Merry Christmas!



El bergegas menutup sambungan telepon, berlari menyelip orang-orang, melewati pintu kaca besar lantas merelakan otot kakinya menegang akibat berlari menyusur lapisan kelabu trotoar. Tak peduli seberapa jauh jaraknya dari bandara, gadis bermata panda itu harus segera tiba di rumah sakit.


“Jun~ah,” panggil El seraya membuka pintu kamar rawat VIP. Ia segera memelankan suara, mengatur napas dan berusaha tak membuat lelaki itu terbangun dari tidurnya.


Bahkan El rela melepas high heels  ketika dirasa sepatu itu membuat kebisingan dengan suara ketukan bertahap. Ia tersenyum. Melihat wajah tampan Jun ketika tidur ternyata sangat luar biasa menyenangkan. Hal ini membuat El tak bisa menahan emosinya untuk menyentuh rambut cokelat lelaki itu, mengusapnya lembut. Sekali lagi ia tersenyum tapi— “Jun~ah yaa!”


Jun menyentakkan tangan, membuat tubuh El terbaring di atas ranjang. Saling berhadapan dengan jarak minimalis. Jemari Jun menggenggam tangan El erat.


“Kenapa kau bisa ada disini?” tanyanya dengan nada sedikit manja, sekaligus mempertipis jarak.


“Eng itu.. itu karena.. karenaa..”


“Jangan bergerak terus El, aku tak bisa istirahat,” tegur Jun yang langsung membuat El berhenti bergerak—mencoba melepas rengkuhan Jun.


El terpaku saat melihat wajah Jun yang kalem tatkala memejamkan mata. Melihatnya sedekat ini adalah sesuatu yang tak bisa diungkapkan lewat kata-kata. Jun mendesah lembut membuat El segera mengalihkan pandangan. Tapi tak ada apapun yang terjadi setelahnya.


El menghela napas ketika fokus matanya kembali terpusat pada wajah Jun, “Apakah kau tak bisa mengenaliku?” lirihnya tak bermaksud mengusik Jun tetapi nyatanya kelopak mata lelaki itu terbuka setelah El mengucapkannya.


“Aku mengingatmu. Aku ingat bagaimana El cilik dan aku pun mengingatmu ketika berubah menjadi seorang wanita cantik. Aku mengingatmu El.”


El memandang wajah Jun, memperhatikan bagaimana keseriusan lewat bola mata gelapnya, meleleh atas tatapan penuh ketulusan. Oh yang benar saja, mata El terasa sangat perih dan panas hingga membuatnya berkaca-kaca. Terharu.


“Selama ini aku merasakannya El, entah bagaimana bisa hal itu terjadi. Meski ada orang lain yang memiliki nama sepertimu, aku tetap merasa orang itu adalah kamu. Hanya kamu.”


El menundukkan wajahnya, serius, ia sudah tak kuat menahan air mata. Jemari Jun mengangkat dagu El, memaksa wajah mereka saling berpandangan. Jun tersenyum pada El.


“Merry Christmas, El.”


“Hm, Merry Christmas.. Wen Junhui,” katanya yang langsung menyambar tubuh lelaki itu. Memeluknya erat. Meluapkan segala kerinduannya.


—fin

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Merry Christmas!"

Post a Comment