Why Did You Come Now?



Why did you come here? For what you get back to me? After what you did, why did you re-present in my life?

“Kenapa kau datang sekarang?”

 “Karena aku telah berjanji padamu. Suatu saat aku akan datang, ingat?”

 “Kau benar. Dan kau menepati janjimu.”


WHY DID YOU COME NOW? — KRYSTALVA


RV’s Irene and EXO’s Baekhyun | Romance | PG | Oneshot | DISArtwork @IRIS Cover Fanfiction – ICFF | Krystalva,2015


Bae Irene menatap pantulan dirinya di cermin besar yang menyatu dengan dinding suci. Gaun putih yang membalut tubuhnya terlihat serasi dengan wajahnya. Beberapa kali ia memutar tubuhnya di hadapan cermin.

Eonni, pakailah ini.”

Sebuah anadem -mahkota bunga- terulur untuk Irene. Sedikit ragu, Irene pun meraihnya. Bunga-bunga yang menghias di setiap lingkaran mahkota itu terlihat sangat cantik. Sangat disayangkan kalau mereka adalah sintetis. Jika bunga asli yang masih segar yang digunakan, pasti mahkota itu akan lebih cantik.

 Irene kembali menatap dirinya lewat pantulan cahaya di cermin. Ada sedikit perasaan aneh yang hinggap di hatinya.

Hei Irene. Apakah ini benar-benar menjadi takdirmu?

Selalu kalimat itu yang terngiang di kepalanya. Hatinya menjadi gelisah, ragu, dan takut. Jika pernikahan ini bukanlah jalan yang sebenarnya, apa yang akan ia lakukan setelahnya?

“Sebaiknya kau segera menyelesaikannya.”

Irene menoleh dan mendapati sosok pria yang akan menjadi calon suaminya berada tepat di hadapannya. Wajah cantiknya melukis sebuah senyum padanya. “Tentu saja,” sahutnya kemudian. Walaupun ada perasaan ragu yang mengganjal di benaknya.

Mahkota itu telah menyatu dengan rambut kepalanya dan semakin membuat keserasian antara dress dan accessories lainnya.

“Mari,” sebuah tangan terulur dari seorang pria yang sudah beralih tempat menjadi di samping Irene.

Bibir Irene bergetar saat menyambutnya. Mereka pun berjalan keluar ruangan untuk segera menyelenggarakan hal tersuci di dalam kehidupan manusia.

Sepatu dengan ketinggian kurang lebih tujuh centimeter itu berirama mengiringi perjalanan mereka menuruni anak tangga.

“Apa kau yakin akan menikah denganku?”

“Hm?” Irene sedikit terkejut dengan pertanyaan calon suaminya.

Ahh, kau tidak yakin.”

Suho selalu tepat jika menebak perasaan orang lain, sebenarnya.

“Bukan, bukan seperti itu. Aku hanya sedikit merasa.. –yah, kau pasti tahu apa yang dirasakan wanita yang akan segera beranjak dari masa lajangnya,” dustanya untuk kesekian kali.

“Aku tahu.” Suho tersenyum simpul menanggapi jawaban Irene. Sebenarnya pria ini bisa melihat betapa gelisahnya gadis itu, namun ia hanya bisa mencoba tidak mengetahuinya supaya Irene tak bertambah bingung juga pusing atas apa yang akan terjadi nanti.

Kini mereka telah tiba di lantai dasar. Mereka keluar dan menikmati sapuan lembut angin yang berhembus.

Irene memejamkan matanya. Membiarkan hawa-hawa itu menyelimuti dirinya. Angin sepoi-sepoi bertiup agak kencang hingga membuat helai-helai rambut yang dibiarkan tergerai itu beterbangan.

Kajja.”

Suara itu membuyarkan semuanya. Kelopak mata Irene perlahan terbuka. Ia tersenyum dan segera menyambut tangan Suho. Mereka berpegangan tangan memasuki gereja.

Karpet berwarna merah itu akan menjadi saksi langkah keduanya saat memasuki altar gereja. Beberapa orang berjejer di depan pintu untuk melihat pasangan serasi yang sedang melangkah bersama. Helai-helai bunga ditaburkan ke arah mempelai wanita dan pria.

Suara riuh tepukan tangan menggema di dalam gereja. Membuat dada Irene bergejolak. Nafasnya menjadi tak beraturan karena terlalu gugup.

“Tenanglah. Biarkan dirimu rileks,” bisik Suho tepat di daun telinga Irene.

Setelah berhenti sejenak untuk menyamput para tamu. Irene dan Suho kembali melangkahkan kaki mereka untuk semakin mendekat ke altar yang akan menjadi tempat bersejarah mereka.

Seorang pendeta meraih sebelah tangan dari masing-masing mempelai. Ia membacakan janji suci yang biasa dibacakan pada acara pernikahan.

“Saya, Kim Joon-Myeon. Bersumpah akan mencintai Bae Irene dalam keadaan sehat maupun sakit. Saya sebagai suaminya sepenuh hati akan menafkahinya, bersikap jujur dan bertanggung jawab,” ujar Suho setelah mendengar kalimat pendeta telah berakhir.

Irene menelan ludah, menelan semua rasa kegugupan yang melandanya hingga detik ini.

Pendeta itu beralih menatap Irene, begitu pula dengan Suho.

Setelah mengambil nafas, Irene pun membuka bibirnya hendak mengatakan hal yang sama seperti apa yang telah dikatakan oleh suho.

“Ireneee!!”

Teriakan yang berasal dari tengah gereja itu membuat Irene menggantungkan suaranya di tenggorokan. Seisi ruangan menoleh untuk mencari tahu siapa yang telah membuat keributan diacara sakral seperti pernikahan ini.

Mulut Irene sedikit terbuka setelah kedua matanya menangkap sosok pria yang sedang berdiri dengan jas hitam di tengah ruangan.

“Kau tidak bisa melanjutkan pernikahan ini.”

“Ada apa? Kenapa kau mengacaukan pernikahan orang lain?” protes Suho yang tak suka dengan kelakuan pria asing itu.

“Dia,” pemuda itu menunjuk wajah Irene yang tampak gugup dan kaget, “Dia sama sekali tidak menyukaimu, apalagi mencintaimu. Dia tak mungkin bersedia menjadi istrimu, sama sekali tidak ingin.” Kemudian pria itu berjalan maju. Ia mendekati Bae Irene dengan tatapan mistis.

“Siapa kau? Dan apa yang akan kau lakukan?” tanya Suho yang semakin sebal dibuatnya.

Pria itu tersenyum. “Lama tak berjumpa, Bae Irene.”

“Ku tanya siapa kau?!” kesabaran Suho semakin habis atas tingkah tak tahu sopan santun yang ditujukan pemuda itu.

Jari-jemari Irene bergetar, membuat rangkaian bunga mawar putih ditangannya terjatuh hingga menyentuh lantai. Tingkah Irene yang aneh membuat Suho semakin heran dan bingung. Sebenarnya ada apa? Apa yang terjadi?

“B-Baekhyun-ah..” suara Irene bergetar hebat ketika menyebut sebuah nama.

Pria yang telah membuat kerusuhan dalam acara pernikahan itu pun tersenyum setelah mendengar ejaan namanya dari bibir wanita yang masih tertegun atas kehadirannya.

“Dia, Bae Irene adalah tunanganku. Kita akan menikah. Jadi, kau tak bisa memintanya untuk menjadi pendamping hidupmu.”

Suho terperangah mendengar kalimat tersebut. Matanya beralih menatap Irene. Tapi sepertinya pernyataan pria itu benar karena Irene tak membantah sama sekali.

Kenapa kau datang kemari? Untuk apa kau kembali padaku? Setelah apa yang kau lakukan, kenapa kau kembali hadir dalam hidupku?

Sekian pertanyaan muncul dalam pikiran Irene. Semua terngiang di kepalanya. Hatinya sangat terkejut atas kedatangan pria yang telah lama pergi dari hidupnya.

Kenapa tiba-tiba datang begitu saja? Apa kau ingin merusak hari pernikahanku?

Kalimat itu, ingin sekali diucapkan Irene untuk memarahi Baekhyun. Tapi percuma saja jika ia menyemburnya dengan segudang ocehan-ocehan palsu ini. Yah, Irene akan menikahi Suho. Bukan karena ia mencintai Suho. Tapi karena kedua orang tuanya yang telah terjerat dengan ayah Suho. Mau tak mau, Irene harus melaksanakan pernikahan dengan cinta sepihak.

Baekhyun aku merindukanmu. Sangat.

Karena dihinggapi perasaan rindu yang akut, Irene pun menitikkan air mata beberapa saat kemudian. Ia menangis tersedu-sedu hingga membuat semua tamu kebingungan atas tingkahnya. Sebenarnya ada apa? Itulah yang dipikirkan orang-orang.

“Irene, kenapa kau menangis?” tanya Suho yang sangat khawatir dengan calon istrinya.

Baekhyun menepis tangan Suho yang hendak menyentuh Irene. “Jangan sekali-sekali kau menyentuhnya. Kau sama sekali tidak berhak untuk itu.”

“Apa maksudmu? Untuk apa kau kemari dan menghancurkan hari bahagia kami? Sebaiknya kau pergi dari sini dan meminta maaf pada kami semua. Pergilah selagi aku masih memberi mu keringanan.”

“Tidak. Kau yang seharusnya pergi dari sini. Enyahlah dari kehidupan Irene.”

“Kauu!”

“Hentikan Suho.”

“Apa?”

“Baekhyun memang benar. Aku sama sekali tak mencintaimu. Aku melakukan ini semua karena permintaan appa dan eomma. Mereka terus menyuruhku untuk menikah denganmu.”

Mata Suho langsung tertuju pada kedua orang tua Irene yang sedang duduk di bangku paling depan. Mereka hanya diam dengan kegelisahan.

“Ikutlah denganku.”

Irene menatap kedua bola mata yang bersinar. Dan seperti terhipnotis, Irene meletakkan tangannya diatas telapak pria itu.

Baekhyun tersenyum. Ia menggenggam tangan Irene kuat-kuat dan berlari tanpa menghiraukan pakaian Irene yang sangat menyita ruang gerak gadis itu.

Semua orang mendesah. Mereka berkomentar sesuka hatinya hingga membuat orang tua Suho harus menanggung  malu. Suho hanya diam tak bergeming dari tempatnya. Ia seakan rela dengan kepergian Irene bersama pria bernama Baekhyun itu.

Mereka keluar dari gereja. Baekhyun masih menarik lengan Irene. Masih berlarian untuk menjauh dari gereja.

Mereka berhenti di sebuah bukit. Irene menahan dirinya untuk berhenti berlari hal ini membuat Baekhyun turut menghentikan langkahnya.

“Kenapa kau datang sekarang?”

Tubuh Baekhyun berbalik, membuat dua insan ini berhadapan. “Karena aku telah berjanji padamu. Suatu saat aku akan datang, ingat?”

Senyum Irene kembali merekah di bibir secara perlahan. “Kau benar. Dan kau menepati janjimu.”

“Tentu saja. Karena kau tahu? Aku mencintaimu.”

Irene tersipu mendengarnya, membuat wajah gadis itu berubah merah padam. Ia dibuat salah tingkah oleh Baekhyun. Tangan Irene memukul dada Baekhyun pelan dan pria itu merintih. “Kau mengejutkanku.” Rengeknya.

Baekhyun tersenyum, kemudian tertawa lepas.

“Kau menertawakan ku yaa?”

Baekhyun masih tertawa.

Irene melepas genggaman Baekhyun. Wajahnya memberengut karena kesal.

“Kau tak berubah. Sama sekali tak berubah.”

Tangan Baekhyun tergerak. Meraih tubuh Irene dan mendekapnya erat. Seakan tak ingin melepaskannya lagi. Irene membalas pelukan itu. Pelukan hangat yang selalu membuatnya nyaman. Pelukan yang selama ini sangat ia rindukan.

Baekhyun melepas tubuh Irene. Kedua matanya menatap wajah Irene yang sama sekali tak berubah dari tujuh tahun yang lalu. Tangannya membelai rambut Irene halus dan penuh kasih sayang. Irene hanya diam menikmati setiap sapuan lembut dari tangan Baekhyun.

Perlahan wajah Baekhyun mendekat. Semakin mendekat. Dan akhirnya kedua hidung mereka saling bersentuhan. Hingga Baekhyun dapat merasakan helaan nafas Irene. Ia dapat merasakan getaran dan bagaimana gugupnya wanita ini.

Sekian detik. Mereka diam dalam posisi yang sama. Menikmati sentuhan lembut permukaan hidung. Merasakan helaan nafas masing-masing. Dan akhirnya Baekhyun melanjutkan. Bibir mereka bersentuhan. Sebenarnya tak ada niat untuk membalas lumatan bibir Baekhyun, tapi akhirnya Irene hanyut dalam aliran nafsu. Mereka berciuman dalam waktu yang cukup lama.


THE END


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Why Did You Come Now? "

Post a Comment