Always be Friends | Chapter 2



When I look into your eyes, something like trembling.

                                       
OC’s Han Hyemi - EXO’s Do Kyungsoo - EXO’s Kim Jongin
DL Project Artwork | Dee K,2015


Kyungsoo meletakkan ranselnya diatas meja. Untuk sejenak ia menatap intens pemuda yang tengah membaca komik –yang menjadi teman sebangkunya- adalah Kai. Orang yang ia curigai memiliki sisi buruk yang masih belum terlihat.

“Ada apa Kyungsoo?” Tanya Kai akhirnya. Sejujurnya ia sudah merasakan tatapan tak menyenangkan sejak tadi, namun ia mencoba menahannya. Kai meletakkan komiknya diatas meja lantas menatap Kyungsoo.

“Cih! Jangan terlalu percaya diri!”

Kai mengerutkan keningnya saat Kyungsoo melangkah pergi. Lantas mengedikkan bahunya dan kembali fokus dengan buku bacaannya.

ALWAYS BE FRIEND — DEE K

Hyemi melirik arlojinya sekali lagi. Sial, aku terlambat! Ia memperlebar langkahnya dan mempercepat kekuatan berlarinya. Terlambat bukan apa-apa baginya, justru sudah seperti makanan sehari-harinya. Namun kali ini berbeda, karena jam pertama adalah milik Eun Jae songsaengnim, guru killer yang mematikan.

Ia berhenti sejenak saat sudah tiba di depan gerbang. Kepalan tangannya memukul-mukul dadanya pelan. Sesak betul ia rasakan, lelah yang lebih lelah dari biasanya. Hyemi menyeka peluh di dahinya. Dengan sisa tenaga, ia memanjat dinding dan melompat liar. Kali ini pendaratannya tak seburuk hari lampau.

Padahal baru saja sembuh tapi harus melakukan ini lagi, omelnya dalam hati seraya meletakkan tas dibalik semak-semak. Ia hanya mengambil buku pelajaran matematika yang disembunyikannya dibalik kemeja dan segera menuju ke kelas. Jika ia membawa tasnya sekalian, pasti Eun Jae songsaengnim akan menuduhnya terlambat tapi kalau hanya membawa tubuhnya saja, Hyemi bisa beralasan sakit perut dan habis dari toilet.

Hyemi berlari tergesa, ia meraih daun pintu, lalu menampakkan dirinya, tak lupa memasang wajah lesunya serta tangan yang memegangi perut.

Eun Jae songsaengnim menatapnya datar seakan sudah hapal, “Sakit perut lagi, Han Hyemi?”

Hyemi menunduk, mempererat genggaman pada bagian perutnya, bukan karena sakit melainkan takut bukunya akan terjatuh, “Ma-af songsaengnim.”

“Duduk ditempatmu.” Tukas pria itu tegas yang langsung disambut anggukan muridnya.

Hyemi duduk disamping Yong Na, menghela napas lega. Jemarinya dengan lihai membuka dua kancing bawah dan mengeluarkan buku tulis tanpa dilirik sedikitpun oleh guru ataupun siswa lain.

“Kapan kau akan datang tepat waktu Hye?”

“Sstt.. jangan keras-keras dan jangan bahas itu sekarang!”

Shin Yong Na hanya memutar mata malas lantas kembali mencatat yang sudah dituliskan oleh Eun Jae songsaengnim di papan tulis.

“Siswi Hyemi, jangan lupa kumpulkan tugas rumahmu.” Ujar Eun Je songsaengnim sembari mengecek satu-persatu buku tugas milik siswa yang sudah dikumpulkan sejak tadi.

“Ne songsaengnim.” Sahutnya malas. Hyemi mengambil salah satu buku yang ia bawa dan langsung mengumpulkannya ke meja guru. Sebelum langkahnya sampai di bangku, guru killer itu menahan Hyemi dengan beberapa kalimatnya yang menusuk.

“Tidak membawa buku tugas matematika ya? Lalu mengantisipasinya dengan mengumpulkan buku seni? Pikiran yang bagus.”

Eun Jae songsaengnim berdiri dari kursinya dan menghadap siswi yang tengah memasang wajah pucat, “Berlari keliling lapangan sebanyak tiga puluh kali atau membersihkan gudang sampai jam pulang sekolah?”

Wajah Hyemi kian pucat. Kedua hukuman yang diajukan Eun Jae songsaengnim tidak ada yang bersahabat. Baru saja ia hendak menjawab namun tertahan karena Kai yang hadir menuju tengah kelas dan menghadap Eun Jae songsaengnim.

“Maaf songsaengnim. Buku tugas Hyemi tertinggal di rumah saya karena kemarin kami baru saja belajar kelompok untuk menyelesaikan tugas matematika.” Katanya seraya menyodorkan buku bersampul cokelat pada guru itu.

Meski ada rasa ragu, Eun Jae songsaengnim tetap mengambil buku itu dan mengeceknya. Ternyata benar. Ia pun membolehkan Hyemi duduk tanpa memberi sanksi.

ALWAYS BE FRIEND — DEE K

Shin Yong Na merapikan buku-buku serta alat tulis yang berserakan diatas mejanya yang terbilang kecil, “Aku akan pergi ke perpustakaan, kau duluan saja ke kantin. Nanti aku akan menyusul.” Katanya.

Hyemi menggeleng pelan, “Aku tidak pergi kesana hari ini karena aku tahu hari ini mereka menyediakan makanan yang lebih buruk dari tiga hari kemarin.”

Yong Na menyeringai, “Dasar! Kau harus berusaha menyukai sayur tahu!”

Hyemi hanya menjulurkan lidahnya.

“Hyemi, kau benar-benar belajar bersama dengan anak baru itu?” Tanya Kyungsoo dengan nada datar–ciri khasnya.

“Eng.. omong-omong aku jadi teringat sesuatu, aku harus pergi sebentar. Sampai jumpa nanti.” Ujarnya seraya meninggalkan kelas dengan tergesa.

Kyungsoo memasukkan kedua tangannya di saku celana, menatap tubuh Hyemi yang sudah menghilang, lantas mengalihkan pandangan untuk melihat bangku Kai. Tadi saat ia bertanya pada Kai, yang ia dapatkan hanyalah jawaban simple, yaitu “tanyakan saja padanya”. benar-benar menjengkelkan.

ALWAYS BE FRIEND — DEE K

Hyemi menyisir semak-semak, namun tak kunjung ia temukan apa yang ia cari sejak lima menit lalu. Ia ingat betul kalau tasnya diletakkan dibalik semak itu, namun kenapa sekarang sudah lenyap? Apakah mungkin seseorang sudah memindahkannya? Tapi siapa?

“Mencari sesuatu?”

Hyemi terlonjak, “K-Kai, kau mengejutkanku.”

Pemuda itu tersenyum miring, “Apa kau tidak akan bertanya bagaimana aku bisa mengantar buku tugas matematikamu?”

“Benar juga, bagaimana kau bisa—kau yang memindahkan tasku ya? Sekarang dimana kau letakkan tasku huh?!”

“Santai dulu, aku hanya menyimpannya ditempat yang lebih aman. Aku ragu tidak akan ada orang yang menyadari keberadaan tasmu dibalik semak ini makanya kupindahkan.”

“Kakatan saja dimana kau menyimpannya, aku bisa mengambilnya sendiri.”

“Heng.. diatas pohon ini.”

Refleks kepala Hyemi langsung mendongak. Dan benar saja tasnya ada disalah satu dahan pohon itu, “Kya! Neo! Apa yang kau perbuat huh?! Bagaimana bisa aku mengambilnya?”

Kai mengangkat bahunya, “Kau yang katakan akan mengambilnya sendiri, jadi, sampai jumpa di kelas.”

Hyemi mengepalkan sebelah tangannya. Rasanya sangat ingin memukul wajah pemuda itu, namun apalah daya ia hanya mampu memukul angin. Kai sudah meninggalkannya sendiri dan ia harus mengambil ranselnya yang bertengger manis diatas pohon layaknya seekor burung. Hyemi melirik arlojinya, lima belas menit lagi bel akan berbunyi, ia harus bergegas.

Sudah berbagai cara ia lakukan namun tak membuahkan hasil, mulai dari melempar batu untuk menggoyahkan sedikit saja ranselnya, menyogoknya menggunakan dahan yang sudah berserakan disekitarnya, hingga melompat untuk menjangkaunya. Dan satu-satunya cara lain hanyalah dengan memanjat.

Hyemi mengikat rambutnya ke belakang, mengambil ancang-ancang untuk merayap di batang pohon itu, “Murid baru sialan itu! Huh! Benar-benar ya, aku akan membunuhnya!” Umpatnya kesal.

Hyemi mencari pijakan yang lebih aman, jarak untuk meraih tasnya sudah hampir dapat ia jangkau, “Datanglah pada mama, ran—AAAAA!”

BUK

Dua pasang manik gelap saling beradu, menyelam ke permukaan yang lebih dalam. Kedua tangan Kai menopang tubuh Hyemi yang hampir saja jatuh—jika ia tak bergegas menolong gadis itu. Dalam jangka lima detik keduanya saling terdiam dalam posisi seperti itu. When I look into your eyes, I feel something was wrong.

“Eh, eng..” Suara Hyemi menyadarkan Kai dari lamunannya, ia segera membantu Hyemi untuk turun dari gendongannya.

“Kau harus lebih hati-hati.”

“Eng.. ya, ak-aku akan melakukannya—tapi bisa—eng—tasku—kau untuk—”

Seakan mengerti dengan ucapan Hyemi, Kai pun langsung memanjat salah satu pohon yang ada dikawasan belakang sekolah, ia mengambilkan tas ransel milik Hyemi.

ALWAYS BE FRIEND — DEE K

Kyungsoo baru saja akan pergi ke kamar mandi namun batal saat melihat Hyemi tengah berada di gendongan murid baru itu. Ia dengan seksama mengamati kejadian yang ada di halaman belakang sekolah itu. Hyemi terlihat salah tingkah dan tak bisa menyembunyikan rona merah dari wajahnya. Tanpa disadari pun tangan Kyungsoo sudah mengepal menahan geram.

Atas dasar apa Kai menggendong tubuh Hyemi, dan.. di tempat yang sepi? Di belakang sekolah? Ada apa dengan mereka?

Kepalan tangannya kian melemah saat disadarinya sesuatu hal yang merupakan fakta di kehidupannya. Ia bukanlah siapa-siapa bagi Hyemi yang tak punya alasan untuk datang kesana dan memukul Kai atas dasar rasa kecemburuan yang menghinggapi dadanya.

Kyungsoo pun memilih untuk memutar tubuhnya dan kembali ke kelas. Toh, jika Hyemi dan Kai akan berpacaran ataupun melakukan hal lebih di halaman belakang, itu bukan urusannya. Karena Hyemi pun hanya menganggapnya sebagai teman kelas tak lebih dan tak kurang.


-—oo—-

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Always be Friends | Chapter 2"

Post a Comment