Ai Ni Ikou


Pergi Untuk Bertemu



Natalia memandang diri di pantulan cermin kamar. Kedua lapis bibirnya membuat lengkung jatuh ke bawah. Sinar matanya menampilkan kesenduan. Natalia sedikit menyibak poni yang menutupi wajahnya. Ada sedikit perasaan seolah ada jarum tajam yang bersarang di benak. Terlanjur sedih sekaligus kesal, Natalia memilih enyah dari cermin dan merebahkan diri di ranjang sambil memeluk boneka Doraemon kesayangannya.

Kedua obsidian Natalia mengarah pada silaunya cahaya matahari yang menembus kaca jendela. Kalau mentari saja bisa terus bersinar, kenapa ada manusia yang hanya menampakkan keburukan saja? Buruk rupa, ya, seperti itulah. Hitam, dekil, jelek? Iya benar sekali, jelek, kenapa harus ada manusia yang diciptakan seperti itu? Seorang gadis pula!

Natalia memanyunkan bibir, kesal sekali rasanya. Gara-gara kulitnya yang hitam, sebenarnya tak hitam-hitam banget sih, bisa dibilang kulit sawo matang yang overdosis. Sama aja ya? Hihi. Wajah Natalia tak terlalu buruk hanya saja karena kulitnya yang hitam, mungkin lebih membawa efek jelek. Seandainya kulit Natalia sedikit putih, dia cantik kok.

“Kalau muka kayak begini, mau nyari pacar kan susah. Nggak bakal ada yang tertarik, ngelirik aja enggak bakalan,” gerutu Natalia hampir menjadi kebiasaan sehari-harinya ketika sendiri.


JKT48’s Natalia — EXO’s Sehun | PG | Failed!ComedyOneshot | ChocoYeppeo Artwork | Deev©2016


Bangku terpoles cat cokelat di barisan nomor tiga menjadi milik Natalia selama berada di semester satu. Wali kelasnya tak mengatur posisi tempat duduk seperti kelas lain lakukan yang setiap minggunya digilir. Seperti biasa, yang akan dilakukan setibanya di kelas adalah membanting tas dan meletakkan kepala di atas meja, malas.

“Hey, Nat, cari kegiatan lain kek. Masa tiap hari cuma tidur mulu di kelas, nggak bosen?” tegur Nadse setengah mengejek.

Natalia membalasnya dengan lirikan tajam, “Percaya deh yang cantik nggak ada duanya.” Padahal hati kecil Natalia lagi ngebatin, kok hidup begini amat, ya? Kapan sih gue bisa berubah cantik? Seenggaknya sepantaranlah sama Nadse. Yang padahal Nadse adalah gadis tercantik nomor delapan di sekolah. Sedangkan peringkat pertama masih dipegang kuat oleh Melody dan di nomor dua ada Nabilah yang merupakan kawan dekat Melody.

Nadse terkekeh, “Dasar jones!”

Natalia hanya diam enggan membalas ledekan Nadse yang sudah seperti makanan sehari-harinya. Ia memilih mengubah posisi kepala menghadap jendela. Seandainya gue cantik, pasti cowok-cowok udah pada ngantri buat macarin gue. tapi sayangnya keadaan gue menyedihkan gini.

Seketika sosok pemuda jangkung berparas tampan tertangkap mata Natalia sedang lewat kelasnya. Dari kaca jendela yang bahkan berjarak oleh Natalia, telah membuat hatinya berbunga. Sontak senyum tak terduga merekah di bibir Natalia hingga Elaine meledeknya kehabisan obat. Natalia tak menggubris hal itu lantaran fokusnya hanya terarah untuk siswa kelas sebelah itu.

**

Setelah mendengar bel berdering sebanyak empat kali, buru-buru Natalia melangkahkan kaki ke luar kelas. Tujuannya jelas untuk modus lewat kelas pemuda idamannya itu. Bahkan ketika Nadse yang notabene adalah sahabat jadi-jadiannya pun tak diindahkan kehadirannya yang memanggil-manggil namanya.

Selangkah lagi maka Natalia telah tepat berada di depan pintu kelas 2-3, kelas siswa idaman yang telah dielu-elukan sejak pertama menginjak kaki di sekolah ini. Wajah Natalia yang kusam berubah sumringah meskipun hal itu tak mengubah apapun dari kulit wajahnya yang hitam yang selalu dipandang buluk oleh orang-orang. Mengingat hal itu tiba-tiba Natalia manyun karena sebal. Masih secara tiba-tiba, Natalia membelalakkan mata ketika seorang laki-laki berada di depannya, di hadapannya!

Tidak ada lagi desir hebat dalam dada Natalia, tak lagi ada degup kencang dari jantungnya. Hanya ada perasaan seolah ia mati. Seolah dunia ini berhenti berputar. Seolah jam tak lagi berdenting meninggalkan detik. Semua berhenti. Kedua mata Natalia menatap pemuda itu dalam dari jarak dekat, baru sekali ini terjadi. Namun rasa bahagianya tak bertahan lama karena pemuda itu acuh saja padanya. Memang awalnya dia memandang Natalia. Barangkali jijik melihat wajah buluknya, alhasil laki-laki itu langsung berpaling dan berjalan yang terlihat angkuh sambil memasang headset putih di kedua telinganya.

Natalia memanyunkan bibirnya, kecewa sekali rasanya. Kapan sih muka buluk ini berubah jadi cantik melebihi artis di tv?!

“Woi Nat! Hahahaha.. gagal pedekate nih ceritanya?” ledek Nadse yang entah sejak kapan sudah mengamatinya.

“Bodo amat!” Nadse pun menertawakannya sampai terbahak dan ingin ke toilet saking perutnya sakit karna tertawa terus.

**

Sampai SMA kelas tiga wajah Natalia tak jauh berbeda, masih buruk rupa, masih hitam, masih dekil, tapi lebih mendingan karena rambutnya sering dikuncir satu—tak seperti biasanya yang selalu dibiarkan tergerai asal-asalan. Saat liburan sekolah kemarin, Natalia bertekad tak akan keluar rumah kecuali benar-benar harus melakukannya, contoh: ketika Emak menyuruhnya membeli bakwan di pinggir jalan. Hal itu dilakukannya supaya kulit jadi putih tapi nyatanya nggak gampang juga #DuhMiris. Pakaian Natalia juga lebih rapi padahal biasanya kucel karena tak disetrika, maklum Emak dan Bapak Natalia itu sibuk bekerja, jadi nggak kober kalau disuruh nyuci atau pun setrika baju.

Kelas tiga SMA? Ya, masih sama. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya dengan gelar JONES TERAKUT sepanjang masa. Ya, kali, siapa juga yang mau sama cewek dekil macam Natalia? So, pasti jawabannya enggak. Dan hati Natalia pun tetap sama. Memendam perasaan yang bisa dibilang cinta pada laki-laki di kelas sebelah. Seolah hanya laki-laki bernama Sehun itulah yang ada di dunia ini. Cinta Pertama, katanya sih. Padahal Nadse sudah gonta-ganti pacar hampir mencapai duapuluh kali dan tentu saja kecantikannya bertambah.

Sampai lulus SMA pun Natalia masih tak jauh berbeda dari gelar Buruk Rupa yang diberikan Nadse untuknya—yang kayak begini dibilang sahabat, ya? Hingga detik berganti menit. Menit berganti jam. Jam berganti hari. Hari berganti minggu. Minggu berganti Senin/? *eh* Natalia masih bertekad untuk mempercantik diri dan suatu hari akan menemui Sehun lalu menyatakan perasaannya. Berat betul jalan hidup yang dilalui Natalia. Sering diejek buruk rupa tak lagi jadi masalah karena sang pujaan hati selalu di palung hati.



Jadwal perkuliahan hari ini cukup membuat Natalia sibuk. Kini ia tengah dibuat pening oleh buku tebal di hadapannya. Dosen tua yang mengajar kelasnya benar-benar minta ditimpuk bakwan api biar mulutnya tersumpal dan hangus terbakar. Selalu ngoceh tanpa henti, ngajarnya pun suka-suka hati, tapi giliran tugas aja bikin darah tinggi.

“Bodo amat deh,” kata Natalia putus asa setengah gila. Ia berjalan keluar perpustakaan sambil menimang buku yang tebalnya beratus-ratus halaman. Saking frustasinya, sepanjang jalan Natalia hanya menggerutu tak jelas mengenai Dosen botak yang kelewat miring itu. Sampai membuatnya lupa bawa mata dan berakhirlah menabrak seseorang.

“Ooh.. sorry, ya,” ujar Natalia salah tingkah menahan malu. gimana nggak malu kalau yang ditabrak itu gebetan sejak SMA? Sejak lima tahun lalu! Sampe basi dirubung lalat!

Pemuda itu masih terlihat songong karena tak merespon sepatah katapun bahkan mengangguk pun tidak. Jadi curiga, jangan-jangan cowok ganteng ini bisu?

“Ooh, Oseh Hun.. Sehun!” pekik Natalia setelah mampu mengeja nama pemuda itu. Yang padahal laki-laki itu sudah berjalan meninggalkan Natalia. Namun ia pun menahan langkah kemudian Natalia mengejarnya.

“Sehun, aku Natalia,” ujarnya ketika sudah berada di hadapan cowok ganteng setukang ojek— eh, maksudnya sejagad raya gitu.

Sehun mengernyit, “Natalia?”

“Iya, aku Natalia. Masih inget kan?”

Nuguseyo[1]?”

Natalia bingung sampai alisnya saling bertaut, “Bukan bukan, Pak Seto. Natalia, Hun. Aku Natalia. Kita satu sekolah waktu SMA.”

Pemuda itu semakin dibuat bingung sama omongan gadis di hadapannya, “What did you say? I don’t understand with your language,” ujarnya sambil mengedikkan bahu. Seketika Natalia menganga tak percaya, hampir aja kena stroke mendadak karena tahu kenyataan kalau laki-laki di depannya nggak ngerti sama bahasa Indonesia.

Sorry, I must go. I’m here for my girlfriend,” ujarnya langsung berlalu tanpa menggagas Natalia yang sukses terkena serangan jantung.

Jadi selama ini Natalia berjuang keras supaya cantik, supaya dilirik sang pujaan hati, supaya bisa jadi pacar Sehun tapi berakhir dengan kisah menyesakkan dada seperti ini? Susah payah berjuang demi cinta untuk laki-laki kelahiran Korea Selatan tapi nasibnya buruk seperti ini? Penderitaan yang ++ banget buat Natalia. Btw, masih menjadi misteri kenapa Sehun nggak bisa bahasa Indonesia padahal SMAnya di Indonesia.

—fin

Thursday, January 28, 2016
6:26:29 PM


[1] Nuguseyo : siapa

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Ai Ni Ikou"

Post a Comment