Di balik senyum yang menenangkan. Di balik tawa yang menuai bahagia. Itulah diriku yang sesungguhnya.
Pemuda itu lagi-lagi menggeliat di atas ranjangnya
seolah-olah ada banyak hal yang ia pikirkan hingga menjadi terlalu gelisah. Ia menghela napasnya
lagi, terdengar kasar dan putus asa. Akhirnya ia memilih untuk mengacak-acak
rambutnya sembari berteriak nyaring dalam posisi yang sudah terduduk di atas
ranjang bersprei putih.
“Baekhyun, apa ada masalah? Seperti bukan kau yang
biasanya.” Seorang pemuda lain yang juga berada di ruangan bernuansa putih itu
tampaknya merasa terganggu dengan kegelisahan roommatenya.
Pemuda yang disebut Baekhyun itu menatap temannya tajam
seakan ia tak ingin diganggu. Ia beranjak dari tempat tidurnya.
“Mau kemana?” tanya teman Baekhyun yang langsung
terduduk bahkan ketika matanya tak dapat diajak berkompromi.
Baekhyun menoleh sekilas pada Suho lantas menutup pintu
agak keras tanpa memberi sedikit jawaban. Langkahnya berjalan ngawur sesuka
hatinya hingga keluar dari apartemen dan menapaki aspal dingin di musim salju.
BEHIND
CHAPTER 1
EXO
Member | Mystery, psycho | PG | Chapter | ChocoYeppeo Artwork | Deev,2015
“Aku sungguh tak melakukannya. Bukan aku, jadi jangan
terus menggangguku,” ocehnya sepanjang perjalanan, bahkan sampai melupakan
udara dingin yang hampir membekukan tubuhnya yang tak mengenakan jaket atau
mantel.
Baekhyun berhenti berjalan. Netranya memandang sebuah
rumah tua yang ada di hadapannya. Rasa gelisah sekaligus takut itu bercampur
menjadi satu bermain di relung hatinya. Ia menelan ludah susah payah sebelum
memandang sekitarnya.
Benar,
tempat ini.
Pemuda dengan warna rambut cokelat madu itu memutar
tubuhnya hendak meninggalkan posisi awalnya. Bahkan ia tak tahu mengapa
kaki-kakinya bisa melangkah ke tempat ini yang padahal jaraknya mencapai tujuh
kilo meter dari apartemen dengan suhu udara yang terlampau rendah.
Crap…
Krek…
Bunyi-bunyian ganjal berpendar di udara menyerempet
indra pendengaran Baekhyun. Sebetulnya tidak terlalu ganjil, hanya saja suara
itu seperti seseorang sedang menginjak dedaunan kering yang padahal detik ini
salju sedang bergelantungan di udara dan singgah di bagian mana saja sesuka
hati. Baekhyun menelan saliva, mengatur napasnya, meyakinkan diri jikalau ia
hanya salah dengar.
Semilir angin bersiul di area daun telinga Baekhyun,
terasa nyata tanpa ada sehelai pun daun yang bergerak dari dahannya. Berbagai
adegan buruk serta menyeramkan di beberapa film horor bergerumul menutupi
lapisan keberanian di hati serta otak Baekhyun. Pikirannya sudah terlalu
tercemar dengan ketakutan.
Baekhyun mencoba melihat ke belakang dengan ekor
matanya, namun tak mampu tertangkap sesuatu selain gundukan salju disamping
pohon. Sejujurnya ia ingin sekali membalikkan tubuhnya untuk melihat kegaduhan
yang dibuat dari sesuatu di belakangnya, tetapi ia tak sanggup melakukan itu.
Atau mungkin lari secepat kilat akan berhasil menyelamatkan dari perasaan takut
yang mengukung, tetapi kedua kakinya terasa beku.
Kresk.. kresk..
Lagi. Bunyi yang menyeruak riuh di gendang telinga
Baekhyun. Kali ini suara gesekan antara dedaunan semak-semak.
Tekadnya sudah hampir membulat, ia putuskan untuk
memutar tubuhnya. ketika putaran itu hampir sempurna membentuk delapan puluh
derajad, dwinetra Baekhyun membulat lebar.
Kedua mata kelam berlumur darah, salah satunya
tercungkil membekas luka. Goresan-goresan pisau dapur tampil diatas wajah membentuk
garis putih memanjang menimbulkan keloid tebal, dan beberapa bagian masih
dipenuhi merah darah. Sosok berambut panjang yang hadir dihadapan Baekhyun
membuat pemuda itu terpaku hingga sosok itu mendekatinya; menyentuh wajah
Baekhyun dengan permukaan yang lebih dingin dari udara malam ini.
BEHIND — DEEV
Keringat dingin mengucur dari seluruh penjuru wajahnya.
Bagai rembulan kesiangan, wajahnya mirip orang berpenyakit parah. Napasnya
tersengal sampai beberapa kali terbatuk. Ia bergegas mengambil cermin yang ada
di laci meja; mengamati tiap jengkal sisi wajah.
Ia menghela napas lega, “Hanya mimpi.”
Ia menunduk sejenak untuk lebih meyakinkan diri; semua
baik-baik saja. kedua manik beningnya menangkap sesuatu yang janggal baginya.
Sesuatu menyerupai bentuk tangan berada di bawah ranjangnya. Ia menelan saliva
serta menyibakkan anak rambut yang menjuntai di sisi wajahnya. Bola matanya
bergerak ketika sesuatu yang menyerupai tangan itu bergerak. Ia menahan
napasnya ketika sesuatu yang menyerupai tangan itu berhenti di depan sesuatu
yang menyerupai kaki telanjang yang kotor disegala sisinya. Kedua tangannya
meremas selimut kuat-kuat; memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya.
BEHIND — DEEV
“AAAA!!!”
Jeritan itu membuat semua orang yang berada di ruang
makan terperanjat. Beberapa mengelus dada setelah mendengar jeritan nyaring
itu; ada yang menggelengkan kepala; serta ada yang mengumpat kesal.
“Chanyeol, ada apa dengan adikmu huh?”
“Mungkin akan lebih baik jika kau membawanya ke rumah
sakit atau psikiater.”
Pemuda yang sedang mengoles selai cokelat diatas roti
itu hanya mencoba mengabaikan ucapan teman-temannya yang ngelantur, “Adikku baik-baik
saja. Dia tidak gila.”
“Lalu apa huh?” Kai menaikkan sebelah alisnya seraya
menatap Chanyeol menantang.
Chanyeol membalas atensi Kai tajam; membanting botol
selai diatas meja cukup keras hingga membuat yang lain terkejut, “Sudah cukup
Kai, kau sudah membuatku muak.”
“Eiy, kalian ini.. sudahlah hentikan.” Lerai salah
seorang bertubuh mungil; Luhan.
Chanyeol menatap Kai sinis sebelum memilih meninggalkan
ruang makan dan menuju kamar adiknya yang beberapa menit lalu berteriak nyaring
mencekik telinga.
“Omong-omong di mana Baekhyun?”
Semua mengedikkan bahu.
BEHIND — DEEV
0 Response to "Behind | Chapter 1"
Post a Comment