DIA’s Baek Yebin – EXO’s Kai | Ficlet| School life, comfort | Kayl,2016
Sekolah?
Aku tidak begitu
menyukainya. Sejujurnya, aku seperti anak-anak lain yang membenci pelajaran.
Tapi bagaimanapun juga aku harus menakhlukkannya.
Karena apa?
Karena apa.. hngg..
karena…
***
Tiiiingggg….
Seketika
ruangan itu berubah menjadi pasar saat bel pulang telah berbunyi. Mereka
bersorak gembira lantas menjinjing ransel untuk meninggalkan kelas. Dalam waktu
kurang dari satu menit saja ruangan itu berubah menjadi sepi senyap layaknya
kuburan.
Seorang
siswa mengangkat kepalanya malas. Sorakan siswa lain sungguh mengganggu tidur
siangnya sekaligus membuat kepalanya pening. Ia mengambil ranselnya dan akan
meninggalkan kelas, tapi sesuatu menyeret langkahnya.
Untuk beberapa
detik siswa itu mengamatinya tanpa berkedip. Lalu menghela napas liar dan
melangkah untuk menghampiri seorang gadis yang menunduk dalam.
“Hei.”
“Huh? Oh, Kai~a. Mwohae?” (arti: apa, ada apa)
Lelaki dengan
name tag Kim Jongin itu tertawa ringan
melihat wajah kusut salah seorang siswi sekelasnya, “Apa ini, hm? Wajahmu jelek
sekali.”
Siswi itu
tak memberi respon ucapan Kai barusan.
“Hei, Yebin,
tersenyumlah. Mungkin kau akan terlihat lebih cantik. Apa karena masalah
matematika? Sudahlah, tak perlu dipikirkan. Lagipula hanya kali ini kan, kamu
tidak mendapatkan nilai seratus? Ada orang lain yang juga ingin mendapat nilai
sempurna, dan untuk hari ini saja kamu harus mengalah.”
Kai
tersenyum seraya mengusap puncak kepala Yebin. Kemudian menarik gadis itu untuk
keluar kelas. Yebin menyambutnya dengan senyuman, bahkan lengannya melingkar di
pinggang Kai.
“Hari ini
temani aku makan.”
Yebin
mengentikan langkahnya, “Aku tidak bisa. Ada les yang harus aku datangi.”
Kai menekuk
wajah, “Apa les selalu lebih penting dariku? Aku ini pacarmu, tolong
perhatianlah padaku meski hanya sedikit.”
Yebin
menggeleng mantap. “Sudah ku bilang, aku tak bisa.” Yebin melepas pegangannya
pada pinggang Kai. “Aku pulang dulu, sampai besok!”
“Tidak bisa
semudah itu, Yebin-ssi,” kata Kai yang langsung menarik tubuh Yebin ke dalam
rangkulannya. Gadis itu menatap Kai khawatir, namun Kai tak mempedulikannya dan
malah membawa gadis itu meninggalkan gerbang sekolah.
“Kai, bagaimana kalau eomma marah padaku?
Aku tidak boleh mengecewakaannya, apalagi setelah nilai matematikaku menurun.
Kamu mau hubungan kita berakhir?”
“Tentu saja
tidak, karena kamu adalah satu-satunya hal yang bisa membuatku bahagia. Kamu
tidak perlu khawatir, aku akan menjelaskan pada eommamu. Lagipula kalau kamu hanya memikirkan belajar, bagaimana
kalau kamu stres nantinya? Aku tidak akan bisa membayangkannya.” (eomma: ibu)
Yebin
mengulas senyum tipis.
***
Yebin
menunduk kecewa saat sang Ibu berdiri di hadapannya. Memberi segudang kalimat
yang menyakiti hati rapuh Yebin. Gadis itu menggigit bibir bawahnya ketika sang
Ibu mengangkat dagunya dan memberi tatapan tajam yang seakan menghunus jiwa Yebin
seperti sebuah pedang tajam. Kelopak mata Yebin mengendur, hampir menutup
seluruh bagian matanya.
“Kenapa
kamu mengecewakan Eomma?” bentak Ibu Yebin
seraya menghentakkan kaki.
Kepala Yebin
kembali menunduk, “Ma-af.”
“Eomma sudah tidak mau tahu lagi,
putuskan laki-laki itu!”
“Tapi Eomma—” belum usai ucapannya, namun
ibunya sudah melengang meninggalkannya sendiri. Yebin menangkup wajahnya,
meloloskan segala rasa kecewa yang sedari tadi berkumpul di pelupuk matanya.
Kaki-kaki
telanjang Yebin berjalan menuju kamar kakaknya yang sudah lama tak ia temui. Yebin
berhenti saat tiba di depan pintu kamar kakaknya. Telapak tangannya menyentuh
daun pintu seraya berbisik, “Oppa,
bagaimana kabarmu di dalam? Aku merindukanmu.” (oppa: kakak laki-laki yang diucapkan oleh perempuan)
“Sekarang
aku tahu betapa mengecewakannya eomma
di matamu. Aku tahu seperti apa perlakuan eomma
padamu ketika dulu. Aku tahu betapa tersiksanya dirimu saat harus memenuhi
semua keinginan eomma. Aku tahu, oppa, aku tahu. Aku sedang merasakannya
sekarang.”
Setetes likuid
berhasil lolos dari pelupuknya.
“Tapi
bisakah oppa keluar dan memberiku
semangat untuk sekali ini saja? Bisakah oppa?”
Yebin
mendengar suara jeritan yang menggambarkan betapa tersiksa hidup kakaknya. Yebin
menangis, “Suho oppa, kapan kamu akan
sembuh dan keluar untuk menemuiku?”
Suho adalah
kakak laki-laki Yebin yang sudah lama gila karena terlalu tertekan atas
banyaknya kemauan ibunya untuk menjadikan Suho sebagai orang jenius dengan
menyuruhnya belajar setiap saat bahkan mengikuti les setiap hari—bahkan di hari libur. Ada suatu hari
saat Suho mencoba untuk bunuh diri namun berhasil dicegah oleh teman satu
sekolahnya yang memergoki kejadian itu. Ketika berita itu terdengar oleh
ibunya, Suho langsung mendapat caci maki yang benar-benar membuat batinnya
tertekan dan berakhir seperti ini. Gila.
“Aku tidak
mau berakhir sepertimu oppa, aku
tidak mau,” lirihYebin.
***
Udara
dingin menyerbu seluruh tubuh Yebin. Menusuk tulang-tulangnya. Namun kaki Yebin
tetap teguh melangkah hingga ke ujung. Meski rasa takut masih sedikit
menggelayuti hatinya, tetapi Yebin harus melakukannya jika ingin semuanya
berakhir.
Yebin
menghela napasnya perlahan, kemudian menutup matanya sejenak, membiarkan angin
malam membelai wajahnya yang hampir membeku.
Jika eomma tak bisa menghentikannya, biar aku sendiri yang menghentikannya.
BRAK.
Tubuh Yebin
dengan sempurna mendarat di atas aspal dingin. Meretakkan seluruh tulangnya.
Menghancurkan bentuk kepalanya. Mengeluarkan segudang darah segar. Tubuhnya
terkapar tak berdaya dengan napas terakhir.
0 Response to "정지 | Stop! "
Post a Comment