Change





— You come and change all —




Park Bom. Semua orang tahu siapa gadis yang memiliki nama itu. Dengan wajah kalem nan ayu dan rambut yang panjangnya hampir mencapai punggung.semua orang pasti akan tertipu dengan wajahnya yang kalem. Tapi siapa sangka kalau ternyata gadis itu memiliki selera musik keras.



Lagi-lagi Park Bom bernyanyi dengan pengeras suara. Untunglah kamarnya sudah dilengkapi dengan bahan kedap suara, sehingga tetangga tidak akan bisa mendengar nyanyiannya yang mengguncang dunia.



“Park Bom. Bisa tolong kecilkan volume musik mu?”



Suara Ibu sama sekali tidak bisa didengar oleh gadis yang masih asik memainkan sapu sebagai microfon ala-alanya.



“Bom!”



“Ya Bu?” tanya Park Bom sembari memutar tombol volume.



“Ini lebih baik.”



“Ada apa Bu?”



“Tidak ada. Ingat, kau harus pergi ke sekolah besok pagi. Jadi lekaslah tidur karena waktu sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Ibu tidak ingin kau mengantuk di sekolah.”



“Baik Bu.”



Dengan patuh Park Bom mematikan musik dan bersiap untuk tidur.



Dewi malam berangsur turun dan tergantikan oleh sang surya. Terpaan cahaya matahari begitu silau dan membuat hari ini menjadi lebih hangat.



Park Bom berjalan menuju sekolahnya dengan berjalan kaki. Ini sudah menjadi kebiasaannya. Tapi siapa sangka jika hari ini ia akan bertemu dengan pemuda tampan yang berhasil membuat hatinya meleleh.



Saat itu Park Bom hendak melalui perempatan jalan, tapi matanya dikejutkan oleh penampakan seorang dewa. Karena terlalu memperhatikan pemuda yang berjalan lebih dulu di depannya, gadis cantik ini lupa dengan jalanan sekitar yang ramai. Ia terserempet sepeda motor. Pengendara tak bertanggung jawab itu langsung mempercepat laju kendaraannya.



Park Bom meringis kesakitan karena lututnya terluka. Walaupun Park Bom mempunyai selera seperti seorang lelaki tapi tetap saja ia tidak suka ketika melihat darah.



“Kau tidak apa-apa?”



Park Bom mengangkat kepalanya sedikit. Dengan terpaan cahaya matahari, ia bisa melihat sosok pemuda tampan seperti dewa.



“Biar aku bantu.”



Pemuda itu membantu Park Bom berdiri dan memapahnya sampai ke sekolah. Entah hanya kebetulan atau memang sudah menjadi garis takdir. Ternyata pemuda itu bersekolah di tempat yang sama dengan Park Bom.  Pemuda itu adalah murid baru yang ternyata juga menjadi teman sekelas Park Bom.



“Apa kaki mu masih sakit?”



“Sudah tidak apa-apa kok.”



“Dimana rumahmu, nanti biar ku antar kau pulang.”



“Ah tidak usah. Aku tidak suka merepotkan orang lain.”



“Tidak masalah. Aku sama sekali tidak merasa seperti itu. Kita adalah teman Bom.”



“Tapi Lee. Tetap saja aku akan merasa tidak enak padamu. Dari awal kau begitu baik padaku”



Lee Dong Hae. Pemuda bak dewa utusan Tuhan yang baru saja turun dari langit. Dia begitu ramah dan baik pada Park Bom. Bukan hanya dari ketampanan wajahnya tapi juga kelembutan hatinya yang membuat Park Bom merasa senang dan nyaman dengan pemuda yang baru saja ia kenal.



Perubahan Park Bom yang begitu tajam membuat Ibu merasa curiga. Ia pun memutuskan untuk bertanya pada putri semata wayangnya.



“Park Bom, apa ada sesuatu?”



“Sesuatu apa maksud Ibu?”



“Sepertinya ada yang aneh. Tidak biasanya kamu mau memakai pakaian gadis seperti ini. Sejak kapan kamu suka memakai dress seperti itu? Apalagi warna merah muda.”



Park Bom baru menyadarinya. Ia menatap pakaian yang kini sedang ia kenakan. Sepertinya perubahan ekstrim ini bersumber dari pemuda bernama Lee Dong Hae.





THE END


Thanks to RainbowArt, yang sudah membuatkan cover cantik ini :)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Change"

Post a Comment