あした | Ashita


OC’s Itsume and EXO’s Baekhyun | Sad | PG | Ficlet | CHW Artwork | Deevyaka2015

Aku percaya, suatu hari nanti kau akan kembali.

Itsume memandang langit yang kian memudar dari tahta perkasanya yang berwarna cerah. Semburat keemasan bagaikan gaya tiga dimensi yang tampak nyata melapisi sisi-sisi bentuknya. Untuk sejenak Itsume menurunkan kelopak mata. Mengisi warna hitam pada retina. Menghentikan sel kerucutnya bekerja.

Sepoi-sepoi angin membelai lembut permukaan wajah Itsume yang agak tirus, mengejar anak rambut yang berlari menghindar. Perlahan udara keluar dari paru-parunya kemudian terhembus bersama kekecewaan yang mengendap di dasar hati.

“Selalu ada hari esok yang menantimu, Baekhyun,” bisiknya pada dedaunan yang menari riuh.

Sebulir likuid jatuh di pipi kiri Itsume. Kata orang, namida[1] yang jatuh dari mata bagian kiri berarti menandakan tentang sebuah kesedihan. Itsume tertawa miris seraya mengusap wajahnya.

-FLASHBACK ON-

Ilalang menari mengikuti arah gerak dua manusia yang tengah bergembira. Rela meski beberapa kali harus diinjak atau dihempas oleh tangan-tangan lentik yang lembut.

“Baekhyun,” panggil seorang gadis seraya menahan kakinya untuk melangkah lagi. Seragam SMUnya pun ikut terhempas pada tubuhnya yang langsing kemudian tenang meski sempat tertiup angin sebentar.

Hal itu membuat langkah seorang pemuda turut berhenti lantas menatap iris gelap lawan bicaranya, “Ya? Nazedeshou ka[2], Itsume chan[3]?”

“Apakah akan baik-baik saja jika kamu di sini bersamaku?”

Pemuda itu tersenyum getir—merasa agak ragu— lalu menggenggam kedua tangan Itsume, “Daijoubu[4]. Kamu tidak perlu khawatir tentang apapun.”

“Benar begitu?”

Baekhyun mengangguk mencoba meyakinkan, namun tetap dipandang sebelah mata oleh gadis dihadapannya, “Apa maksudmu bilang begitu? Kamu tidak mempercayaiku?”

Itsume menggeleng cepat, “Aku tidak mengatakan itu kok. Hanya saja... aku mengkhawatirkanmu, Baekhyun.”

Pemuda itu tertawa kecil, “Aku senang kalau ternyata kamu memperhatikanku, tetapi jangan pernah meremehkanku,” katanya sembari mengacak puncak kepala Itsume.

Itsume mengangguk meski masih merasa ragu.

“Oh? Kamu belum yakin denganku?”

“Sejujurnya memang begitu, “ sahut Itsume dengan bibir yang dimonyongkan.

“Oh ayolah... percayalah padaku, Nona Itsume,” ujar Baekhyun dengan nada menggoda. Sepersekian detik berikutnya ia sudah mencubit kedua sisi wajah Itsume.

“Aaaa! Baekhyun kun! Hentikan!” erangnya seraya melayangkan kepalan tangan di lengan pemuda itu.

“Ah! Hey!”

“Huh? Nazedeshou ka? Daijoubu ka[5]?” tanya itsume yang langsung panik setengah mati ketika Baekhyun meringis kesakitan.

Itsume mencoba mencari tahu, tetapi Baekhyun terus-terusan mengelak. Hingga pada akhirnya upaya Itsume pun membuahkan hasil. Ia mampu menarik lengan Baekhyun dan menyingkap lengan kemeja pemuda berwajah puppy tersebut.

Seketika itu iris bening Itsume mengembang sempurna. Sebelah tangannya membekap mulut, bahkan kakinya terperintahkan untuk mundur beberapa langkah.

“B-Baekhyun.. kenapa? Apa yang—”

“Tidak apa-apa itsume. Watashi wa daijōbudesu yo[6].”
“Apanya yang baik-baik saja huh?! Lihat lenganmu itu! Katakan apa yang terjadi! Katakan!” suara Itsume meninggi hingga mampu didengar lapisan langit yang lain.

“Dengar, ini semua hanya—”

“Apa karena aku?”

“Sudah kubilang—”

“Jadi memang benar karena aku?”

“Itsume, semua ini tidak lebih menyakitkan daripada aku harus kehilangan dirimu. Aku tidak apa-apa.”

Sebulir namida lolos dari pelupuk mata Itsume. Saraf reseptornya dengan cepat terhubung dengan afektor hingga merangsang kaki-kakinya bergerak mundur tatkala Baekhyun mencoba mendekat.

“Jangan dekati aku!”

Baekhyun menghela napas berat, “Bahkan jika setiap hari aku harus menerima berbagai makian serta pukulan dan sungut api dari ayahku, aku tak peduli. Selama hal itu masih bisa mempertemukanku denganmu, aku merasa bahagia.”

Itsume menggeleng lemah, “Aku tak sanggup bila harus melihat luka itu. Mungkin memang lebih baik bila kita tak bersama.”

“Tidak, Itsume, hal itu tidak benar.”

Baekhyun berjalan selangkah mendekati Itsume dan ketika gadis itu akan beranjak, dengan cepat ia menahan lengan Itsume.

“Itsume, aku mohon jangan seperti ini. Kau membuatku lebih sakit. Itu sama saja dengan memperdalam luka di tubuhku.”

“Baekhyun,” jeda sejenak, “jika salah satu di antara kita terluka karena bersama maka akan lebih baik jika cinta itu dimusnahkan,” lanjutnya yang sudah meloloskan berbagai bulir likuid.

Baekhyun menggeleng, “Jika memang cinta, aku akan memilih bertahan dan terluka demi kita. Untuk bersama dan selamanya. Karena aku adalah milikmu, dan begitulah sebaliknya.”

Itsume menitikkan air matanya terharu. Hingga tak dapat menahan untuk menyambar tubuh Baekhyun, mendekapnya erat.

-FLASHBACK OFF-

Itsume memainkan ayunan yang sedari tadi menjadi wadah kerinduannya, mengenang seseorang yang spesial di hidupnya. Yang ternyata memilih kembali ke negara asalnya –Korea— daripada menetap di Jepang hanya sekedar untuk hidup bersamanya. Tetapi entahlah, sampai detik ini Itsume belum tahu kabar Baekhyun, pun alasan mengapa lelaki itu meninggalkannya tanpa kabar.

Hanya saja dua hari sebelum kosongnya rumah Baekhyun, lelaki itu pernah berkata, “Itsumo watashitachi no tame ni ashita wa nai yō ni ikimasu. Ashita. Watashi o shinjite.[7]

Itsume mengulum senyum tragis, “Ya, pasti ada. Hari itu entah kapan. Watashi wa matte okou[8], Baekhyun-san.”

Itsume bangkit dari ayunan. Berjalan pergi dari bukit yang dulu sering ia datangi bersama Baekhyun. Pemuda kan koku kara kimashita[9].

Itsuka...[10]

ashita.[11]

—fin



[1] Air mata
[2] Kenapa
[3] Panggilan akrab kepada seorang gadis
[4] Tidak apa-apa
[5][5] Kau baik-baik saja?
[6] Aku baik-baik saja.
[7] Selalu ada hari esok untuk kita. Besok. Percayalah.
[8] Aku akan tetap menunggumu
[9] Yang datang dari Korea
[10] Suatu hari nanti
[11] Besok

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "あした | Ashita "

Post a Comment