Treason

Luhan and OC’s Lee Yi An | Sad | Oneshot | PG | Cha13 Artwork | Deev,2015

Kau sudah membuatku kecewa.

Yi An merapikan beberapa buku yang berserakan diatas meja. Napasnya berhembus berat seakan ada beban yang sedang ia rasakan.

“Yi An~a.”

“Ne?”

“Ani ani, opsoyo. Lanjutkan saja.”

Yi An mengangguk. Ia kembali membereskan buku-bukunya meskipun hatinya masih mengganjal karena penasaran atas apa yang akan diucapkan Shin Ra.

“Yi An~a, apa kamu sudah tidak berhubungan lagi dengan Xiumin?”

Seketika tangan Yi An berhenti melakukan aktifitas. Ia terpaku sejenak, “Aku sudah tidak ada hubungan apapun dengannya, jadi untuk apa aku menghubunginya?”

“Yaa! Yi An~a, sudah lama sekali.” Sapa seorang lelaki berpakaian casual yang baru saja melewati pintu di cafe itu. Dia tersenyum dan tanpa ragu duduk di salah satu bangku yang kosong di meja Yi An.

“Luhan, kenapa disini?” tanya Yi An tajam tanpa menoleh sedikitpun karena harus memasukkan buku-buku tadi ke dalam tas ranselnya.

“Kamu tidak tahu?”

“Apa?”

“Hari ini kan Xiumin dan Eun Jung akan merayakan hari jadi mereka.”

“Hari jadi apa?” tanya Yi An penuh selidik.

“Yi An~a sebaiknya kita harus pergi sekarang.”

Yi An menatap Shin Ra curiga atas perubahan air muka temannya itu, “Ya! Sebenarnya ada apa sih? Ada hubungan apa Xiumin dan adikku?”

“Kamu belum tahu?”

Shin Ra menggeleng pada Luhan, memberi kode supaya lelaki kurus itu tak membicarakan hal mengenai hubungan Xiumin dan Lee Eun Jung.

“Bagaimanapun juga Yi An harus tahu Shin Ra. Kamu ini jahat sekali menyembunyikan hal itu pada kakak Eun Jung.”

“Sebenarnya apa yang terjadi huh? Kenapa kalian seperti ini?” sentak Yi An. Kesabarannya sudah mengikis tergantikan perasaan geram hingga membuat tangan kanannya mengepal kuat meremas bagian bawah dress merah jambunya.

***

Shin Ra sedang berjalan di trotoar setelah berbelanja di minimarket. Barang bawaannya begitu banyak sedangkan ia harus berjalan kaki. Shin Ra pun memutuskan untuk mampir ke salah satu kedai yang menjual minuman dingin.

“Bubble tea satu Ahjumma.”

Ahjumma pemilik kedai itu mengangguk sembari tersenyum dan segera membuatkan apa yang sudah dipesan Shin Ra.

Butuh waktu yang agak lama hingga membuat Shin Ra bosan. Ia pun memutar tubuhnya sedikit. Mengamati jalan raya yang dipadati lalu lalang kendaraan. Sangat membosankan hingga sebuah obyek membuatnya tersentak.

“Itu.. bukankah itu Eun Jung adiknya Yi An? Sedang apa bersama Xiumin?”

“Ini pesananmu Nona.”

“Huh? Ne Ahjumma.” Tutur Shin Ra seraya memberikan beberapa lembar uang kertas yang sudah ia siapkan sejak tadi. Langkahnya hati-hati mendekati sepasang manusia yang sudah mengambil perhatiannya. Membuatnya penasaran setengah mati hingga memaksanya untuk menguping.

“Oppa, aku tahu pasti Yi An unnie sudah sangat melukaimu kan?” kata Eun Jung, tangannya mencoba mendekati tangan Xiumin yang diam diatas meja, “Aku tahu seberapa sakitnya hatimu oppa.”

Xiumin masih diam. Dia nampak sangat putus asa.

“Aku akan membantumu melupakan Yi An unnie,” ucapnya mantap. Tangan Eun Jung sudah berada diatas tangan Xiumin.

“Kamu ini kenapa Eun Jung~a?” tanya Xiumin dengan kening yang berkerut. Ia menarik tangannya tapi Eun Jung menahannya.

“Oppa..” Eun Jung menggenggam tangan Xiumin menggunakan kedua tangannya seakan tak ingin melepas meski hanya sedetik, “Aku menyukaimu oppa, apa kamu tak bisa mengerti?”

Shin Ra membekap mulutnya, “Mwo? Eun.. Eun Jung..?”

“Tak bisakah kamu melihatku? Kenapa oppa tak bisa melakukan itu meski hanya untuk satu detik? Wae oppa? Kenapa oppa lebih memilih Yi An unnie daripada aku? Kenapa?” pekik Eun Jung parau. Air bening bermain diatas kulit wajahnya.

Mata Xiumin meredup, “Eun Jung~a bukan begitu. Masalahnya—”

“Oppa, aku hanya menginginkan oppa untuk melihatku, hanya itu. Tapi oppa selalu memilih melihat Yi An unnie, itu sangat menyakitiku. Sakit…” katanya seraya memukul-mukul dada.

Xiumin menunduk sejenak, “Eun Jung~a hentikan. Kamu menyakiti dirimu sendiri.”

“Kamu yang melakukan itu oppa. Kamu yang sudah menyakitiku. Kamu yang membuatku terluka. Karena Xiumin oppa,” tangis Eun Jung membuncah.

“Eun Jung~a.. jangan menangis disini. Sudahlah, hentikan.”

Eun Jung menggeleng, “Aku tidak mau menghentikannya. Aku sangat kecewa pada Xiumin oppa. Aku menyukaimu oppa.”

Xiumin menghela napas pasrah, “Arasseo, aku akan melihatmu.”

“Melihat apa?”

“Aku—” Xiumin menggantungkan kalimatnya. Ia menunduk dalam. Sejujurnya ia hanya menganggap Eun Jung sebatas adik perempuannya dan yang dicintainya hanyalah Yi An, “Aku akan melihatmu sebagai gadisku.”

Shin Ra membekap mulutnya lagi, “Xi.. Xiumin~a wae?”

***

Yi An menerawang jauh ketika Luhan dan Shin Ra bergantian menceritakan hal itu padanya. Ternyata sudah berjalan selama delapan bulan tanpa sepengetahuannya. Eun Jung tega menyembunyikan hal ini dari kakaknya. Adiknya mengkhianati Yi An, dan mampu dengan baik menutupinya.

Dadanya terasa sesak mendadak. Beberapa kali Yi An memukulnya, mencoba menguatkan diri, “Aku baik-baik saja.” Desisnya.

“Yi An~a,” Shin Ra menyentuh lengan sahabatnya, “Apa kamu baik-baik saja?”

Setetes air mata berhasil menembus pertahanannya, kemudian dengan cepat disusul oleh bulir yang lain hingga membuat anakan sungai di wajah manis Yi An.

“Aku baik-baik saja. Aku baik-baik saja!”

Luhan menelan ludah. Merasa bersalah karena ia sudah mengungkapkan pengkhianatan adik Yi An hari ini. Seharusnya ia mendengarkan Shin Ra tadi, tapi semua sudah terlambat untuk menyesal kan?

“Kamu mau kemana Yi An?”

Yi An meraih tas ranselnya asal, hendak meninggalkan kedua temannya itu. Ia menggigit bibir bawahnya mencoba menguatkan diri, “Aku tak apa, aku baik-baik saja.” Gumamnya terus menerus.

Luhan menarik bahu Yi An membuat gadis itu berdiri menghadapnya, “Kamu mau kemana huh?”

Dengan kasar Yi An menepis tangan Luhan. Ia berbalik ingin meninggalkan bangunan ini. Hatinya sungguh kacau hari ini.

“Ya! Yi An~a!”

Meski mendengar seruan itu, Yi An sama sekali tak berniat untuk menoleh. Ia hanya ingin pergi. Yi An ingin sendiri. Apa itu salah?

Luhan menarik lengan Yi An. Mendaratkan tubuh gadis itu di dalam rengkuhannya. Yi An meronta namun Luhan tetap memeluknya semakin erat hingga gadis itu benar-benar tak bisa untuk melawan lagi. Luhan mulai mengendurkan pelukannya, memberikan ruang napas bagi dirinya sendiri juga bagi Yi An.

Yi An sudah kehabisan tenaganya. Ia tak bisa melawan Luhan. Energinya sudah habis akibat keluar bersamaan dengan air mata serta kekecewaan.

Luhan membelai surai cokelat Yi An yang tergerai menjuntai hingga punggung. Sangat lembut. Penuh perasaan. Luhan menunduk hingga dagunya mendarat diatas puncak kepala Yi An.

“Semua akan baik-baik saja Yi An.”

Yi An hanya mengangguk meski tak terlalu kentara karena ia terlalu dalam berada dalam rengkuhan Luhan.

“Unnie.. unnie~ya! Yi An unnie!”

“Mwoya? Kenapa kamu berteriak seperti itu huh?”

“Apa unnie mengenal orang ini?” tanya Eun Jung seraya memberikan ponsel pada Yi An, “Unnie.. apakah unnie pacaran dengan laki-laki ini?”

Yi An menatap Eun Jung waspada, “Memangnya kenapa?”jawabnya hati-hati.

Eun Jung menghempaskan tubuh diatas sofa, “Pokoknya mulai detik ini unnie harus menjauhinya!”

“Mwo?”

Eun Jung menolehkan wajahnya untuk melihat Yi An yang sedang memasang wajah terkejut, “Unnie, ini demi kebaikanmu. Tadi aku melihat dia sedang bersama gadis lain.”

“Mungkin saja mereka hanya berteman karena Xiumin memang populer di kalangan gadis-gadis.”

“Aku sangat yakin bukan itu alasannya. Bahkan aku melihatnya mencium gadis itu! Aku melihatnya unnie!”

“M-mwo? Xiumin~a?”

“Geure! Xiumin! Dia itu bukan laki-laki yang baik buatmu unnie. Jadi jauhi dia!”

Air mata Yi An menetes, “Xiumin wae? Hikss..”

“Omona! Unnie, kamu tidak boleh menangisi laki-laki seperti dia. Kamu harus kuat unnie! Lupakan dia!”

“Dasar pembohong.” Desis Yi An tajam ketika secercah memorinya teringat jelas bahkan masih terasa nyata.


THE END

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Treason"

Post a Comment