The book that brought me to you.
—story begin
Buku yang tak terlalu
besar bergambar menara Eiffel dan kerlap-kerlip kota Paris itu tergeletak manis
di lantai tanpa ada orang yang berpikiran untuk mengambilnya. Hingga sosok
pemuda yang merasa mengenal buku itu, akhirnya membawa ke asrama.
Sepanjang hari ia tersenyum cengengesan hanya karena
membaca sebaris kalimat di setiap lembar buku yang ia temukan di dekat tangga
kelas dua. Senyum kalem yang seakan menggoda seluruh kaum hawa.
“Kenapa kau tertawa sejak keluar dari kelas huh? Apa
ada yang membuatmu bahagia?” tegur Kyungsoo, teman sekamarnya di asrama
laki-laki. Namun Kai hanya menggeleng, bahkan tanpa menoleh.
.
.
5
Desember 2015
Aku
ingin bahagia.
Aku
tak bahagia.
.
.
Lengkung senyum yang terukir di antara kulit eksotisnya
perlahan memudar dan tak meninggalkan jejak. Apa yang membuat gadis pecicilan itu merasa tak bahagia? Kai
kembali membalik ke lembar berikutnya.
.
.
9
Desember 2015
Kim
Kai.
Apa
aku sudah gila?
.
.
12
Desember 2015
Hari
ini seorang malaikat datang menyelamatkanku dari hujan serpih kaca. Adalah
malaikat yang sama yang bersedia naik ke atas panggung untuk menemaniku menari.
.
.
15
Desember 2015
Kim
Kai.
Aku
suka senyum menawannya.
.
.
20
Desember 2015
Aku..
sepertinya aku menyukainya,
Kim
Kai.
.
.
“YA! NEO!” seru Kai ketika baru saja melewati
koridor dan bertemu dengan seorang gadis. Dengan malas-malasan gadis itu
memutar tubuhnya hingga mereka dapat saling berhadapan.
“Ahh kau lagi. Mwo?
Mwo? Mwo? Mwohae? Kenapa pula
harus ada iblis di sekolah ini? Erg~”
Kai melukis senyum miring di bibirnya seirama dengan
langkahnya yang mendekati gadis berambut sebahu itu.
“Aish jinjja, kenapa aku harus satu seko—mmpp.. le—emp—paskan!”
Lagi-lagi senyum miring yang Kai perlihatkan tatkala
menempelkan buku bergambar Eiffel itu di bibir gadis bernama Oh Rael, “Ini. Ini
milikmu kan? Aku hanya ingin mengembalikannya,” ujarnya sebelum membalikkan
tubuh dan berlalu.
Mata Rael membulat sempurna, “Bu-buku diary.. buku
diary—ku kenapa ada padanya? Aish! Bodohnya aku! Apa dia membaca semuanya?
Semuanya?” gerutunya sembari membuka lembar-perlembar kertas.
“OH!” serunya refleks ketika secarik kertas terjatuh
dari buku diarynya.
.
.
22
Desember 2015
Sekarang,
kau telah menjadi duniaku, Oh Rael.
.
.
—fin
0 Response to "Your[s] Diary"
Post a Comment