The Pink Pleasant


iKON on Crack



“Pink lagi?”

“Jika kau tak terima, lebih baik diam dan jangan banyak bicara!”

Ju Yeon kali ini tak habis pikir. Kembar, satu darah dan hidup bersama adalah hal mengerikan yang ia sesali dalam hidupnya. Apalagi itu dengan June. Pemuda garang, Ketua OSIS di sekolah yang mengerikan, tapi hobi mengoleksi sepatu berwarna merah muda. Sungguh, Ju Yeon yang sejatinya adalah perempuan bahkan tidak menyukai warna mencolok itu, apalagi menjadikannya sebuah koleksi.

“Oh, lihatlah! Ini adalah koleksi termahalku kali ini.” June tersenyum bahagia sambil menenteng tas belanja berisi sepatu berwarna pink itu. Ju Yeon semakin resah. Sudah lama ia mencurigai adanya kesalahan fungsi otak kembarannya. Tidak salah memang June menyukai warna pink, tetapi dari sekian banyak warna kenapa harus pink?

“Lebih baik sembunyikan sebelum orang lain melihat kau menenteng benda itu,” adalah kata terakhir Ju Yeon setelah akhirnya berlalu meninggalkan June yang masih mengagumi sepatu pink mahalnya.

Kejadian itu bukan hanya Ju Yeon yang tahu. June tak sadar jika sedari tadi ada orang yang mengikuti mereka. Mengabadikan peristiwa June dan sepatu pink-nya dengan foto dan tersenyum penuh kemenangan. Dengan setelan hitam dan banyak barang bukti di kamera DSLR orang itu, akan menjadi saksi bisu Senin besok di sekolah dan mimpi buruk seorang Goo June.

THE PINK PLEASANT

Pagi yang cerah untuk mengawali aktivitas di awal pekan, secerah senyum Goo June yang menjadi pajangan di tiap langkah menuju ke sekolah. June kelewat senang setelah menambahkan koleksi sepatu berwarna merah muda, sampai-sampai ada orang lewat yang mengatakan bahwa dirinya gila.

Setibanya di halaman sekolah, biasanya June langsung melangkahkan tungkainya menuju kelas. Namun rasanya ada yang berbeda pada hari ini. Setiap orang yang ia lewati melihatnya dengan tatapan geli. June pun mengabaikan mereka, berjalan seperti biasa seolah tak terjadi apa-apa.

Ketika memasuki halaman sekolah, June terperangah.

“Tumben sekali majalah dinding ramai. Biasanya saja sepi seperti hati ini.”

Iya, majalah dinding yang dikerumuni oleh para muridlah yang membuat lajunya menuju kelas, terhenti seketika.

June hanya tak habis pikir, bagaimana cara petugas mading bisa mengikat minat para siswa?

June pun melangkahkan tungkainya mendekati mading utama sekolah.

“Permisi… permisi…”

Pemuda bermarga Goo tersebut mencoba untuk menyibak kerumunan. Lantas, matanya terbelalak tajam ketika mengetahui apa yang ada di mading tersebut. Majalah dinding dengan headline “Ketua OSIS dan sepatu merah mudanya.” menjadi fokusnya kali ini.

What? Siapa yang mengambil fotoku ini?

Bodohnya setelah membatin kalimat itu, June malah tersenyum senang. Karena analoginya mengatakan bahwa jika ada seseorang yang menguntitnya itu berarti ada seseorang (atau mungkin sebuah organisasi) yang menjadi sasaeng-nya.

Ya Tuhan, June punya sasaeng!

0o0

Lebih dari merasa jengkel, June justru merasa bangga. Dia memiliki sasaeng fans, betapa bagusnya hal itu untuk memanjakan egonya sebagai The Pleasant June.

“Kalian tahu, seseorang mengambil fotoku? And honestly it wasn’t my best shoot, but I was born with model looks, so I can get over with.” June tersenyum senang, dia mengambil kaca kecil dengan motif The Little Mermaid kesayangannya dari dalam saku celananya.

Donghyuk sekretarisnya yang pintar; sekretarisnya yang selalu menyelesaikan semua tugasnya sebagai Ketua OSIS, memecah ucapan June tentang bagaimana indahnya rambutnya.

“Jadi apa benar kau mengoleksi sepatu berwarna pink?” Donghyuk bertanya tanpa mengangkat wajahnya dari buku besar berisi agenda kegiatan non-akademik di tahun ini, tandanya bahwa dia tidak terlalu tertarik mendengar jawaban dari June. Atau sebenarnya pertanyaan itu hanya untuk menghentikan bualan June tentang rambut indahnya.

“Aku tidak tahu kau suka warna pink. Mengapa kau membuang sweater pink pemberianku saat ulang tahunmu?” Bobby si Tim Penggembira dalam kabinet organisasinya, menatap June dengan terluka.

Dia begitu ingin June menerimanya sebagai temannya, tapi sayangnya June memiliki standar yang tinggi dalam bergaul, dan wajah Bobby berada di bawah standarnya.

“Itu bukan pink, tapi merah muda. Mengapa kau bodoh sekali? Astaga! Aku masih tidak percaya si model lip balm itu mau berpacaran dengan pemuda ala kadarnya sepertimu.”

Mendengar ejekan June, membuat Hanbin tertawa dengan senang. Hanbin adalah wakil darinya, tapi dia jauh lebih peduli dengan menaruh puluhan koleksi Polly Pocket-nya di atas meja kerjanya, dan membuat Donghyuk menjadi satu-satunya orang yang bertanggung jawab dengan semua program kerja mereka.

“Kau tahu, model lip balm itu bahkan tidak pernah mengangkat teleponnya, dan memperkenalkan Bobby sebagai supir pribadinya kepada teman-temannya. Mungkin karena wajahmu yang kampungan.” June tertawa dengan puas, sementara Bobby mencibir di belakangnya.

“Kau tahu apa yang lebih kampungan dari wajahku? Sepatu pink dan kaus kaki pink koleksimu.”

June menghentikan tawanya saat Bobby menyerangnya, dan kini Hanbin tertawa dengan kencang dari balik kegiatanya memasang gliter di rambut Polly Pocket-nya. June menarik bubuk gliter dan salah satu boneka Polly Pocket-nya ke wajah Bobby.

“TIDAK ADA YANG BOLEH MENGHINA SEPATU PINK-KU!!” Jerit June secara berlebihan, tanpa menyadari bahwa di belakangnya Hanbin sudah bersiap membunuhnya.

“TIDAK ADA YANG BOLEH MENYAKITI POLLY POCKET-KU!! DASAR KAU ULAR RACUN TIDAK MEMILIKI HATI!!”

Lalu pertengkaran itu tidak terelakkan, dengan Bobby yang menjadi tim penggembira di antara mereka—dan Donghyuk yang menatap semua itu dengan tidak tertarik.

“Sungguh manusia-manusia kampungan.”

THE PINK PLEASANT

Okay, it doesn’t work guys.”

Donghyuk memijat keningnya, melempar kacamatanya asal lalu meminum french vanilla-nya dalam hening. Ponsel masih menempel manis di telinganya, dan pemuda itu mengabaikan ruangan hening yang tengah ia tempati saat ini. Sekarang bukan waktunya takut oleh hantu sekolah di sore hari. Itu hanyalah sebuah lelucon anak kecil baginya.

“Di luar rencana, ternyata isi otak anak itu lebih kosong dari sapi. How can? Aish, lupakan saja!”

Baru saja Donghyuk akan membanting ponselnya ke sofa di sampingnya sebelum ia mendengarkan suara lain dari seberang. Lawan bicaranya mengatakan sesuatu, membuat Donghyuk kembali memfokuskan telinga dan otaknya ke dalam pembicaraan rahasia mereka.

Dan senyumnya menandakan bahwa akan terjadi sesuatu yang sangat menyenangkan keesokan harinya.

THE PINK PLEASANT

Pagi itu menjadi saksi bisu betapa seorang Yunhyeong bisa menjadi sangat whiny dan menyebalkan di saat bersamaan. Ia terus-menerus meminta Donghyuk untuk menemaninya ke acara amal Klub Basket sedangkan pemuda itu masih harus mengerjakan tugas si Ketua OSIS tak berguna tanpa otak yang sangat menumpuk.

“Hyuk-ah…”

“Ya, bisakah hentikan rengekan manjamu itu? I’m not your babysitter, okay. Menjadi sekretaris June saja sudah membuatku pusing apalagi meladenimu yang—”

BRAK!

“SIAPA YANG MENGAMBIL SEPATU PINK-KU? YA, KIM HANBIN KAU INGIN MATI, YA? PASTI KAU KAN?!”

June masuk ke dalam ruangan dengan wajah angker yang sangat tidak elit. Walaupun rambut anti badainya masih menjulang anggun di atas kepalanya. Matanya menelisik ke seluruh ruangan. Hanya ada Bobby yang epertinya sedang waras(?) mengerjakan laporan kegiatan olimpiade sains satu minggu lalu, juga Donghyuk dan Yunhyeong yang masih saling beradu argumen.

Tak menemukan keberadaan Hanbin, June alih-alih melirik ke arah meja kerja pemuda itu; mendapati sekitar delapan koleksi Polly Pocket yang sengaja Hanbin letakkan di atas mejanya sebagai hiasan juga mainannya di saat bosan. Jelas saja bosan, tingkat ketidakbergunaannya di OSIS hampir sama dengan June.

“Jun, apa yang akan kau lakukan dengan benda karet Hanbin itu? Kau nanti..”

“DIAM KAU CIDUKAN MINYAK!”

Okay, it’s time for Bobby to shut his mouth and go back doing his report. Jika June sudah mulai mengeluarkan segala macam kata antah-berantah dari kamus hidupnya yang mengerikan itu, setidaknya Bobby harus jaga jarak minimal sepuluh meter darinya. Sementara Donghyuk dan Yunhyeong? Sepertinya mereka mengiyakan pepatah yang berbunyi; dunia serasa hanya milik berdua.

June kini tengah mengumpulkan semua boneka karet menggemaskan itu di tengah-tengah meja Hanbin, kemudian mengeluarkan pemantik yang ia pinjam dari satpam depan sekolah dengan dalih akan membantu Jung Ahjussi untuk membakar sampah di halaman belakang—yang pastinya hanya sebuah dusta belaka.

Donghyuk dan Yunhyeong tersadar dari debat mereka saat mencium aroma bakaran bahan karet yang menyengat. Di depan mata mereka sendiri, terlihat Bobby dengan wajah ngeri dan tentunya June yang tengah memandangi boneka Polly tak berdosa itu yang kini terbakar api nerakanya dengan wajah horor. Oh, so psikopat sekali Goo June ini.

“June! Kukira kau tak akan pernah mau untuk menjual sepatumu.”

Ini dia sosok yang dicari June sejak tadi, tengah menenteng plastik bening yang berisikan kotak sepatu berwarna pink. Wajahnya cerah, matanya mengerling senang pada semua orang yang ada di dalam ruangan. “Hanbyul pasti akan senang jika tahu aku membawakannya sepatu pink limited edition ini. June, thanks ya!”

Tatapan horor June berpaling melihat kotak sepatu yang dibawa Hanbin. Rasa-rasanya ia kenal dengan kotak itu…

BRAK!

“Ya, Donghyuk Hyung dan Yunhyeong Hyung kalian dicari oleh Jinhwan Hyung dan Ju Yeon di lapangan!”

YA! BEBEK SAWAH APA YANG KAU LAKUKAN DENGAN POLLY POCKET-KU?! GOD, MY PRECIOUS POLLY!”

“HEY, WHO’S YOU’RE CALLING BEBEK SAWAH?! DASAR GEDEBONG PISANG, KENAPA SEPATU PINK MAHAL LIMITED EDITION-KU ITU ADA PADAMU?!”

Mungkin Chanwoo akan langsung terpental keluar ruangan mendengar teriakan kedua alien Jupiter itu jika saja Bobby tak sigap memegang pundaknya. Kini keempat pemuda lain hanya mampu geleng kepala melihat Hanbin yang tengah menarik-narik June’s precious hair juga June yang dengan bar-bar menggigiti lengan yang Hanbin gunakan untuk menyakiti rambutnya.

Terpukul realitas, Bobby dan Chanwoo kembali menjadi tim hore atas perkelahian di hadapan mereka sementara Yunhyeong sibuk memfoto perkelahian Ketua dan Wakil Ketua OSIS itu sebagai bukti fisik untuk melengserkan mereka sesegera mungkin.

Lain hal dengan Donghyuk yang masih terdiam, merasakan ponselnya kembali berbunyi lalu segera menggeser warna layarnya menjadi hijau. “Halo, Jinhwan Hyung?”

“Cepat bilang pada Yunhyeong untuk membantuku di sini! Eh, kau sudah bertemu Chanwoo, kan? Kenapa berisik sekali di sana?”

“Ya, kedua kampungan itu kembali bertengkar lalu Yunhyeong tengah memfoto mereka dan kau pastinya tahu apa yang Chanwoo lakukan jika sudah bertemu Bobby.”

Terdengar suara tawa nista dari seberang, “Hah, harusnya aku tahu apa yang akan terjadi. Tapi ide ini keren, kan?”

Dalam hati Donghyuk mengamini. Ia melirik para kampungan itu sekilas lalu kembali fokus dengan ponselnya. “Ju Yeon itu kejam juga, ya?”

No comment untuk Ju Yeon. Mengamalkan semua sepatu pink Goo June ini jelas-jelas adalah idenya.”

“YA PENCURI SEPATU PINK LIMITED EDITION-KU, LEPASKAN TANGANMU DARI RAMBUTKU!”

“TIDAK AKAN SEBELUM KAU MELEPAS GIGITANMU, DASAR ULAR RACUN TAK PUNYA HATI!”

Karet telah menjadi abu, sepatu pink pun kandas tinggalkan rindu. Melihat kekacauan di ruangannya membuat Donghyuk memilih kabur sebelum terlibat dengan para guru jika Yunhyeong jadi mengadukannya nanti.

Sekali lagi, benar-benar para manusia kampungan.



FIN

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "The Pink Pleasant"

Post a Comment