[Yuta-Rin] Write The Future


NCT’s Yuta and OMG’s Arin | Romance | G | Ficlet
Vxiebell,2016

Ketika langit nampak semburat  jingga di antara biru, burung saling membalap dalam kerumunan, dan semut-semut yang segera kembali ke sarang mereka. Di tengah lapangan, dua tim sepak bola memutuskan untuk menyudahi latihan hari ini. Semua orang berhamburan sembari menyerukan keletihan serta eluhan kalahnya tim mereka. Sedangkan tim yang menang, bersorak gembira dan terus mengolok-olok lawannya. Akan tetapi, dua orang pemuda lainnya, hanya tersenyum kecil melihat tingkah teman setimnya.

“Dari dulu sampai sekarang, mereka nggak pernah berubah. Tetep aja saling sorak nggak jelas,” ujar seorang pemuda yang memakai kaos warna putih dengan nama punggung TY.

“Hai, Kak Taeyong!” sapa seorang gadis yang entah sejak kapan sudah berada di dekatnya. Ia menepuk pundak Taeyong agak keras, kemudian berpaling pada pemuda satu lagi. “Sore, Kak Yuta,” ujarnya dengan nada lembut yang sok dimanis-maniskan.

“Tumben banget ke sini, mau ngapain?” tanya Taeyong menyelidik. Seorang Choi Arin, mana mau disuruh ke lapangan? Bahkan dia aja nggak suka olahraga sama sekali.

Gadis Choi itu tersenyum menunjukkan barisan giginya yang rapi dengan pandangan mata yang tak berpaling dari wajah Yuta selama beberapa detik. Kemudian ia berdeham seraya menunjukkan sikapnya yang sok imut.

Ekhm, Kak Yuta, aku pengen belajar main sepak bola. Kakak mau ngajarin aku?”

Taeyong menghela napas. Ia tahu jelas, ini semua hanya akal-akalan Arin supaya bisa dekat-dekatan dengan Yuta. Siapa sih yang tak kenal Yuta? Meskipun ia pendiam, tapi image cool-nya itu sudah menyebar sepenjuru sekolah. Dan siapa sih yang tak kenal Choi Arin? Gadis gila, tak tahu malu yang sudah menyukai Yuta sejak dua tahun lalu.

Taeyong memberi kode pada Yuta supaya menolak, tapi sikap baik Yuta ini kadang-kadang berlebihan. Dengan gampangnya ia mengiyakan sesuatu, ya.. seperti detik ini.

“Oke.”

“YESS!” seru gadis berkuncir kuda itu girang bukan main. “Ayo, Kak, aku udah siap kok.”

“Sekarang?”

“Lebih cepat, lebih baik, Kak.”

Yuta pun mengangguk. Ia mengambil bola sepak dan mulai mengajari Arin latihan-latihan dasar sepak bola.

“Menendang bola itu ada tiga teknik, yaitu menendang dengan kaki bagian dalam, kaki bagian luar, dan kaki bagian punggung,” jelas Yuta sambil menunjuk bagian-bagian pada kakinya.

“Gimana tadi, Kak?” tanya Arin. Baru saja Yuta hendak menjawab, namun Arin sudah melanjutkan kalimatnya, “Ini dalam, ini luar, ini punggung.. kalau Kak Yuta ada di sini~” ujar Arin sambil menunjuk dadanya dan tersenyum malu-malu(in).

Yuta membuang napas sambil geleng-geleng kepala. “Yang serius dong, Dek.”

Dipanggil ‘dek’, tiba-tiba dada Arin berdebar-debar sekaligus mendadak merasa hawa menjadi panas. Lantas ia berdeham untuk menormalisasi keadaan. “Ekhm, panggil Arin aja kali, Kak.”

“Lanjut, ya. Cara menendang menggunakan kaki bagian dalam itu gini..” sambil menjelaskan, Yuta juga mempraktekkannnya.

Arin mengangguk-angguk. Lalu mengeluarkan buku catatan kecil dari saku celana dan mulai menorehkan tinta di atasnya.

“Nulis apa?”

“Harus kutulis semua, Kak. Kalau enggak, nanti aku bakalan lupa.”

“Nggak usah ditulis, kita langsung latihan aja.”

Arin menutup buku catatannya. Kemudian menatap wajah Yuta intens. “Ya udah deh kalau nggak boleh nulis materi ini, tapi—”
.
.
.
.
.
“—kalo aku nulis masa depan kita boleh kan, Kak?”



—FIN

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "[Yuta-Rin] Write The Future"

Post a Comment