imbuhnya yakin.

“Ah~ Dek Liza kamu penyemangat tambahan untuk kita~” jawab Kiara. Kiara dan Tatyana segera menyerbu Aliza dan memukulnya pelan seaya mengacak-acak  rambutbya

**

@Jakara, 24 Juni
Kiara, Tatyana, dan Aliza memutuskan untuk berangkat ke Jakarta jauh sebelum konser EXO terselenggara. Tentu saja mereka harus menyusun strategi berikutnya. Sementara ini mereka bermalam di rumah saudara mereka. Saat ini mereka bertiga sedang berada di kamar dan membahas rencana selanjutnya. Tatyana memainkan laptopnya. Sedang Aliza dan Kiara duduk di sebelahnya. Mereka sedang menunggu jawaban email dari ketua fansclub EXO-L di Jakarta. Untuk EXO-L di Jakarta sendiri, jumlahnya sangatlah banyak. Mereka akan memanfaatkan jumlah EXO-L ini untuk rencana berikutnya.

Isi email itu:
Halo, perkenalkan kami adalah penggemar EXO, namun tidak juga bisa disebut EXO-L karena kami tidak terlalu fanatic seperti fans lainya. Saat ini kami benar-benar membutuhkan pertolongan kalian. Kami akan menjelaskan permasalahannya saat kita bertatap muka. Bisakah kau membantu kami?

Berjam-jam mereka menunggu balasan, tetapi email itu tidak juga mendapat jawaban.

“Kok nggak dibales-bales sih, jangan-jangan akunnya salah,” kata Tatyana frustasi.

“Enggak ah, nggak mungkin. Aku udah telusuri kok di webnya fansclub EXO-L Jakarta. Itu bener,” balas Kiara

Tiba-tiba suara ketuka pintu kamar terdengar di gendang ketiganya.

“Kiara, Tya, Aliza, makan dulu. Makan malemnya udah siap ini.”

“Iya, Bude. Sebentar lagi. Nanti kita ke sana,” jawab Kiara setengah berteriak.

“Cepetan ya, nanti keburu dihabisin sama Mas Willy, Inus, sama Mas Aji. Mereka kalau makan banyak lho.”

“Iya, Bude. Siap!” Terdengar langkah kaki menjauh pergi.

“Udah yuk, makan dulu aja,” ucap Aliza seraya berdiri dan menarik tangan Tatyana dan Kiara.

Suasana di meja makan begitu ramai. Mereka saling menanggapi guaruan satu sama lain. Bude terlihat senang ketika Kiara, Tatyana dan Aliza datang ke rumah. Katanya rumah jadi rame.

“Bude saya duluan ya. Ini makannya udah selesai,” ucap Kiara

“Iy- iya, nanti biar Bude yang beresin.”

“Tenang aja Bude aku sama Dek Liza bantuin cuci piring kok,” kata Kiara yang di saat bersamaan Tatyana segera menuju kamarnya setelah berpamitan.

Bude, Kiara dan Aliza membereskan meja makan dan membawa piring-piring kotor ke dapur. Kiara bagian mencuci dan Aliza bagian membilas. Tiba-tiba Tatyana berlari ke arah mereka sambil berteriak.

“Emailnya udah dibales dan jawabannya dia setuju. Kita tinggal bilang di mana jajiannya.”

“Hah, yang bener? Yeay!” teriak Kiara tak kalah heboh.

“Eh, udah malem jangan berisik! Malu tau kalau didenger tetangga. Kirain nanti ada apa apa,” nasihat Mas Aji mengingatkan yang sedang mengambil air putih di dapur. Mereka bertiga cuma mesam-mesem karena malu.

“Selamat ya,” ucap Aliza dengan ikhlas. Walaupun dia nggak suka EXO, tapi dia senang karena rencana ini berhasil walau masih banyak yang harus dikerjakan.

Di kamar, mereka bertiga sedang menyusun rencana berikutnya. Kiara sedang membaca buku, maklum ia sedang menyicil untuk skripsinya. Aliza sedang mengerjakan tugas kuliahnya juga. Hanya Tatyana yang bisa sedikit leyeh-leyeh, karena ia masih menikmati liburan sekolahnya.

Keesokan harinya. Mereka janjian dengan ketua fansclub Jakarta. Mereka sepakat untuk bertemu di Monas. Seteah menunggu akhirnya mereka ketemuan.

Namanya Tasya. Ia benar-benar fans berat EXO. Hampir semua yang ia kenakan ada logo EXO, bahkan jepit rambutnya sekalipun.

Akhirnya mereka mulai menjelaskan bagaimana rencana yang mereka miliki dengan Tasya. Mereka memang mengatakan bahwa kemungkina berhasilnya hanya 70% saja. Dan itu membuat Tasya sedikit ragu. Tapi kemudian Kiara menjelaskan bahwa itu adalah satu-satunya kesempatan. Tasya sendiri pastinya menginginkan idolanya bisa berkumpul lagi dengan anggota yang lengkap. Di sisi lain, dia tidak bisa memutuskan itu seorang diri, karena ia harus memberi tahu angota lain, setelah bertukar nomor hp, pertemuan itu diakhiri.

“Gua akan kabarin kalian minggu depan. Soalnya jadwal ketemuan fansclub kita juga baru minggu depan.”

“Iya nggak pa-pa, yang penting enggak dadakan aja. Makasih, ya, udah mau bantu.”

“Untuk EXO, apapun bakal gua lakuin. Dan gua juga udah mempercayakan itu ke kalian. Jadi, jangan buat kita, para EXO-L kecewa.”

“Tentu,” jawab ketiganya yakin.

Sebelum pulang mereka menyempatkan untuk berfoto di Monas. Saat asik berfoto, hp Kiara berbunyi.

Ada pesan. Kiara segera membuka pesan itu.

“Dari Aniez, Dek,” ucap Kiara kepada dua saudaranya.

“Aniez? Dia bilang apa?”

“Dia bilang, kok aku nggak pernah menghubungi dia lagi setelah hari itu.”

“Hari itu?” tanya Aliza

“Iya, hari di mana aku menemui Tao.”

“Cepat belas. Ada apa Aniez mengirim pesan?”

Pesa Aniez selanjutnya:
Kiara, apakah kau masih ingat benda kecil yang aku berikan padamu? Aku baru saja melacaknya. Maaf karena baru melacak sekarang. Itu karena aku tak yakin kalau kau berhasil menempelkan itu pada Tao. Sebenarnya alat itu berguna untuk mengetahui keberadaan seseorang yang ditempeli alat itu. Jadi sekarang aku tahu di mana Tao berada.

Kiara : Serius? Itu kabar yang bagus! Kita masih memiliki kesempatan lagi. Baiklah, beberapa hari lagi aku akan kesana, aku harus mengurus beberapa rencana di sini.

“Kita masih punya kesempatan. Dek, kau bisa menemani Tatyana pergi ke konser EXO mengunakan tiketku. Aku tidak bisa datang. Aku harus ke China. Semua rencana di sini kuserahkan pada kalian. Aku harus mengurus Tao dan Kris bersama Aniez.”

“Baiklah.Sepertinya impian kita sebentar lagi akan terwujud,” ucap Tatyana senang.

**

Satu minggu kemudian.

Tasya sudah memberikan jawaban. Tidak semua anggota fansclub bersedia membantu, namun ada 50% lebih yang setuju. Maka hasilnya: mereka setuju untuk membantu. Ini merupakan berita baik setelah pesan yang dikirim Aniez. Hari ini Kiara berangkat ke China. Tatyana dan Aliza mengantarnya ke bandara

Dek Tya, Dek Liza, aku serahkan rencana kita ke kalian. Kalian harus berhasil. Kita akan bertemu di China.

“Ha-a? Bagaimana mungkin? Apa yang harus kita lakukan?” Kiara benar-benar syok setelah mendengar ucapan Aniez. Padahal ia barus saja tiba, namun sudah siambut seperti ini.

“Tenang, kita masih punya waktu.” Aniez tampak berpikir.

“Aniez, mungkinkah Tao dan Kris.. mereka pernah bertemu satu sama lain? Mungkinkah mereka masih beruhubungan?”

“Aku tidak tahu. Tapi itu bisa saja terjadi. Eh, tunggu, tapi ngomong-ngomong bagaimana dengan Luhan? Bagaimana kau akan menemukan dia?”

Kiara terhenyak mendengar pertanyaan Aniez. Ya, Kiara memang tidak pernah bercerita bahwa Luhan adalah suaminya. Dunia internasional hanya tahu bahwa Luhan sudah menikah, namun siapa wanita yang dinikahinya itu masih dirahasiakan. Itu sebabnya Luhan membeli apartemen di tempat yang tidak diketahui media, di kota kecil negara China. Sehingga media hanya tahu bahwa Luhan tinggal di rumah orangtuanya. Padahal itu tidak benar. Semua itu dilakukan agara Kiara dapat mengunjungi Luhan tanpa diketahui banyak pihak. Hanya management Luhan saja yang tahu. Apabila Kiara harus menemani Luhan bekerja. Maka ia berpura-pura berperan sebagai salah satu tim managementnya.

“Aniez, sebenenarnya aku..” kalimat Kiara menggantung. Kedua manik gelapnya menatap mata Aniez yang terlihat serius. Bagaimana kalau Aniez akan membencinya dan enggan melanjutkan misi ini?

“Kita harus mencari Luhan juga kan? Mana mungkin kita hanya mempertemukan sebelas member? Sayangnya aku tidak tahu apapun tentang Luhan. Akhir-akhir ini dia jarang beraktivitas,” Aniez menatap Kiara, mencoba meminta pendapat pada wanita itu. Namun Kiara hanya diam dan terlihat gelisah. Melihat gelagat Kiara yang aneh, Aniez pun menjadi sedikit curiga. Jangan-jangan Kiara hanya ingin mempermainkan dirinya.

“Kenapa kau hanya diam?” tanya Aniez setelah sedikit lebih lama memberikan waktu bicara untuk Kiara.

“Hm? Oh itu.. aku..” Kiara memilin jemari tangan. Perasaannya galau sekali. Bagaimana cara menjelaskan semuanya? Tak apa Ra, kau hanya perlu mengatakan sejujurnya, batin Kiara mencoba menenangkan diri. Kemudian ia tersenyum tipis, “Aniez, apa kau tahu berita Luhan yang sudah menikah?”

“Ya, aku tahu itu. Lantas kenapa?”

Kiara berdeham ringan, di saat itu pula ia membuang napas supaya lebih rileks untuk mengatakan kalimat selanjutnya, “Sebenarnya aku adalah wanita yang dinikahi Luhan. Aku adalah istrinya yang disembunyikan dari media. Aku.. ya, akulah orang itu,” jelas Kiara lirih nyaris seperti bisikan.

Aniez terkejut bukan main. Kedua tangannya meraih pipi Kiara, menangkup wajah wanita itu, “Apa.. jadi, selama ini kau adalah orangnya? Pantas saja kau yakin kalau rencanamu akan berhasil.” Wajah Aniez nampak lebih serius. Sorot matanya dalam hingga mampu menyelam warna hitam milik Kiara.

Kiara menelan saliva susah payah. Ia takut. Takut sekali sampai bernapas pun rasanya sulit. Aniez akan marah padanya. Pasti dia akan sangat marah. Apalagi Aniez adalah fans fanatic HunHan Shipper. Bagaimana ini?

“A-Aniez, maafkan aku. Apakah.. mungkin.. kau marah padaku? Kau.. membenciku?”

Telapak tangan wanita itu tak lagi menyentuh wajah Kiara. Aniez membiarkan kedua lengannya lemas di samping badan. Obsidian Aniez menyiratkan kekecewaan, selepas itu beralih cepat membuat kilatan. Aniez membuat jarak dengan Kiara lalu tersenyum.

“Untuk apa? Karena aku hunhan shipper?” Aniez terkekeh. “Tentu saja tidak, Ra. Luhan tentunya berhak memilih seseorang untuk dijadikan pendamping hidup.”

“Tapi kau pasti sangat kecewa kan?”

Aniez mengukir senyum di bibir yang tipis. “Sudahlah, lagipula kau ke mari bukan untuk membahas hal ini kan? Ayo, kita harus segera menyelesaikan misi ini!” Aniez menggamit tangan Kiara seolah sedang menyalurkan semangat. Bagaimana mungkin misi ini akan berhasil bila Kiara masih saja muram?

“Iya, kau benar.” Kiara membalas dengan senyuman yang lebih tinggi kadar kemanisannya. “Terima kasih ya, Aniez. Aku sangat bersyukur karena kau bisa memaklumi hal ini.”

“Sudah-sudah.” Aniez kembali terkekeh. Rasa canggung pun perlahan menghilang. Aniez menunjukkan benda di tangannya, “Lihat ini. Terdapat lampu merah yang berkedip-kedip bukan?” Kiara mengangguk,.“Nah, itu adalah lokasi Tao berada. Ini berada di luar kota. Jarak kota itu tidak terlalu jauh dari sini. Tapi maafkan aku, aku tidak bisa menemanimu. Ini, ambilah.”

“Aniez, kenapa?” Kiara kecewa betul mendengar pernyataan Aniez.

“Suamiku tidak mengizinkan. Aku harus mengurus Xianjin.”

“Baiklah. Aku mengerti. Terima kasih, Aniez, kau banyak membantu.”

**

@Jakarta, 5 juli
Saat ini Tatyana sedang bertemu dengan Tasya. Ia menjelaskan rencana untuk hari H. setelah ini Tasya akan memberi tahukan kepada semua anggotanya.

“Baiklah. Setelah konser berakhir, kau harus membawa para anggota keluar stadium untuk bersiap-siap. Di mana tempat yang akan kita tuju akan kuberitahukan nanti. Apakah kau mengerti?”


“Ya, aku paham”

@Jakarta, 8 juli
Tatyana dan Aliza pergi menemui Rinai. Hari ini ia berncana memberitahukan video itu kepada Rinai.

“Kok mbak Rinai belum datang juga, ya, Dek?” tanya Tatyana yang mulai risau dan lelah menunggu.

“Pasti datang kok, Mbak. Tunggu dulu aja, sabar.” Aliza mencoba menenangkan.

“Duh, waktu kita tinggal dua hari nih. Kiara berhasil nggak, ya?” Tatyana tambah gelisah dan panik memikirkan kondisi Kiara yang belum juga memberinya kabar.

“Pasti berhasil kok. Tenang dulu dong. Kok jadi dagdigdug gini sih? Kayak besok mau ujian nasional aja,” gurau Aliza mencoba mencairkan suasana. Tak lama kemudian Rinai datang menghampiri meja yang ditempati Tatyana dan Aliza.

“Mbak Rinai, kok lama banget sih? Kirain nggak dateng,”

“Iya nih, maaf, Tya, habis tadi di jalan macet banget.”

“Ya udah, ini Mbak, jangan sampai hilang ya Mbak, penting nih. Penting banget.”

“Iya. Kalau itu sih aku tahu, aku kan EXO-L,” jawab mbak Rinai sambil nyengir.

“Jadi, gini rencananya, Mbak. Video itu diputar nunggu aba=aba dari saya, ya, Mbak. Nanti saya kabarin. Jadi, Mbak Rinai harus siap-siap terus.”

“Oke deh.”

@China, 8 juli
Kiara berada di ruang TV apartemen Luhan. Ia sedang menimang-nimang kapan ia akan menemui Tao. Dan bagaimana dengan Kris. Kiara mengambil HPnya dan menelepon Luhan.

“Halo, Han-ah kapan kau kembali?”

“Sebentar lagi. Ini aku ada di perjalananan. Ada apa?” jawab Luhan di seberang sana.

“Aku ingin mengatakan sesuatu padamu.

“Tunggulah sebentar. Aku akan segera sampai.”

“Em, baiklah.”

Kiara menutup sambungan telepon. Ia meringkuk di atas sofa. Banyak pikiran yang berkecamuk dalam otaknya. Kiara mondar-mandir sambil berpikir. Minum air kemudian berjalan mondar-mandir lagi. ia teramat gelisah.

Pintu apartemen Luhan terbuka. Luhan masuk ke dalam. Kiara yang medengar pergerakan segera menuju ke depan. Ia tersenyum simpul menyambut Luhan seraya melepaskan jaket abu-abu milik suaminya.

“Terima kasih,” ucap Luhan. Atensinya tak bisa lepas dari wajah Kiara, “Mukamu pucat, kau sakit?” tanya Luhan sambil menyentuh dahi Kiara.

“Tidak. Aku tidak sakit. Aku baik-baik saja. Luhan ke marilah, duduklah di sampingku.”

Luhan menuruti kata-kata Kiara. Ia segera mengekor kala Kiara mulai berjalan ke ruang tengah dan duduk di salah satu sofa panjang.

“Ada apa?”

“Han-ah, tanggal 10 besok, bisakah kau menungguku di stadium lapangan basket yang berada di kompleks ini. Yang biasa kau gunakan untuk bermain basket.”

“Kenapa?”

“Karena aku ingin memberimu kejutan. Tengah malam.”

“Malam-malam? Hey, apa yang akan kau lakukan?” tanya Luhan setengah memekik. Yang benar saja, memberi kejutan di tengah malam yang padahal bukan hari ulang tahunnya? Itu sangat tidak masuk akal kan? Buat apa? Kenapa tidak pagi hari? Kejutan apa?


“Ra-ha-sia. Besok juga kau pasti akan tahu.”


—TBC

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "To Unite You Are #6"

Post a Comment