PG | Romance, friendship, entertainer life, etc | Chapter (10/unknow)
Taeil terpaksa mempertajam pendengarannya. Sangat
ramai. Berisik. Bahagia? Taeil pun membuka pintu itu sedikit karena penasaran.
Seketika terhenyak tatkala melihatnya.
“Mereka berpesta?” gumamnya saat melihat Wendy, Joohyun,
Taeyong, dan satunya lagi ia tak mengenalinya. Mereka menari-nari bahagia.
Sesekali bersorak juga.
Taeil menutup pintu perlahan dan rapat seperti semula.
Kecewa sekali rasanya melihat ruangan itu penuh. Ia melirik kado yang ia bawa.
Sejemang kemudian berlalu.
Aku terhenyak tatkala bunyi
jam weker memekakkan telinga. Setengah sadar Aku bangkit dari ranjang, membuka
gorden, menikmati pemandangan sekilas, dan membuka pintu kamar. Terkejut bukan
main ketika melihat banyak sampah berserakan, bantal di dekat meja makan, dan
beberapa botol bir kosong. Ingatanku dengan lambat memberi tahu. Astaga, benar
juga! Semalam ternyata Doyoung membawa banyak botol bir ke flatku. Rasanya ingin kutimpuk saja dia, tapi urung. Dia kan anak
baru di sini.
Aku melangkah, di sekitar dapur. Ada Doyoung yang tidur
di lantai. Setelah kucari-cari lagi ternyata Joohyun berada di kamarku hanya
saja dia ada di lantai di samping badan ranjang. Tapi aku tak melihat Taeyong
sama sekali. Di mana dia, ya? ada sedikit kepanikan yang menjalar di seluruh
desir darah. Bagaimana kalau Taeyong tidur di luar? Dikira gelandangan? Dibawa
Satpol PP? Atau mungkin.. jangan-jangan, semalam Taeyong mabuk, keluar flat, bertemu gadis dan..?? NO!
Entah mengapa aku panik setengah mati. Buru-buru
menyabet handphone di atas meja.
Menekan tombol hijau dan—
“Nelfon siapa pagi-pagi gini?”
Sontak ekor mataku menjuru pada asal suara dan membulat
sempurna saat itu juga. Pagi-pagi gini dapet suguhan yang bikin mata seger.
Duh, susah payah aku menelan saliva karena melihat Taeyong yang sepertinya habis
mandi. Rambutnya masih basah dan itu menampilkan aura keseksian tersendiri
buatku. Oh ya, betewe.. Taeyong juga telanjang dada. Astaga, kuatkan iman
hambamu ini, Ya Tuhan.
“Sudah bangun? Maaf, ya, aku pakai kamar mandi tanpa
izin. Lagian kamu terlalu lama dan terlihat nyenyak tidurnya. Aku jadi tak
tega.”
Aku hanya mengangguk. Habis mau bilang apa? Ngomong aja
susah, hehe.
Seusai Taeyong memakai kaosnya, kami duduk di ruang
tengah atau juga bisa dibilang sebagai ruang tamu. Secangkir teh hangat menemani
pagi kami yang sebenarnya enggak pagi juga sih karena jam dinding sudah
menunjukkan pukul sepuluh. Tiada perbincangan berarti antara aku dan Taeyong.
Aku sendiri nggak tahu kenapa jadi kaku begini. Akhirnya akupun angkat bicara
karna tak lagi mampu menahan rasa penasaran ini.
“Semalem, kamu.. nggak ikut minum kan?” tanyaku
hati-hati. Taeyong menoleh padaku sekilas lalu menyeruput teh hangatnya.
“Memangnya mulutku bau alkohol?”
Enggak juga sih, tapi kan aku hanya ingin tahu
kepastiannya. Karena Taeyong orang Korea dan minum bir juga sudah terbilang
wajar bagi orang sana.
“Mana mungkin
aku berani minum bir di rumah perempuan. Sementara ada satu lagi pria yang
mabuk. Aku takut sesuatu terjadi andai saja aku juga ikut gabung dengan Doyoung.”
Aku hanya manggut-manggut. “Semalam.. tidur di mana?”
“Di sini, di sofa. Cukup nyaman kok, tapi tetap lebih
oke kalau di kasur. Badanku sakit.”
“Maaf, ya. Sebenarnya di sini ada dua kamar, tapi
satunya belum beres,” sesalku. Aku memandang wajah Taeyong sekejap. Rasanya
tanganku dingin. “Taeyong..”
“Ya?”
“Sasaeng fans
mu itu.. bagaimana?” tanyaku hati-hati takut kalau-kalau dia terluka karena
teringat sesuatu yang menyakitkan dari sosok fans fanatik itu.
Taeyong bersandar pada header sofa, kedua tangannya terlipat di depan dada. “Biasa saja.
Oh ya, beberapa hari lalu aku bertemu lagi dengan salah satu dari mereka.
Untung hanya satu. Aku tak bisa bayangkan bila semuanya ada di sana.”
“Mereka melakukan hal apa di sana? Mengganggumu lagi?
Membuat rusuh lagi? Apa yang mereka lakukan?”
“Rasa keingintahuanmu meningkat, kenapa? Sepertinya kau
sangat tertarik.”
“Hah? Aa, aniya.”
Alhasil aku terpaksa tidak bertanya lebih. Dan untuk menghilangkan kegugupan,
aku meminum teh hangat itu.
—TBC
0 Response to "All of Sudden #10"
Post a Comment