TOO LATE

TOO LATE
[Deev Cover & Fanfiction] 





Cast :
Xi Luhan (Ex. EXO)
Song Ha Yoon (OC)
Oh Sehun (EXO)




 - Deev Storyline Present - 
Selamat menikmati alur cerita ini. Silahkan menghayatinya. 


Pemuda itu masih berkutat dengan jalur terjal yang ia lalui. Matanya tajam melacak pijakan yang tepat. Jika ia salah sedikit saja, nyawanya bisa saja melayang saat itu juga. Namun untunglah sejauh ini ia selalu melangkah pada batu yang tepat.

"Whoaaa.. Luhan! Luhan!"

"The King of Mountain!"

Seruan-seruan itu berasal dari bibir teman-teman sehobinya. Mereka memang sangat berisik apalagi saat kaki-kaki Luhan tengah beraksi diatas sepedanya.

Bibir pemuda itu tersenyum meremehkan, Luhan memulai aksinya, sepedanya perlahan melayang di udara, membuat aksi-aksi mengagumkan ditengah angin. Melempar ke kanan, kemudian meliukkan awak sepedanya dengan lincah.

CITT..

Setelah menggapai pijakan, ban sepeda itu berdecit akibat saling bergesekan dengan tanah.
Salah seorang yang berdiri antara kerumunan bertepuk tangan amat keras disertai senyuman lebar. Kemudian melangkah mendekati Luhan.

TOS!

Pemuda itu menggenggam tangan Luhan setelah menepuknya. Lalu memberi pelukan seorang pria padanya.

"Hebat Lu! Kau selalu berhasil membuatku tercengang melihat aksimu yang mengagumkan. Dari mana kau mempelajari gaya itu hah?"

Luhan tersenyum kecil, "Sudahlah Hun, jangan membuatku berkepala besar atas pujianmu yang berlebihan itu."

Sehun -nama pemuda itu- tertawa renyah, "Bagaimana kabar Song Ha Yoon?"

"Baik, aku kira dia selalu terlihat baik-baik saja."

Sehun tertawa lagi, "Kau begitu bodoh Luhanie sayang," Tuturnya sembari mengacak-acak ujung rambut Luhan yang berada dalam rangkulannya.

Luhan mendesis, "Jangan perlakukan Aku seperti seorang gadismu Hun-ah!"

Selalu saja begitu. Hanya karena masalah kecil mereka berdua sering bertikai. Luhan paling tidak nyaman ketika diperlakukan layaknya seorang yeoja oleh Sehun. Padahal kan dia seorang pria tulen yang juga doyan wanita bukan sesama jenisnya.

Tapi Sehun sangat suka memperlakukan Luhan seperti seorang gadis, karena wajah Luhan yang terlihat cantik dan nampak menyerupai yeoja tulen. Omong-omong, kau tahu, ketika melihat Luhan pertama kali, Sehun mengira bahwa Luhan adalah yeoja, tentu saja karena wajahnya yang cantik dan imut serta tubuhnya yang mungil. Izinkan aku untuk tertawa sekarang, hahaha itu lucu sekali.

"Aku rasa sekarang ini Ha Yoon sedang menangis di dalam kamarnya. Emm.. dan mungkin sudah terjadi selama tiga hari."

"Jangan sembarangan! Ha Yoon bukanlah gadis lemah seperti pacarmu!"

"Aish! Kau ini tidak percaya padaku, hah? Semua wanita itu sama saja, lemah dan mudah menangis."

"Memangnya kau tahu darimana hah? Atau jangan-jangan... kau seorang yeoja!"

Sehun tampak kikuk ketika orang-orang memandanginya setelah suara Luhan yang meninggi ketika mengatakannya seorang yeoja.

"Babo-ya!" Umpatnya sembari memukul kepala Luhan.

"Hahaha.."

"Tapi aku serius, Lu. Aku yakin Ha Yoon sedang mengumpat kesal di dalam kamarnya, menangis, dan memandangi fotomu terus."

"Yeah! I don't care, aku tidak percaya dengan ucapanmu itu."


***



Mata sayu itu semakin dalam menusuk iris gelap lawan bicaranya. Dengan wajah pucat yang penuh harap, ia memandang wanita dihadapannya.

"Eomma, aku baik-baik saja. Jangan menangis seperti ini, aku tidak bisa melihat eomma sedih. Itu menyakitiku, eomma."

Wanita itu menghapus jejak air mata yang mengalir di dua sisi wajahnya, "Maafkan eomma Ha Yoon, eomma tak bisa menahan diri."

Gadis yang tengah terbaring lemah diatas ranjangnya menyunggingkan seluas senyum tipis. Lantas mengelus bahu ibunya yang masih bergetar akibat menahan tangis.

"Lain kali jangan buat eomma khawatir, Ha Yoon."

Tersenyum lagi, lalu mengangguk, "Iya eomma, aku akan mengusahakannya. Sekarang, tolong jangan menangis lagi." 



***


Luhan tengah berdiri di depan sebuah rumah bercat putih, dengan pakaian rapi dan rambut cepak klimis, serta tak lupa sebuket bunga di tangannya. Ia menarik nafas kuat-kuat lantas menghembuskannya sedamai mungkin. Sebelah tangannya bergerak untuk mengetuk pintu rumah itu.

KREK.

Seorang wanita paruh baya yang tampak awet muda sudah berdiri menghadap tubuh tegap Luhan.

"Selamat sore, ibu mertua." Sapanya ramah disertai senyuman yang merekah di bibirnya. Ya begitulah sebutannya pada ibu Ha Yoon, ibu mertua.

Nyonya Song hanya tersenyum tipis menanggapi Luhan yang tampak ceria, "Masuklah Lu."

"Terima kasih sebelumnya, eomma."

Luhan mengikuti tubuh Nyonya Song yang berjalan mendahuluinya. Ia merasa sedikit kurang nyaman ketika Nyonya Song memanggilnya dengan nama langsung, padahal biasanya beliau akan menyebutkan 'anakku' atau 'calon menantu' tapi hari ini tidak ada ungkapan itu.

"Mau dibuatkan teh atau kopi, Lu?"

Dengan cepat pemuda itu langsung mencegah langkah Nyonya Song, "Tidak perlu eomma, aku kemari hanya untuk menemui Ha Yoon. Aku ingin mengajaknya keluar." Ujarnya malu-malu, hampir memperlihatkan 'salah tingkah' yang ia coba sembunyikan.

Namun wajah Nyonya Song muram seketika. Matanya sayu, tapi tetap mencoba bersikap biasa, bahkan mengukir senyuman di wajahnya.

Nyonya Song duduk di sofa, menghadap sosok bertubuh tegap tersebut, "Luhan-ssi,"

"Ya eomma, ada apa?" Keningnya berkerut ketika melihat kesedihan di wajah Nyonya Song.

"Ha Yoon... Ha Yoon... Anakku sudah meninggal, Luhan-ssi. Ha Yoon telah pergi."

Sebuket bunga yang sedari ia genggam jatuh seketika, membentur lantai hingga merontokkan beberapa bagian kelopak dan mahkotanya.

"Sehari setelah kau berpamitan ingin mendaki gunung sekaligus bersepeda disana, Ha Yoon kecelakaan. Dia banyak mengeluarkan darah sebelum ambulans datang. Seharusnya Ha Yoon mendapatkan donor secepatnya, tapi ayahnya sedang ada di China yang tak memungkinkan untuk melakukan donor. Padahal yang memiliki golongan darah AB hanya ayahnya. Dan saat itu cadangan darah AB di rumah sakit sedang habis."

"Ha Yoon sangat pucat kala itu, kulitnya putih dan dingin serta matanya terlihat lebih sayu dari biasanya. Eomma tidak tega melihat Ha Yoon menderita, tapi dia tidak mengizinkan eomma menangis. Sebelum Ha Yoon menghembuskan nafas terakhirnya, ia sempat menitipkan sesuatu pada eomma."

"Apa yang dititipkan Ha Yoon, eomma?"

"Jangan pernah melupakan Ha Yoon sampai kapanpun. Jangan hapus wajahnya dari memori kepalamu, ingatlah semua waktu yang pernah kau lalui bersama Ha Yoon... dan jangan menangis karena mengingatnya, Luhan-ssi."

Luhan membiarkan air matanya menetes satu persatu membanjiri wajahnya. Ia menangkup wajahnya dengan kedua tangan.

Aku terlambat. Sudah sangat terlambat. Maafkan aku, Ha Yoon-ya. Maaf, aku tak bisa menemanimu sampai akhir.

Nyonya Song mengelus punggung Luhan, mencoba menguatkan pemuda yang tak henti-hentinya menyalahkan dirinya sendiri.

"Ini semua bukan salahmu Luhan-ssi. Berhenti menyalahkan dirimu sendiri."

"Tidak eomma, ini salahku! Seharusnya aku ada disamping Ha Yoon setiap waktu dan selamanya!"

Nyonya Song mengelus punggung Luhan lagi. Kali ini membiarkan air matanya ikut menetes, meramaikan suasana.

Maaf Ha Yoon-ya, seharusnya aku kembali lebih cepat.



THE END

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "TOO LATE"

Post a Comment