Di mana? Biar kuusir dengan kasih sayangku ini.
EXO’s
Sehun and OC’s Seol | PG | Romance | Oneshot |
Crayonsong,2016
SEOL kembali mengarahkan
cermin-tangan itu ke wajahnya. Ia sedikit menyibak anak rambut yang berkeliaran
di wajahnya. “Eotteokhe? Aish, jinjja. Apa sunbae akan
marah padaku? Bagaimana kalau dia marah? Apa yang harus kulakukan?” Tanpa
berkata apapun, bisa diihat dengan jelas dari wajahnya bahwa ia tengah
frustasi.
“Ah molla!” desahnya lalu menyimpan cermin
berwarna pink itu ke dalam laci. Ia menarik selimut hingga menutupi lengan
atasnya. Namun bayangan laki-laki itu ketika marah membuatnya menggila. Ia
mengerang bingung. “Ish, jinjja. Bahkan aku tak bisa tidur karena
memikirkannya.”
Seol membuang selimutnya. Ia duduk di atas kasur
lipatnya. Pukul sepuluh malam. Ia mendesah, “Ah, lupakan! Lupakan saja, Seol-a!” Ia terus mengatakan kata yang sama.
Merasa putus asa, ia pun kembali menarik selimut hingga menutupi bagian
wajahnya sekalipun.
Esoknya Seol bangun agak siang karena semalam—walaupun
ia sudah mencoba, namun ia tetap tak bisa tidur lebih awal. Semuanya menjadi
heboh, bahkan ia belum mencharge laptopnya.
Ia memandang diri di depan cermin yang memantulkan cahaya matahari pagi.
Wajahnya tertutup masker. Menjadi agak aneh sih, tapi mau bagaimana lagi?
“Geurae, ini
tak terlalu buruk. Sunbae.. tak akan
marah kan?” tanyanya ragu-ragu. “Gereomyon,
untuk apa dia marah? Toh, dia tak akan tahu apapun.” Kemudian ia mengangguk
meyakinkan diri.
Baru saja Seol membuka pintu rumahnya, rohnya seakan
hendak terbang ketika menyadari kehadiran laki-laki yang sejak kemarin
menghantuinya seperti roh jahat. Ia menjadi kikuk karenanya. Tapi ia tetap
melangkah maju untuk menyapanya.
“Annyeong, Sunbae, apa yang kau lakukan di sini?”
Sejenak laki-laki yang lima centimeter lebih tinggi
darinya itu berdiri memperhatikannya. Ia hanya mematung tanpa berucap, membuat
hati Seol gelisah. “Eng, Sunbae, weo? Kenapa kau me—”
“Apa kau sakit?”
“Aniyo.”
“Sungguh? Tapi.. kenapa kau pakai masker segala? Coba
kulihat,” ujarnya lalu mendaratkan tangannya di dahi Seol. “Lalu kau kenapa?”
“Ah, Sunbae,
apa kita berangkat sekarang saja, ya? Kajja!”
“Eoh? Hm, baiklah.”
Seol buru-buru membuka pintu dan masuk ke mobil. Ia
melirik wajahnya lewat kaca spion, lantas membenarkan letak maskernya, juga
sedikit menaikkan syalnya sampai menutupi seluruh bagian leher. Laki-laki itu
pun duduk di samping Seol, mengambil alih kemudi menuju kampus.
“Seol-a, gwanchanha?”
“Ne, gwaenchanhayo, Sunbae.”
Laki-laki itu mengangguk. Seterusnya ia tak bertanya
apapun. Seol juga tak menanyakan apapun. Jadi, mereka berdua saling diam di
dalam perjalanan. Ketika turun dari mobil dan bertemu dengan kedua temannya, Seol
Seolah tak melihat dan justru berjalan buru-buru.
“Seol-a!”
teriak Alisa yang langsung menarik lengannya. “Wae? Kenapa kau lari?”
“Anni. Aku
tidak lari.”
“Oh, Noona,
apa kau sakit? Flu?”
“Anni,”
ujarnya sambil memukul lengan laki-laki yang setinggi tiang itu. Kemudian Alisa
dan Chanwoo bersamaan melirik Sehun yang baru saja menggandeng tangan Seol.
“Wae? Kenapa
kalian melihatku seperti itu?”
“Ish jinjja.
Apa kau tak tahu apapun tetang Seol? Ya!
Pacar macam apa kau ini, huh?”
“Dia sendiri bilang tidak sakit, jadi aku harus apa, huh?”
“Sudah-sudah, kenapa jadi bertengkar,” gerutunya. “Sunbae, aku ke kamar mandi dulu, ya? Daaa~”
“Apa-apaan Seol itu, apa ada yang salah? Kenapa
sikapnya pagi ini sangat aneh sih? Ah molla,
Chanwoo-ya, kajja!” Alisa menarik lengan Chanwoo dan meninggalkan Sehun
sendiri.
“Aku juga penasaran, sebenarnya ada apa dengannya,”
gumamnya lalu menggerakkan tungkainya memasuki gedung kampus.
“Eotteokhe?”
gerutu Seol di depan cermin untuk yang kesekian kalinya. “Molla, mola molla!” Kemudian ia membuka pintu kamar
mandi. Baru beberapa langkah ia dikejutkan oleh kehadiran Sehun di balik
dinding lorong.
“O..oo, Sunbae..
kenapa kau di sini?”
Ia mengedikkan bahu lalu diam sejenak. Kemudian ia
menarik Seol ke dalam rangkulannya. “Menunggumu, apa lagi?”
“Hm..”
“Tapi.. kau benar-benar tidak sakit kan? Hm? Jangan
mencoba membohongiku. Kalau kau sakit kau harus mengatakannya! Kau tak boleh
hanya diam tanpa memberi tahu orang lain, terutama aku. Ah~ ngomong apa aku
ini.. aku sangat mengkhawatirkanmu,” ucapnya kemudian mengecup puncak kepala Seol.
MASKER—CRAYONSONG
“Seol-a, kita makan malam sekalian saja, ya? Biar aku yang traktir.”
“Aku tidak bisa, aku.. aku harus menyelesaikan tugas
Prof. Kang..”
“Eiy, itu masih lama kan? Sudahlah, kajja.”
Sehun menarik lengan Seol masuk ke dalam mobilnya.
Mereka turun di depan restoran mie dan duduk di dekat jendela. Tak berapa lama,
pesanannya telah datang.
“Ya, kau harus melepas maskermu itu kalau mau makan.”
“Aku tidak makan, Sunbae
saja yang makan.”
“Mana bisa? Cepat lepaskan.”
“Aniyo.”
“Seol-a,
nanti kau bisa sakit”
“Aku baik-baik saja, Sunbae, aku punya daya tahan tubuh yang baik.”
“Aih, nanti keburu dingin, cepat!”
“Shireoyo.”
“Seol-a..” Sehun
meletakkan sumpitnya. “memangnya kenapa harus pakai masker segala, hm?”
“Itu.. aa..”
“Lagipula kau tidak sakit.”
“AH, aku..”
“Sudahlah, lepas dan makanlah..”
“Shireoyo.”
“Wae?”
Wajah Seol berubah murung. Ia sedikit menundukkan
kepalanya. “Aku takut Sunbae akan
marah.”
“Hm? Aku?”
“Hm.. karena ini.”
“Memangnya apa? katakan saja.”
“Shireoyo.
Aku takut dan.. malu.”
“Sikapmu yang seperti ini justru yang membuatku marah,”
kata Sehun sambil belagak membuang muka.
“Sunbae..” Kemudian
Seol menundukkan kepalanya lagi. “Sebenarnya.. wajahku.. aku..”
“Wae? Wae? Ppali malebwa!”
“Aku.. jerawatan, aku tahu ini memalukan tapi..”
“Kukira itu hal yang wajar.”
“Anniyo.
Sebenarnya aku ini jarang sekali jerawatan. Jadi, sekalinya terjadi, aku
langsung panik dan ingin menghilangkannya. Itu sangat mengganggu dan membuatku
semakin jelek.. ah~”
Sehun tertawa pelan.
“Waeyo?
Kenapa kau malah tertawa? Sudah kubilang kan ini sangat memalukan.”
“Biar kulihat seberapa parahnya.”
Seol menggeleng.
“Ya sudah,” ujarnya dingin dan lagi-lagi belagak membuang
muka.
“A.. araseoyo,”
Kemudian Seol membuka maskernya. “Ini, lihat ini.. besar sekali kan? Sudah
kubilang ini…”—chup. “Su..sunbae?”
“Wae? Apa aku
tak boleh mencium pacarku sendiri? Hm?”
“Itu.. tapi..”
“Lagian kau ini sangat bawel. Bahkan aku tak bisa
melihat jerawatnya..”
“Ini sebesar ini..” ujarnya sambil menunjuk-nunjuk
wajahnya yang berjerawat.
“Eodiga?”
tanya Sehun sambil mendekatkan wajahnya untuk melihat wajah Seol.
“Ini..”
“Aku tak bisa melihatnya.”
“Yang benar saja, Sunbae..”—chup. “Ya! Sunbae!”
Sehun terkekeh pelan melihat ekspresi Seol. “Wajahmu
merah..”
“Jangan bodoh!” elaknya sambil menutupi wajah dengan
rambut panjangnya.
Sehun kembali terkekeh pelan. Kemudian ia mengacak-acak
puncak kepala Seol. “Kau memang sangat menggemaskan.”
Wajah Seol kembali merona.
“Seperti anak anjing di rumahku.” Kemudian terkekeh
“Igeo mwoya?
Apa aku bisa dibandingkan dengan anak anjing seperti itu?” gerutunya.
“Tentu saja. Itu anjing mahal,” canda Sehun.
“A, sudah!” ujar Seol sambil menarik tanngan Sehun dari
puncak kepalanya, kemudian meletakkannya di atas meja.
“Kau marah?”
“Anniyo.”
“Seol, kau bisa marah padaku?”
“Tentu saja! Sekarang aku sedang marah!”
Sehun terkekeh.
“Berhenti menertawaiku!”
“Araseo-araseo.. kemarilah..” ujarnya. Seol pun
menurutinya, dan pindah tempat duduk menjadi di samping Sehun. “Mianhae.. jangan ngambek lagi, ok?” Ia
merengkuh tubuh Seol sambil mengusap-usap lengannya.
“Siapa yang ngambek? Justru Sunbae yang gampang marah..”
“Begitukah? Kalau begitu, mianhae.” ujarnya lalu mengecup bibir Seol singkat. “Tidak marah
lagi kan?”
“Huh?”
“Mau kulakukan lagi biar kau tak marah lagi? Hm?”
“Aniya.. Sunbae
ini apa-apaan..”
“Wae? Kau kan
pacarku.”
Seol melihat wajah Sehun. Mengamatinya agak lama. “Sunbae..”
“Hm?” Ia sedikit menunduk untuk melihat wajah Seol. Chup.
“Sekarang kita impas kan? Ayo kita makan..”
“Hey.. kau ini..”
Seol hanya meringis lalu melahap mienya.
—FIN
0 Response to "That's Masker"
Post a Comment