Waiting For What?




AOA’s Seolhyun and EXO’s Sehun | Comfort | PG | Ficlet | Elfairies @IRIS Cover Fanfiction – ICFF | Crystal,2015

What is the meaning of waiting. if you don’t want me at all, even you had forgotten

Previous post : 1


Cahaya matahari perlahan memasuki sebuah ruangan yang bisa dibilang cukup luas untuk dijadikan sebuah kamar. Celah-celah di dinding yang disebut ventilasi menjadi pintu masuk untuk udara dari dunia luar yang sangat luas disana.

Gadis yang masih terlelap di ranjangnya itu mulai terusik akibat terpaan sinar matahri yang mengenai wajahnya. Membuat ia merasakan sesuatu yang hadir di kedua mata yang tadinya gelap menjadi agak terang. Ia menggeliat kasar.

Suara bising lalu lintas di jalanan membuat telinganya terusik. Semua yang tadinya tenang, hening tanpa ada gangguan menjadi berubah total. Ditambah lagi suara klakson yang dibunyikan berkali-kali membuatnya mengerang kesal.

“Kenapa lalu lintas sudah berjalan di pagi buta seperti ini.” Gumamnya dengan mata yang masih melekat satu sama lain.

Gadis itu menggeliat untuk yang kesekian kalinya, menyibakkan anak rambut yang bertengger di wajahnya yang agak bulat. Seolhyun menguap lebar, untuk kemudian membuka matanya dengan satu gerakan cepat.

“Ah silau.” Erangnya ketika merasakan sebuah cahaya sangat terang mengganggu kinerja mata hitamnya.

Untuk beberapa detik kemudian, barulah ia bisa melihat dengan jelas. Gadis pemilik nama Kim Seolhyun ini meregangkan otot-otot lengannya. Ia beranjak dari ranjang yang sangat lama membiarkan tubuhnya nyaman beristirahat disana.

Seolhyun membuka gorden bermotif, menengok keadaan di luar. Alisnya saling bertautan. Dengan gerakan cepat ia memutar tubuh dan menatap jam dinding yang ternyata sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh waktu di Korea.

“Omoo.. aku terlambat bekerja!” teriaknya histeris.

Seolhyun berlari dengan cepat mengambil handuk dan pakaian gantinya. Memainkan air hanya dengan waktu lima menit. Berdandan sederhana sambil memasukkan beberapa barang ke dalam tasnya. Ia meraih ponselnya, hendak menghubungi teman kerjanya. Tapi karena ada banyak hal yang ia lakukan secara bersamaan, akibatnya ponsel satu-satunya itu terjatuh hingga mengeluarkan organ dalamnya.

“Sial.”

Untuk beberapa kali gadis itu mengumpat kesal. Namun akhirnya ia bisa menyelesaikannya. Ia keluar dari apartemennya, menutup kasar pintu itu dan menguncinya sebelum berangkat kerja. Gadis ini berlarian hingga membuat beberapa orang yang juga tinggal di tempat yang sama dengannya mengeluh, mengumpatinya, dan mencibirnya.

“Hati-hati kalau jalan!”

“Maafkan aku ahjumma, aku harus bergegas karena terlambat.”

“Hei! Lihat langkahnmu.”

“Kau terlambat lagi, eoh?” tanya seorang pemuda yang baru saja keluar dari apartemennya yang berada di lantai dua. Nada bicaranya bukan seperti umumnya orang bertanya, tapi lebih tepat disebut mengejek atau mencibir.

“Yak! Taehyung, kau akan mendapatkan balasannya nanti.”

“Coba saja, jika boss mu membiarkan kau pulang malam ini.”

Seolhyun menggertakkan gigi-giginya karena kesal, terlebih lagi ucapan Kim Taehyung ada benarnya juga. Sudah tidak mengherankan jika gadis cantik satu ini sering mengganggu aktivitas orang lain di pagi hari dengan tabrakan atau permintaan maafnya. Karena hampir setiap hari ia terlambat berangkat kerja yang berakibat amarah bossnya akan memuncak dan menambahkan waktu kerja malam untuknya.

Seolhyun terus berlari menuju tempat kerjanya. Matanya menatap bus yang sudah mulai berjalan, ia terlambat untuk menjangkau satu-satunya kendaraan yang bisa mengantarkannya ke toko dimana ia bekerja. Tidak mungkin jika Seolhyun harus naik taksi karena biaya kendaraan ber-AC itu sangat mahal baginya. akhirnya ia memilih untuk berlari. Masa bodoh jika ia tiba disana dengan keringat bercucuran asalkan ia tidak mendapat omelan dari bossnya yang melebihi biasanya.

Gadis itu mendorong pintu masuk hingga membunyikan lonceng yang menandakan kehadiran pelanggan. Setelah satu jam berlari, akhirnya ia tiba di tempat tujuannya. Seolhyun terengah-engah, mencoba mengatur nafasnya tapi tidak berhasil.

Toko yang kebetulan sedang ramai pembeli dibuat melongo dengan kehadiran gadis bermandikan keringat itu. Ada dari mereka yang memandang jijik dan heran.

“Seolhyun-ah, kau begitu menjijikkan.” Cerca Bomi, teman kerja Seolhyun yang bertugas menjaga kasir.

Gadis berusia dua puluh enam tahun itu malah meringis, menunjukkan gigi-giginya yang rapi dan bersih pada Bomi. Membuat petugas kasir itu mengeluarkan lidahnya karena jijik.

Seolhyun berlalu menuju tempat ganti, membereskan dirinya sebelum kembali dengan pakaian kerjanya yang lengkap.

“Kau tidak bisa berangkat seperti ini setiap hari. Seharusnya kau mengatur alarm supaya bisa bangun lebih awal.”

Seolhyun menata botol minuman di rak yang kosong, “Aku sudah mencobanya, tapi tidak berhasil. Tetap saja aku akan bangun kesiangan.”

“Apa aku harus menginap di rumahmu supaya bisa mengatur waktu dank au tidak akan terlambat lagi.” Ujar Bomi asal.

“Ide bagus. Kau juga bisa membuatkanku sarapan, makan siang, dan makan malam. Kita bisa berbagi teh bersama. Berbagi kamar tidur, dan melakukan banyak hal bersama.”

“Hah? Tidak mungkin.”

Bunyi bel membuat percakapan mereka terhenti. Bomi menyambut pelanggan itu dengan senyumnya dan dengan ramah mengucapkan salam.

“Aku ingin mencari bahan-bahan membuat kue, apa ada disini?”

Suara itu. Suara yang sepertinya dikenal Seolhyun. Gadis itu mengalihkan fokusnya untuk melihat siapa orang yang berada di dalam toko beberapa detik lalu.

“Sehun-ah?”

Pemuda dengan rambut pirang itu mengangkat sebelah alisnya, “Seolhyun?”

Hanya dengan menyebut namanya, Seolhyun bisa sangat bahagia detik ini juga. Ia melempar botol minuman yang tadinya berada digenggamannya hingga tergeletak di dalam kardusnya seperti semula. Ia berseri-seri dan langsung berlari untuk meraih tubuh pemuda yang lebih tinggi darinya.

“Kau pergi sangat lama, Sehun-ah. Aku sangat merindukanmu.”

“Apa yang dilakukan anak itu?” gumam Bomi dengan mulut yang sebelumnya menganga kecil.

Pemuda jangkung itu tak memberikan respon sama sekali, hingga Seolhyun melepaskan pelukannya dan menatap wajah putih pemuda bernama Sehun.

“Bagaimana kabarmu? Kapan kau tiba di Seoul, kenapa kau tidak mengabariku kalau kau sudah pulang? Sekarang kau tinggal dimana? Bolehkah aku mengunjungimu? Aku sangat rindu dengan masakan Ibumu, oh ya, bagaimana dengan keadaan Solji?”

“Hun-ah, kenapa kau lama sekali? Aku tidak suka menunggu lama di mobil seorang diri.” Seorang gadis dengan manja menggelayut di lengan Sehun.

“Mianhaeyo. Sekarang kau bisa menemaniku disini.” Sehun membalas dengan mengelus rambut panjang milik gadis yang entah siapa namanya.

Seolhyun merasakan ada sebuah rasa kesal di dadanya. Membuat ia bertindak dengan tegas melepas tangan gadis itu dari pemuda miliknya.

“Apa yang kau lakukan nona? Kau menyakitiku.”

“Aku hanya tidak suka melihat kau bergelayut manja di lengan Sehun. Tempat itu hanya milikku saja, benar kan Sehun?”

“Hun-ah, apa yang dikatakan orang ini?”

Sehun tersenyum menanggapi wajah khawatir milik gadis yang menatapnya penuh tanda tanya. Ia menghela nafasnya sebelum menatap Seolhyun lekat-lekat. “Lama tak berjumpa denganmu Seol. Kenalkan ini Krystal Jung, dia adalah kekasihku.”

Deg.

Detak jantung Seolhyun seketika berhenti. Dunia seakan rapuh dan tak ada tempat untuknya sama sekali. Ia menatap juluran tangan gadis dihadapannya dengan pandangan sendu. Ia hanya diam tanpa mengucapkan sepatah katapun.

“Tuan, ini barang-barang yang kau pesan.”

“Berapa semuanya?”

Sehun mengambil tas belanjaannya setelah memberikan beberapa lembar uang kertas dari dompetnya. Ia tersenyum berterima kasih pada Bomi.

“Eoh, Seol, senang bisa bertemu denganmu lagi.” ujarnya sebelum keluar dari toko.

Seolhyun hanya diam. Membuat Bomi bertanya-tanya, “Ada apa denganmu?”

Kau berjanji akan kembali di sisiku dengan perasaan yang sama. Kau janji akan datang dengan rasa cinta dan kasih sayang yang lebih besar. Kau berjanji akan menjaga hubungan kita sampai kau akan mengucapkan janji suci di gereja nantinya. Kau mengatakan semua janji yang membuatku percaya padamu. Tapi kenapa hari ini kau datang dengan mengingkari semua janji itu? Kau melukaiku, membuat dadaku sesak dan hatiku teriris. Aku ingin menangis sekarang juga.

Yoon Bomi seketika bingung karena melihat aliran air yang tumpah dari kelopak kawannya yang masih saja tak bergeming dari posisi terakhirnya.

“Seol, ada apa denganmu?”



—00—



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Waiting For What?"

Post a Comment