EXO’s
Kai,
Sehun, NCT’s Taeyong | PG | Songfic, action| Chaptered (2/unkown)
Ravenclaw Artwork | Vaehyunee©2016
Ravenclaw Artwork | Vaehyunee©2016
Seorang
gadis berdiri menatap malam yang kian menempati tahtanya. Ia melirik jam
dinding kecil yang berada di dalam kamarnya, “Hampir tengah malam, di mana
Myung Ho?” pikirnya gelisah.
Lelah
menunggu, akhirnya gadis itu memilih menutup jendela lantas merebahkan tubuhnya
di atas kasur. Rasa khawatirnya yang semakin menjadi membuatnya sulit terlelap
tapi pada akhirnya ia pun akan tidur merilekskan ototnya yang lelah.
***
Sehun
mengangkat tas besar yang sejak kemarin sudah ia siapkan. Melewati pintu rumah
dengan mengendap berharap ibunya tak akan tahu. Tetapi insting seorang ibu
biasanya kuat, dan kini wanita tua itu tengah memandangi Sehun.
“Kau mau
kemana dengan tas besar itu?”
“Aku harus
bekerja supaya bisa membayar semua hutang keluarga kita. Aku akan pergi ke
Seoul.”
Bola mata
wanita itu mendelik. Kata-kata putranya memang benar. Harus ada yang bekerja
untuk membayar hutang, dan satu-satunya yang mampu melakukanya hanya Sehun.
Tetapi apakah mungkin Sehun akan berlaku baik di ibu kota? Ia teringat dengan
salah seorang anaknya yang sudah berani mencoreng nama keluarga mereka. Dan
hingga detik ini ia tak bisa memaafkannya.
Seakan
dapat melihat kegelisahan sang ibu akhirnya Sehun angkat bicara, “Tenang saja,
aku tidak akan seperti hyung.”
Wanita itu
mendongak dan memilih mendekati raga anak lelakinya, “Berjanjilah padaku, Nak.”
“Hm.”
Ibu Sehun
tersenyum, “Pergilah. Hati-hati di sana, oh dan apakah kau sudah memiliki uang
untuk kesana?”
“Hm, aku
masih punya tabungan.”
Wanita itu
mengangguk-anggukan kepala, “Kau.. tidak ingin berpamitan pada ayahmu?”
Sehun
menggeleng, “Ia harus beristirahat.”
***
Kai
memukul lawannya dengan tangan kosong berulang kali, menimbulkan sumber cairan
merah itu untuk keluar. BUGH! Kai
berhasil mengenai bagian perut laki-laki itu menggunakan lututnya, alhasil
darah keluar dari rongga mulut. Dan bisa-bisanya Kai tertawa senang melihatnya.
Ia merasa mendapat hiburan tersendiri. BUGH!
Lelaki itu tersungkur. Tetapi bukan berarti urusannya sudah kelar, masih banyak
orang-orang yang harus ia lawan.
Di sebelah
selatan sudah ada Taeyong yang meringis karena sebuah pukulan berhasil mengenai
wajahnya. Ia mengusap ujung bibirnya, perih, ada darah di sana.
Taeyong
tertawa meremehkan, “Hanya itu kekuatanmu, hah? Ayo majulah!” tantangnya.
Satu
serangan hampir mengenai Taeyong, tetapi berhasil ditepisnya. Terjadi
tangkis-menangkis di antara keduanya selama beberapa waktu. Lalu Taeyong
berhasil dilumpuhkan oleh kawan dari lawan tarungnya.
Kai datang
bagai superhero yang melayang di udara sebelum kakinya berhasil mengenai
punggung lawan. Alhasil lelaki itu tersungkur mencium tanah. Taeyong tersenyum
miring, dengan sigap ia menstabilkan tumpuan dan melawan lelaki berjas hitam
lainnya.
***
Siulan
Jungkoook terhenti saat atensinya tersita oleh beberapa laki-laki yang berada
di dekat halte bus. Jungkook menyipitkan matanya untuk memperjelas penglihatan.
Ada seorang laki-laki berkulit pucat yang tampak disudutkan di antara kelompok
laki-laki itu.
“Apa aku
harus menolongnya?” tanyanya pada diri sendiri. Sepersekian detik berikutnya ia
mengedikkan bahu dan meletakkan belanjaannya di tempat yang aman. Kemudian
berlari menghampiri sesuatu yang membuatnya ingin ikut ambil alih.
“YA! Kalian sedang apa?”
Ada enam
orang yang langsung menoleh pada Jungkook, “Mau bertarung?” tanyanya datar.
Salah satu
dari pria itu berangsur maju hendak menjotos Jungkook tapi—SLASH! Jungkook bergerak lebih cepat dan sudah mengunci tangan pria
itu, “Hanya ini?” remehnya yang langsung memutar tangan pria itu dan
menyikutnya hingga tubuh lelaki itu oleng.
Lelaki
berkulit pucat itu memusatkan pandangannya, terkagum melihat ilmu bela diri
lelaki yang sedang mengemut permen loli mini. Melihat lelaki itu menjadi
mengingatkannya pada sosok kakak yang ia rindukan. Kapan kita bisa bertemu lagi hyung?
Jungkook
berkacak pinggang. Berdiri kokoh diatas tubuh lima pria yang berhasil ia
lumpuhkan, “Begitu saja sok mau melawanku.”
“Hei kau!
Iya kau!”
“Ne?” jawab lelaki berkulit putih pucat
itu sedikit ragu.
“Apa kau
terluka?”
“Eng.. tidak. Aku tidak apa-apa,”
sahutnya. Aku kira dia ingin mengajakku
berkelahi. Syukurlah jika tidak.
“Berhati-hatilah
di sini, banyak perampok yang berkeliaran di daerah ini. Kau dari mana?” tanya
Jungkook setelah melihat tas besar yang dibawa laki-laki itu.
“Daegu, ne, Daegu.”
“Untuk apa
kau kemari?”
“Aku.. aku
ingin menemui kakakku.”
Jungkook
melompat dari atas tumpukan orang-orang yang sudah tak berdaya itu, “Lalu siapa
nama kakakmu?”
“Eng.. apa
kau bisa membantuku?”
“Ck! Tentu
saja bisa, di mana dia tinggal?”
“Ah itu..”
wajahnya berubah sendu, “Sebenarnya kami sudah lama sekali tidak berkomunikasi,
aku.. aku tidak tahu banyak tentangnya.”
“Astaga,
kalau begitu bagaimana cara supaya kau bisa bertemu dengannya kalau tempat
tinggalnya saja tidak tahu?”
“Maka dari
itu— kalau begitu aku akan mencarinya sendiri saja. Sebelumnya aku sangat
berterima kasih padamu, Hyung,” jawab lelaki itu akhirnya seraya membungkukkan
badan 90 derajat.
—TBC
0 Response to "Never Too Late | Chap. 2"
Post a Comment