Kau sudah merobek kepercayaanku, tapi aku tak pernah bisa berhenti memikirkanmu sampai fajar pun menyapaku lagi. Aku akan memikirkanmu, masih memikirkanmu, dan akan terus memikirkanmu. Aku menunggu ragamu kembali di sisiku.
-PROMISE
YOU — DEEV-
Huang
Zi Tao and OC’s Shin Mi Hwa | Romance
| PG | Ficlet | puppyyeol Artwork | Deevxyxo,2015
Shin Min Hwa duduk di kursi kayu. Menatap kosong
pandangan dalam kertas putih di atas mejanya. Untuk yang kesekian kalinya ia
menghela nafas berat. Jemari mungilnya mengusap wajah letih yang kian nampak
jelas terutama di bagian kedua mata yang menghitam.
Dalam rasa lelah serta kantuk yang memuncak, ia
sempatkan membuka laci meja kerjanya. Meraih sebuah kotak tak terlalu besar.
Min Hwa mengusap penutupnya. Setetes air bening merembes dari pelupuk matanya,
mengalir di wajah tirusnya sebelum menjatuhkannya diatas kotak bersampul
cokelat.
Dengan cepat Min Hwa mengusap wajahnya, menghapus jejak
air mata sucinya. Manik birunya menatap lemah pada pusat kotak yang dihiasi
pita berwarna pale orange. Emosinya mengalir di pembuluh darah dan memusat di
kepalanya. Min Hwa membuang kotak itu hingga menghantam dinding dan
menyeruakkan isinya. Ia menggeram kesal lantas memungutnya lagi.
Lutut Min Hwa bertumpu pada lantai. Ia duduk melemas
diatas pijakan kayu. Air kristal bening itu terus memberontak meminta keluar,
hingga pada akhirnya pertahanan pun roboh. Min Hwa menangis menderu-deru.
“Aku benci padamu!” desisnya frustasi.
Min Hwa menutup matanya kuat-kuat serta membekap
mulutnya. Air bening nampak seperti sebuah permata berkat pantulan cahaya lampu
yang terbilang minim terus mengucur di permukaan kulit wajahnya.
Gadis berusia dua puluh enam tahun itu menghapus air
matanya kasar menggunakan punggung tangan. Cahaya rembulan putih mengetuk
jendela meminta masuk. Merembes melalui kaca jendela dan bersinar di tubuhnya
yang merunduk layu.
“Kau pembohong!” rutuknya pada seorang pemuda yang
berada di dalam kertas foto yang mengkilap. Pemuda itu hanya tersenyum masam.
“Kau ada dimana Tao-ya?”
lirihnya nyaris tak terdengar oleh angin malam.
Min Hwa mengumpulkan semua lembar foto yang berserakan
di lantai, kemudian meletakkannya di dalam kotak. Ia coba mengatur nafas yang
menggebu dalam dada—yang semakin menyesakkannya.
“Kau sudah merobek kepercayaanku, Tao-ya. tapi aku tak pernah bisa berhenti
memikirkanmu sampai fajar pun menyapaku lagi. Aku akan memikirkanmu, masih
memikirkanmu, dan akan terus memikirkanmu. Aku menunggu ragamu kembali
disisiku.”
Tubuh Min Hwa perlahan menegak. Berdiri dengan
menggenggam kotak itu erat, “Kau sudah berjanji akan kembali. Kau berjanji jari
kelingking.”
-PROMISE
YOU — DEEV-
Dewi malam telah menyusut, bersembunyi di balik
cakrawala, memberi kesempatan bagi sang surya untuk mengasihi makhluk di bumi
dengan memberi sumber kehidupan. Cahya kuningnya yang lembut menerobos
ventilasi dan memberi kehangatan di sebuah ruangan nuansa putih.
Seorang gadis menggeliat liar tatkala sebuah sinar
menerpa wajahnya. Perlahan mata pandanya membuka perlahan. Secercah cahaya
menyilaukan menyapa –menerjang– penglihatannya bersamaan dengan bel rumah yang
bergema dalam ruangan besar dengan hantaran udara.
Masih lengkap dengan piyamanya, Min Hwa menuruni kasur
empuknya lantas menuju ruang depan untuk membukakan pintu. Gadis itu membuka
pintu rumahnya, namun tak ada seorangpun ia temui. Min Hwa menguap serta
mengucek matanya bersamaan.
Mungkin hanya orang iseng, pikirnya lantas melengang
menuju dapur untuk mengambil segelas air putih.
Min Hwa terkejut bukan main tatkala mendapati seorang
pria bertubuh tegap dan tinggi yang menjulang tengah memunggunginya. Segera ia
mengambil apa saja yang bisa digunakan untuk memukul. Seraya mengendap-endap ia
mendekati orang itu.
“Lain kali kunci pintu rumahmu. Untung aku yang masuk,
bagaimana kalau orang lain?”
“Huh?”
Orang itu berbalik.
Setengah tidak percaya, Min Hwa menatap orang itu.
Tubuhnya menegang sesaat, lalu melemas seketika bahkan sapu ditangannya pun
tergeletak di lantai tanpa alasan yang jelas, “T-Tao-ya?
Orang itu tersenyum lebar sembari melentangkan kedua
tangannya. Air mata Min Hwa mengucur. Air mata haru. Tanpa diperintah pun
kakinya sudah berlarian menghambur ke dalam dekapan pemuda yang sudah
dirindukannya selama bertahun-tahun.
“Tao-ya, dari mana saja kau!” omelnya disela isak
tangis.
Tao tertawa kecil seraya mengelus rambut yang tergerai
menjuntai hingga punggung, “Yang terpenting aku sudah kembali padamu, dan tidak
akan pergi lagi dari sisimu. Aku akan menemanimu, akan selalu berada
disampingmu.” Ungkapnya jujur dengan saat tulus. Pemuda itu –bernama Huang Zi
Tao– mengecup ujung kepala gadisnya lama.
–- 00 -–
0 Response to "Promise You"
Post a Comment