Relationshi[t]p
It’s not what I want. It’s really shit.
iKON’s Bobby featuring OC’s Soohyun | PG | Comfort | Ficlet | ChocoYeppeo Artwork | Valeys©2016
Soohyun duduk di kursi
yang tersedia di teras rumahnya. Sambil menikmati angin semilir yang sesekali menerbangkan
anak rambutnya, ia terus memikirkan sebuah nama. Nama yang sangat ia rindukan
sampai detik ini.
Apakah kita sudah benar-benar berpisah atau
apakah kita hanya berpisah untuk sementara waktu saja? Tapi apapun yang terjadi
aku akan tetap mencintaimu dan membiarkan rasa ini semakin membesar hingga kau
menyadari betapa aku sangat menginginkanmu.
Soohyun menghela napas
pasrah, menatap langit biru yang terlihat sangat menikmati hidupnya dengan
ditemani awan putih dan matahari yang selalu ceria. Semua itu terlihat seperti
mengejek gadis lemah seperti Soohyun yang masih tenggelam dalam ketidakpastian
seseorang.
Aku mencintaimu. Aku tidak peduli jika harus
menunggumu selamanya.
“Soohyun-ah, annyeong!
Bagaimana kabarmu?” sapa Jihyo. Wajahnya berseri-seri seperti biasa. Lantas ia
duduk di kursi yang tersedia di teras.
Soohyun tersenyum
tipis menanggapinya. “Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu, Jihyo?”
“Seperti yang kau
lihat. Omong-omong sedang apa kau di sini? Duduk sendirian?”
“Sama seperti sebelumnya.”
“Apa kau masih
menunggu Bobby? Sepertinya kau sangat cinta padanya.”
“Mullon.” Soohyun tersipu hingga membuat rona wajahnya berubah merah
padam.
Jung Jihyo menghela
napas. “Lalu kapan kau akan menyusulku, huh?
Bahkan aku sudah memiliki dua anak perempuan. Apa kau tidak ingin seperti ku?”
“Kau ini berbicara
apa, eoh? Tentu saja aku ingin segera
menyusulmu, tapi Bobby belum juga kembali dari Amerika. Tapi kau tenang saja,
setelah Bobby tiba di Seoul aku akan langsung menyuruhnya untuk menikahiku.”
“Benarkah? Baguslah
kalau begitu. Tapi.. apa tidak sebaiknya kalau kau mencari orang lain saja?
Siapa tahu Bobby sudah memiliki anak di sana.”
“Apa yang kau
bicarakan? Bobby sangat mencintaiku dan aku sangat mencintai Bobby. Jadi, dia
tidak akan pernah melakukan itu walaupun kita jauh.” Nada tinggi seketika
menyelimuti kalimat Soohyun.
“Mau apel? Kebetulan
aku dari supermarket dan melihat apel merah yang tampak segar ini. Akan aku
kupaskan untukmu,” ujar Jihyo sambil sedikit mengangkat plastik putih yang ia
bawa dari supermarket sebagai pengalihan topik pembicaraan.
Soohyun mengangguk dan
membiarkan Jihyo mengambil pisau di dapurnya.
Kata-kata Jihyo
barusan membuatnya sedikit risau. Bagaimana kalau Bobby menghianatinya di sana?
Bukankah jarak dan waktu bisa membuat banyak hal berubah? Apalagi komunikasi
antara Soohyun dan Bobby semakin renggang.
Soohyun menggelengkan
kepalanya, akan lebih baik jika ia menghubungi Bobby secepatnya. Soohyun
mengangguk mantap. Ya, aku harus
menghubungi Bobby. Lantas Soohyun mengambil ponsel dari saku roknya dan
menekan kontak Bobby.
“Bobby-ah?”
“Ne, Soohyun, ada apa?”
“Hm.. tidak ada, aku
hanya ingin dengar suaramu. Aku sangat merindukanmu, kapan kau kembali ke Seoul
dan menemuiku?”
“Mianhae,Soohyun-ah, pekerjaanku di sini
masih belum selesai. Appa dan Eomma juga belum memberiku kabar kapan mereka
akan mengambil alih semua perusahaan di sini lagi. Kau jangan
mengkhawatirkanku, aku baik-baik saja di sini.”
Soohyun diam sejenak
lalu memberanikan diri untuk kembali bicara. “Sebenarnya aku bukan
mengkhawatirkan itu.”
“Lalu apa yang kau khawatirkan? Katakan
padaku, Soohyun.”
“Apa kau masih
mencintaiku?” tanya Soohyun hati-hati.
Bobby tertawa. “Pertanyaan bodoh macam apa
ini? Tentu saja aku masih mencintaimu sepenuh hatiku. Apa yang membuatmu
berpikiran untuk menanyakan ini padaku, hm? Apa kau sudah kehilangan
kepercayaan padaku?”
“Aniya, aku hanya takut. Karena jarak dan waktu kita sangat berbeda.
Aku takut kau tidak mencintaiku lagi karena banyak gadis cantik di sana.”
“Tenanglah. Meskipun banyak gadis cantik di
sini, tapi tetap saja hanya kau satu-satunya wanita yang aku cintai seumur
hidupku. Aku mencintaimu.”
“Kalau begitu lekaslah kembali di sisiku.”
“Aku akan berusaha.”
Aku tak akan bersedih. Karena aku percaya bahwa
kau akan kembali. Rasa ini memberiku kekuatan untuk menjalani hidup.
RELATIONSHI[T]P—VALEYS
Wajah Soohyun
berseri-seri setelah mendapat kabar bahwa Bobby akan kembali ke Seoul. Pemuda
itu mengatakan jika ia akan tiba di bandara sekitar pukul empat sore pada hari
esok.
Sejak tadi Soohyun
mempersiapkan banyak hal untuk merayakan kepulangan Bobby. Bahkan Soohyun
belajar memasak dengan ibunya, supaya besok ia bisa menghidangkan makanan lezat
untuk calon suaminya itu. Soohyun pun juga membeli beberapa barang baru untuk
menghias rumahnya, bahkan membeli dress
berwarna putih untuk dikenakan saat menjemput Bobby.
Soohyun melirik
ponselnya yang berdering, hatinya sangat girang ketika melihat nama yang
tertera di layar ponsel. Ia segera mengangkatnya dengan kebahagiaan yang tak
bisa disembunyikan.
“Halo, Bobby?”
“Kau terdengar sangat senang, ada apa ini?”
“Siapa orang yang
tidak senang jika akan bertemu lagi dengan tunangannya yang sudah lama pergi ke
luar negeri. Aku sangat bahagia karena kau.”
Hening sejenak.
“Tapi, maafkan aku Hyunie.
Sepertinya penerbanganku harus ditunda, karena ada masalah kecil di sini. Tidak
apa-apa kan?”
Deg!
Langit cerah yang
sedari kemarin lusa menaungi hati Soohyun seketika tersingkirkan oleh awan
hitam pekat yang membuat hari makin gelap. Soohyun menelan kekecewaannya
bulat-bulat.
“Hyun? Apa kau masih di sana? Aku tahu, aku
sangat mengecewakanmu, tapi hal ini penting bagi masa depan kita nantinya. Jadi,
aku benar-benar minta maaf.”
Hening.
Apa hubungan cinta harus sesulit ini?
Soohyun membiarkan
tubuhnya membeku di tempat. Membiarkan suara dari ujung sana terus bertanya,
meneriaki namanya.
“Hyun, apa kau mendengarku? Apa kau sakit?”
“Ah, aniya, Bobby. Kau tidak perlu
mencemaskanku, aku baik-baik saja di sini. Aku yakin, kau di sana sangat sibuk.
Lagipula, hal ini adalah perintah ayahmu kan? Jadi, semua itu bukan masalah.
Bersenang-senanglah di sana. Aku akan menunggumu di sini.. lagi.”
Gadis itu memutus
sambungan telepon.
Semua ini bukanlah apa yang aku inginkan.
Berbagai hal berhasil menyakitiku. Apakah ini takdir? Atau bentuk dari
kesialanku? Entahlah, aku tidak tahu, tapi yang jelas aku sama sekali tidak
menginginkanya. Karena semua ini benar-benar sial.
—fin
0 Response to "Relationshi[t]p"
Post a Comment