When I look into your eyes, something like trembling.
OC’s Han
Hyemi - EXO’s Do Kyungsoo - EXO’s Kim Jongin
DL
Project Artwork | Dee K,2015
Kyungsoo meletakkan ranselnya diatas meja. Untuk
sejenak ia menatap intens pemuda yang tengah membaca komik –yang menjadi teman
sebangkunya- adalah Kai. Orang yang ia curigai memiliki sisi buruk yang masih
belum terlihat.
“Ada apa Kyungsoo?” Tanya Kai akhirnya. Sejujurnya ia
sudah merasakan tatapan tak menyenangkan sejak tadi, namun ia mencoba
menahannya. Kai meletakkan komiknya diatas meja lantas menatap Kyungsoo.
“Cih! Jangan terlalu percaya diri!”
Kai mengerutkan keningnya saat Kyungsoo melangkah
pergi. Lantas mengedikkan bahunya dan kembali fokus dengan buku bacaannya.
ALWAYS BE FRIEND — DEE K
Hyemi melirik arlojinya sekali lagi. Sial, aku
terlambat! Ia memperlebar langkahnya dan mempercepat kekuatan berlarinya.
Terlambat bukan apa-apa baginya, justru sudah seperti makanan sehari-harinya.
Namun kali ini berbeda, karena jam pertama adalah milik Eun Jae songsaengnim,
guru killer yang mematikan.
Ia berhenti sejenak saat sudah tiba di depan gerbang.
Kepalan tangannya memukul-mukul dadanya pelan. Sesak betul ia rasakan, lelah
yang lebih lelah dari biasanya. Hyemi menyeka peluh di dahinya. Dengan sisa
tenaga, ia memanjat dinding dan melompat liar. Kali ini pendaratannya tak
seburuk hari lampau.
Padahal baru saja sembuh tapi harus melakukan ini lagi,
omelnya dalam hati seraya meletakkan tas dibalik semak-semak. Ia hanya
mengambil buku pelajaran matematika yang disembunyikannya dibalik kemeja dan
segera menuju ke kelas. Jika ia membawa tasnya sekalian, pasti Eun Jae
songsaengnim akan menuduhnya terlambat tapi kalau hanya membawa tubuhnya saja,
Hyemi bisa beralasan sakit perut dan habis dari toilet.
Hyemi berlari tergesa, ia meraih daun pintu, lalu
menampakkan dirinya, tak lupa memasang wajah lesunya serta tangan yang
memegangi perut.
Eun Jae songsaengnim menatapnya datar seakan sudah
hapal, “Sakit perut lagi, Han Hyemi?”
Hyemi menunduk, mempererat genggaman pada bagian
perutnya, bukan karena sakit melainkan takut bukunya akan terjatuh, “Ma-af
songsaengnim.”
“Duduk ditempatmu.” Tukas pria itu tegas yang langsung
disambut anggukan muridnya.
Hyemi duduk disamping Yong Na, menghela napas lega.
Jemarinya dengan lihai membuka dua kancing bawah dan mengeluarkan buku tulis
tanpa dilirik sedikitpun oleh guru ataupun siswa lain.
“Kapan kau akan datang tepat waktu Hye?”
“Sstt.. jangan keras-keras dan jangan bahas itu
sekarang!”
Shin Yong Na hanya memutar mata malas lantas kembali
mencatat yang sudah dituliskan oleh Eun Jae songsaengnim di papan tulis.
“Siswi Hyemi, jangan lupa kumpulkan tugas rumahmu.”
Ujar Eun Je songsaengnim sembari mengecek satu-persatu buku tugas milik siswa
yang sudah dikumpulkan sejak tadi.
“Ne songsaengnim.” Sahutnya malas. Hyemi mengambil
salah satu buku yang ia bawa dan langsung mengumpulkannya ke meja guru. Sebelum
langkahnya sampai di bangku, guru killer itu menahan Hyemi dengan beberapa
kalimatnya yang menusuk.
“Tidak membawa buku tugas matematika ya? Lalu
mengantisipasinya dengan mengumpulkan buku seni? Pikiran yang bagus.”
Eun Jae songsaengnim berdiri dari kursinya dan
menghadap siswi yang tengah memasang wajah pucat, “Berlari keliling lapangan
sebanyak tiga puluh kali atau membersihkan gudang sampai jam pulang sekolah?”
Wajah Hyemi kian pucat. Kedua hukuman yang diajukan Eun
Jae songsaengnim tidak ada yang bersahabat. Baru saja ia hendak menjawab namun
tertahan karena Kai yang hadir menuju tengah kelas dan menghadap Eun Jae
songsaengnim.
“Maaf songsaengnim. Buku tugas Hyemi tertinggal di
rumah saya karena kemarin kami baru saja belajar kelompok untuk menyelesaikan
tugas matematika.” Katanya seraya menyodorkan buku bersampul cokelat pada guru
itu.
Meski ada rasa ragu, Eun Jae songsaengnim tetap
mengambil buku itu dan mengeceknya. Ternyata benar. Ia pun membolehkan Hyemi
duduk tanpa memberi sanksi.
ALWAYS BE FRIEND — DEE K
Shin Yong Na merapikan buku-buku serta alat tulis yang
berserakan diatas mejanya yang terbilang kecil, “Aku akan pergi ke
perpustakaan, kau duluan saja ke kantin. Nanti aku akan menyusul.” Katanya.
Hyemi menggeleng pelan, “Aku tidak pergi kesana hari
ini karena aku tahu hari ini mereka menyediakan makanan yang lebih buruk dari
tiga hari kemarin.”
Yong Na menyeringai, “Dasar! Kau harus berusaha
menyukai sayur tahu!”
Hyemi hanya menjulurkan lidahnya.
“Hyemi, kau benar-benar belajar bersama dengan anak
baru itu?” Tanya Kyungsoo dengan nada datar–ciri khasnya.
“Eng.. omong-omong aku jadi teringat sesuatu, aku harus
pergi sebentar. Sampai jumpa nanti.” Ujarnya seraya meninggalkan kelas dengan
tergesa.
Kyungsoo memasukkan kedua tangannya di saku celana,
menatap tubuh Hyemi yang sudah menghilang, lantas mengalihkan pandangan untuk
melihat bangku Kai. Tadi saat ia bertanya pada Kai, yang ia dapatkan hanyalah
jawaban simple, yaitu “tanyakan saja padanya”. benar-benar menjengkelkan.
ALWAYS BE FRIEND — DEE K
Hyemi menyisir semak-semak, namun tak kunjung ia
temukan apa yang ia cari sejak lima menit lalu. Ia ingat betul kalau tasnya
diletakkan dibalik semak itu, namun kenapa sekarang sudah lenyap? Apakah
mungkin seseorang sudah memindahkannya? Tapi siapa?
“Mencari sesuatu?”
Hyemi terlonjak, “K-Kai, kau mengejutkanku.”
Pemuda itu tersenyum miring, “Apa kau tidak akan
bertanya bagaimana aku bisa mengantar buku tugas matematikamu?”
“Benar juga, bagaimana kau bisa—kau yang memindahkan
tasku ya? Sekarang dimana kau letakkan tasku huh?!”
“Santai dulu, aku hanya menyimpannya ditempat yang
lebih aman. Aku ragu tidak akan ada orang yang menyadari keberadaan tasmu
dibalik semak ini makanya kupindahkan.”
“Kakatan saja dimana kau menyimpannya, aku bisa
mengambilnya sendiri.”
“Heng.. diatas pohon ini.”
Refleks kepala Hyemi langsung mendongak. Dan benar saja
tasnya ada disalah satu dahan pohon itu, “Kya! Neo! Apa yang kau perbuat huh?!
Bagaimana bisa aku mengambilnya?”
Kai mengangkat bahunya, “Kau yang katakan akan mengambilnya
sendiri, jadi, sampai jumpa di kelas.”
Hyemi mengepalkan sebelah tangannya. Rasanya sangat
ingin memukul wajah pemuda itu, namun apalah daya ia hanya mampu memukul angin.
Kai sudah meninggalkannya sendiri dan ia harus mengambil ranselnya yang bertengger
manis diatas pohon layaknya seekor burung. Hyemi melirik arlojinya, lima belas
menit lagi bel akan berbunyi, ia harus bergegas.
Sudah berbagai cara ia lakukan namun tak membuahkan
hasil, mulai dari melempar batu untuk menggoyahkan sedikit saja ranselnya,
menyogoknya menggunakan dahan yang sudah berserakan disekitarnya, hingga
melompat untuk menjangkaunya. Dan satu-satunya cara lain hanyalah dengan
memanjat.
Hyemi mengikat rambutnya ke belakang, mengambil
ancang-ancang untuk merayap di batang pohon itu, “Murid baru sialan itu! Huh!
Benar-benar ya, aku akan membunuhnya!” Umpatnya kesal.
Hyemi mencari pijakan yang lebih aman, jarak untuk
meraih tasnya sudah hampir dapat ia jangkau, “Datanglah pada mama, ran—AAAAA!”
BUK
Dua pasang manik gelap saling beradu, menyelam ke
permukaan yang lebih dalam. Kedua tangan Kai menopang tubuh Hyemi yang hampir
saja jatuh—jika ia tak bergegas menolong gadis itu. Dalam jangka lima detik
keduanya saling terdiam dalam posisi seperti itu. When I look into your eyes, I
feel something was wrong.
“Eh, eng..” Suara Hyemi menyadarkan Kai dari
lamunannya, ia segera membantu Hyemi untuk turun dari gendongannya.
“Kau harus lebih hati-hati.”
“Eng.. ya, ak-aku akan melakukannya—tapi
bisa—eng—tasku—kau untuk—”
Seakan mengerti dengan ucapan Hyemi, Kai pun langsung
memanjat salah satu pohon yang ada dikawasan belakang sekolah, ia mengambilkan
tas ransel milik Hyemi.
ALWAYS BE FRIEND — DEE K
Kyungsoo baru saja akan pergi ke kamar mandi namun
batal saat melihat Hyemi tengah berada di gendongan murid baru itu. Ia dengan
seksama mengamati kejadian yang ada di halaman belakang sekolah itu. Hyemi
terlihat salah tingkah dan tak bisa menyembunyikan rona merah dari wajahnya.
Tanpa disadari pun tangan Kyungsoo sudah mengepal menahan geram.
Atas dasar apa Kai menggendong tubuh Hyemi, dan.. di
tempat yang sepi? Di belakang sekolah? Ada apa dengan mereka?
Kepalan tangannya kian melemah saat disadarinya sesuatu
hal yang merupakan fakta di kehidupannya. Ia bukanlah siapa-siapa bagi Hyemi
yang tak punya alasan untuk datang kesana dan memukul Kai atas dasar rasa
kecemburuan yang menghinggapi dadanya.
Kyungsoo pun memilih untuk memutar tubuhnya dan kembali
ke kelas. Toh, jika Hyemi dan Kai akan berpacaran ataupun melakukan hal lebih
di halaman belakang, itu bukan urusannya. Karena Hyemi pun hanya menganggapnya
sebagai teman kelas tak lebih dan tak kurang.
-—oo—-
0 Response to "Always be Friends | Chapter 2"
Post a Comment