Never Too Late | Chap. 1



EXO’s Kai, Slight!Seventeen’s Myungho | PG | Songfic, action| Chaptered (1/unkown)
RavenclawArtwork | Vaehyunee©2016


Lelaki bertampang bengis itu menggertakkan gigi. Cengkeraman tangannya menguat pada kemeja seorang pemuda yang tengah berlutut tak berdaya dihadapannya. Lelaki yang tampak seperti berandalan pinggir jalan dengan beberapa luka gores di bagian wajahnya serta pakaian yang agak berantakan.

“Beraninya kau berkeliaran di wilayahku. Aku sudah memperingatkanmu sebelummnya kan? Tapi kau masih nekat, jadi aku pikir kau sudah siap menerima semua resikonya.”

“Kai, hentikan basa-basimu!” gertak seorang lelaki yang tengah senderan pada dinding serta bertumpu pada satu kaki—sebelah kakinya tertekuk melawan dinding.

Lelaki yang dipanggil Kai itu menoleh dan memberikan tatapan serigala, “Atau kau juga ingin mendapatkan hukuman seperti bocah tengik ini?”

Lelaki yang sebelumnya bersender pada dinding itu seketika berdiri tegap bertumpu pada aspal abu-abu gelap. Lantas membuang muka. Bukan karena sesuatu yang sangar, tetapi karena ia takut pada Kai. Nyalinya seketika menguap bersamaan dengan angin yang berhembus agak kencang.

Kai memang bukan lawan yang sepadan bagi Jungkook. Potensi Kai sebagai pembunuh sangat kentara, apalagi ketika siapa saja berani membuatnya kesal, tak segan-segan ia akan menghabisi orang itu. Meskipun Jungkook dan Kai tergabung dalam satu kelompok untuk para penjahat, tetapi bukan berarti Jungkook sudah aman dari amuk lelaki itu.

Kai melempar tubuh lelaki itu hingga membentur aspal. Air hujan yang turun ikut ambil andil untuk menghujami tubuh lelaki itu, membuat luka lebar di wajahnya terasa lebih perih. Kai tersenyum miring, lalu mengangkat kaki setinggi pinggang dan –BUGH!

Lelaki itu semakin tak berdaya ketika kaki Kai tepat mengenai lambungnya. Kini perutnya serasa sedang dikocok-kocok sampai membuatnya ingin muntah. Kai semakin memberi tekanan pada Kakinya yang menginjak tubuh lelaki itu. Tubuh lelaki yang hampir babak belur total itu menggeliat seperti cacing kepanasan, ia tak kuasa menahan rasa sakit yang berlebihan ini.

“Yebin~a mianhae,” lirihnya disela air mata yang mengaliri wajahnya.

Kai menyeringai lebar, “Ada kalimat terakhir?”

Kepala Myung Ho bergerak lemah, ditatapnya wajah Kai yang semakin terpancar rasa kepuasan, “Yebin..” lirihnya.

“Manusia lemah,” remeh Kai. Ia menendang tubuh Myung Ho untuk terakhir kali. Kemudian mengambil tas yang bersisi berbagai harta hasil curian Myung Ho yang tak jauh dari raga lemas lelaki itu.

“Ayo!” kata Kai seraya merangkul Jungkook, menggiringnya ke markas mereka yang tak terlalu jauh dari tempat mereka berdiri sekarang.

***

Lelaki yang bersender pada pintu itu melenguh. Kedua tangannya yang semula terlipat di depan dada berangsur menempati samping tubuhnya. Melihat kondisi pria tua yang terbaring di kasur seadanya itu membuat hatinya menjerit. Mengapa takdir Tuhan harus seburuk ini? Hyung, kau ada di mana?

Mendadak ia merindukan sosok kakak yang selalu menenangkannya jika saat-saat seperti ini datang. Sekarang Sehun hanya mampu mengenang semua itu. Kakaknya sudah pergi meninggalkan keluarganya di rumah kecil ini.

“Sehun, tolong jaga ayahmu sebentar, ibu akan mencari pinjaman dari tetangga.”

“Kenapa kita tidak menyuruh hyung mengirim uang saja?”

Tatapan ibunya menampilkan sabit mengkilat menandakan ketidaksukaannya ketika Sehun menyebut kakaknya.

Eomma, bagaimana pun juga Kai adalah anakmu. Seharusnya kau tidak seperti ini!”

Wanita yang sudah berumur melebihi setengah abad itu berjalan melewati Sehun. Mengambil beberapa barang yang ia butuhkan kemudian menutup pintu dengan kasar.

Sehun menendang angin, lelah betul batinnya menghadapi sikap kedua orangtuanya yang menolak mengakui saudara laki-lakinya itu.

“Semua ini dia lakukan juga demi kalian!” erangnya frustasi.

***

“Berapa banyak yang kau dapat Kai?”

Lelaki itu menghembuskan asap abu-abu pekat yang membumbung dari rongga mulut, lantas mematikan sisa rokoknya, “Bocah tengik itu sudah merampas dalam kurun yang agak lama.”

“Kau tahu, kau memang satu-satunya orang yang dapat dihandalkan,” puji lelaki yang memiliki warna rambut silver.

“Kau beruntung bisa bekerja sama dengannya, Jung.”

“Beruntung? Dia itu sama seperti serigala yang bisa menerkammu tiba-tiba!”

Pemuda berambut silver itu mendecakkan lidah, “Itu bagus.”

“Hah?” Jungkook tak habis pikir mengapa ia bisa berkumpul dengan makhluk-makhluk keji di hadapannya. Yah, meskipun ia seorang penjahat yang akan merampas harta orang, tetapi untuk membunuh biasanya Jungkook harus berpikir lebih dari dua kali.

“Bagaimana kabar adikmu?” tanya Taeyong yang membuat aura berandalan Kai berganti dengan aura yang lebih lembut, “Kau serius tidak akan menemui keluargamu lagi? Bahkan menelpon?”

“Mereka tak menginginkanku, Tae. Kau tahu itu,” kata Kai yang terlihat menyorotkan raut sendu, “Aku akan istirahat lebih dulu,” sambungnya yang sudah meninggalkan ruangan.

Taeyong menghela napas. Ia tahu betul bagaimana orangtua Kai mengusirnya karena dia berada di sana saat itu. Raut wajah ayahnya yang terlihat benar-benar muak dengan Kai, ibunya, bahkan adiknya yang saat itu menatap Kai tak percaya.

“Memangnya ada apa dengan keluarga Kai?” tanya Jungkook ingin tahu.

“Tidurlah, kau sudah bekerja keras hari ini,” tutur Taeyong yang mencoba mengalihkan pembicaraan. Wajar jika Jungkook tak tahu menahu tentang hal itu. Sebab Jungkook baru-baru ini bergabung dengan Taeyong dan Kai.

Setelah mengusap puncak kepala Jungkook, Taeyong melengang meninggalkannya. Bahkan terkadang ia merasa aneh dengan kedua lelaki itu. Di satu sisi mereka memiliki aura pembunuh yang sangat kuat, tetapi dilain sisi mereka juga memiliki rasa kasih sayang satu sama lain. Peduli amat, lebih baik Jungkook masuk ke kamarnya sekarang juga.




—tbc

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Never Too Late | Chap. 1"

Post a Comment