[Nothing] Eyes


Wen Jun Hui (Seventeen) – Lee Mina (OC)Comfort PGFiclet (451 words) Deevyaka HaneyGyu’s poster Art

*

Kekurangan itu memang pahit
Tetapi hidup harus terus dijalani

*

Tanpa kedua mata normal, kita tak bisa melihat apa-apa selain kegelapan yang selalu menyertai keseharian kita. Tiada secercah pun cahaya yang dapat ditangkap supaya bisa dipantulkan. Sama sekali kehilangan rasa dan minat untuk menjalani hidup.

*

Malam hari
masih malam
selalu malam yang gelap

*

Jun meraba angin mencari dinding, tetapi yang ia dapat hanya sebuah angan yang tak pernah dapat digapai. Kedua kakinya bergantian melangkah terseok-seok.

Audio jendela tertiup oleh angin berkali-kali menimbulkan suara berderak mengiringi percobaan Jun yang hampir seluruhnya gagal. Likuid dari pelupuk matanya hampir saja tumpah bila suara derik pintu tak tersampaikan pada dwi rungunya.

Refleks kepala Jun menoleh mencari-cari asal suara. Kakinya bergerak patah kebingungan mencari arah. Sedangkan orang yang membuka pintu itu membeku di tempat.

“Jun, kau.. buta?”

“Mina? Kaukah itu?”

Gadis bersurai cokelat itu membekap mulutnya yang menganga tak percaya, sedangkan rangkaian bunga di sebelah tangannya terhempas begitu saja membentur lantai menimbulkan beberapa mahkota serta kelopak bunganya rapuh tersapu angin.

Jun mengernyit, “Apa itu tadi?” tanyanya setelah mendengar suara sesuatu yang berdesak.

*

Kesempurnaan selalu menjadi hal pertama
tanpa itu kau hanya sebutir debu di ujung daun

*

Pintu itu menimbulkan suara yang berdetar keras, melahap seorang gadis dari pandangan. Jun terkejut saat mendengarnya, sampai membuatnya sedikit meringkuk.

“Minaaa! Ya! Lee Mina-ssi!”

“Minaaa!”

Jemari Jun berhasil menggapai gagang pintu, langkahnya terhuyung keluar kamar. Tertatih merangkak kesana-kemari tanpa tahu arah tujuan. Tangannya terayun berkali-kali, meraba dinding, serta tak jarang tubuhnya terjerembab mengecup lantai sedingin salju.

“Minaa-aaa!” suara gemuruh pita suara Jun menggelegar menghentikan segala aktivitas yang terjadi di dalam rumah sakit. Berbagai tatapan terarah padanya, tetapi apa gunanya itu bila Jun sendiri tak bisa menangkapnya?

Dua detik kemudian segala sesuatunya telah kembali berjalan lancar, akan tetapi teriakan depresi Jun terurai lagi oleh desis angin yang membawanya terbang. Masih dalam susunan huruf yang sama.

“Minaaa-aaaa!”

Seorang gadis berambut sebahu yang memiliki rasa empati pada Jun bergerak mendekatinya kemudian bertanya, “Ahjussi, apa kau butuh bantuan?”

Kepala Jun bergerak menghadap pada wajah gadis itu, tetapi hanya memberikan tatap dwi netra kosong, “Minaa? Dimana Mina?”

Gadis itu meraih lengan Jun, “Aku pikir kau—”

“DIMANA MINA?!”

Gadis itu terhenyak, “Ahjussi.. kau—“

Jun menghempas tangan gadis itu yang masih menempati lengannya. Lantas berjalan menyusul Mina yang entah dimana keberadaannya. Yang perlu Jun lakukan hanya mengejarnya, mencari jalan kemanapun ia bisa melangkah.

*

Kegelapan tetaplah kegelapan

*

Cahaya kuning itu memfokuskan pada diri Jun yang melangkah di atas aspal kelabu di tengah mendung yang berderam diselimuti titik likuid yang berdetas menyatu pada jalanan. Tak butuh hitungan menit raga lelaki itu telah ditubruk oleh sumber cahaya.

Belasan masyarakat berbondong-bondong mengerumuni jasmani Jun yang terkulai lemah dengan napas minimalis.

—fin


A/N :
Haloo.. udah lama banget aku nggak ngasih ocehan hehe :V 
kalian semua apa kabar? aku baik kok /gak nanya/
Jadi di ff kali ini aku cuma pengen berpesan;
janganlah melihat seseorang dari fisiknya,
janganlah memperlakukan orang yang kekurangan dengan buruk,
setidaknya jikalau kalian masih shock, berusahalah terlihat baik-baik saja,
dan juga janganlah merasa frustasi dari kekurangan itu,
sesungguhnya dibalik kesulitan itu ada kemudahan yang tuhan berikan :)




Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "[Nothing] Eyes"

Post a Comment