EXO’s Baekhyun — OC’s El ♫ Ficlet (502 words) ♫ Adeladin's Poster Art
©2015 Deev
All Right Reserved
—story begin
“Oppa!
Kau menjatuhkan bungaku!”
Baekhyun menoleh tatkala mendengar
seruan itu. Memang tadi ia sempat menabrak seorang gadis kecil yang berjalan
lamban di trotoar, tetapi ia tak melihat ada bunga ditangan anak perempuan itu.
“Aku?” tanya pemuda berambut cokelat
madu guna meyakinkan diri.
Anak itu mengangguk, “Ne, oppa
yang menjatuhkan bungaku.”
Baekhyun memutar bola mata malas, “Oh
ayolah.. itu hanya bunga kan? Cuma satu tangkai pula.”
“T-tapi bunga itu sangat penting
bagiku.”
Lelaki bermarga Byun itu mendecih,
“Lupakan saja, paling-paling bunga itu untuk pacarmu, iya kan? Sekolah dulu
yang benar.”
Gadis itu menatap wajah Baekhyun
sayu, “Bunga itu.. bunga itu untuk Ibuku.”
“I-bumu?”
Gadis itu mengangguk. Entah sejak
kapan Baekhyun telah berdiri disampingnya seraya mengelus bahu gadis itu.
“Pasti Santa tidak akan mau menemuiku
dan Ibu pasti sangat kecewa padaku,” katanya sendu.
“Tidak mungkin, Santa akan tetap
memberimu hadiah dan Ibumu.. aku akan menemanimu membeli baju untuknya,
bagaimana?”
Gadis itu menggeleng, "Ibu sudah
punya baju kesayangannya, jadi kita tak perlu membelikannya pakaian.”
Baekhyun terdiam sekejap, “Ah!
Bagaimana kalau kita belikan makan malam untuknya?”
“Makanan tidak bisa melambangkan
kasih sayang,” sahutnya seraya menatap wajah Baekhyun lekat.
**
Baekhyun membiarkan gadis cilik
bernama El menggandeng tangannya. Itu karena El berkata akan mengajak Baekhyun
bertemu dengan ibunya, tetapi mengapa sekarang mereka berjalan di—“Kenapa kita
pergi ke pemakaman?”
“Itu karena kita akan bertemu Ibuku, Oppa,” jawabnya tanpa berhenti berjalan.
Baekhyun mengernyit, “Apa Ibumu
tukang bersih-bersih makam? Atau mungkin.. penjaga makam?”
“Oh! Itu dia Ibuku!”
Baekhyun menghentikan ocehan tak
bergunanya dan segera mengikuti arah tunjuk El, “Oh.. eodiya?”
El tersenyum sumringah, hal ini
berbanding terbalik dengan Baekhyun, “El~ya,
apa kau mengerjaiku? Tidak ada seorangpun disana. Sshh.. dasar anak kecil, akan
kuadukan pada Ibumu nanti.”
“Oppa..
Ibuku ada disana.”
Baekhyun mendengus, “Eodi? Dimana Ibumu eoh? Aku tak melihat—“ Pemuda itu terperanjat setengah mati ketika
arah tunjuk El mengarah pada salah satu makam yang ditumbuhi rerumputan. Ia
terhenyak bahkan ragu untuk berkata.
“Itu.. Ibuku ada di dalam sana.”
Kalimat El sukses membuat lelaki
berusia duapuluhan itu merinding, “Jadi.. Ibumu.. apakah dia..??”
El mengangguk, “Ibu pernah mengidap
kanker dan sekarang dia sudah tenang di rumah barunya.”
Entah mengapa mendadak tubuh Baekhyun
lemas. Pikirannya teringat dengan sosok ibu yang tengah terbaring koma diatas
ranjang rumah sakit. Kedua matanya terasa amat panas hingga likuid bening
hampir menetes dari ujung matanya.
“Oppa?
Ada apa denganmu? Apa kau menangis? Oppa!”
Sedetik kemudian Baekhyun tersadar
dari lamunannya, ia tersenyum seraya mengusap puncak kepala El, “Anniya, gwenchanha El. Ayo kita doakan Ibumu sekarang sebelum udara semakin
dingin.”
Gadis itu mengangguk.
Lima belas menit kemudian keduanya
telah selesai memanjatkan doa. El meletakkan sebuket bunga di dekat nisan
ibunya. Sedangkan pikiran Baekhyun masih melayang-layang berharap ibunya akan
segera sadar.
“Oh! Salju pertama!” seru El begitu
antusias, “Oppa.. lihat itu!”
“Ne..
aku melihatnya El. Ayo pulang.”
“Oppa!
Jamkkanman yo!”
Gadis cilik itu berlari mengejar
tubuh jangkung Baekhyun yang telah meninggalkannya, tertawa lebar ketika
guyuran salju menimpa tubuhnya. Bergurau dengan sosok ramah bernama Baekhyun.
—fin
0 Response to "A Christmas Day"
Post a Comment