Seketika
Song Yeon melepas genggaman Sehun yang sebelumnya cukup erat merangkap
permukaan kulit mulusnya. Dwi netra miliknya mengembang, “A-pa?”
“Seperti
yang kau dengar barusan.”
Song Yeon
diam. Hatinya terselubungi perasaan takut yang cukup tebal, membuatnya sedikit
menundukkan kepala.
“Apa kau
tidak suka padaku?”
Pertanyaan
Sehun membuat jantung Song Yeon melompat. Jika saja Song Yeon tidak langsung
menstabilkan diri, mungkin saja jantungnya sudah bergeser dari ruang awal.
Song Yeon
meremas jemarinya, “Aku.. aku tidak tahu.”
Obsidian
Song Yeon dapat menangkap sepatu yang merangsek maju. Jantungnya kembali
berdegup kencang. Ia ingin sekali mundur selangkah seirama dengan langkah Sehun
yang mendekatinya, tetapi Song Yeon tak mampu.
Sehun
menahan kakinya yang siap maju untuk kedua kali. Alasannya karena melihat tubuh
gadis di depannya yang agak gemetar.
Hening
merajai tanah lapang yang menjadi pijakan Song Yeon dan Sehun. Tidak ada
sepatah pun kata yang terucap. Hanya suara siulan angin yang sesekali menyambar
kedua telinga mereka.
Tangan Sehun
mengepal. Ketika melihat itu Song Yeon mendadak merinding; takut akan apa yang
hendak dilakukan oleh pemuda dihadapannya. Tetapi justru hal yang bercemar di
otak Song Yeon tak ada yang berhasil menebak tentang apa yang akan Sehun
lakukan.
“Nal
bwa.” (lihat aku)
Ragu-ragu
Song Yeon mengangkat kepala, tetapi memilih kembali menunduk setelah melihat ekspresi
Sehun yang serius sekilas.
Sehun
terdengar menghela napas yang tersirat
nada kesal, “Nal bwa! Jebal…”
Song Yeon
merunduk semakin dalam ketika mendengar nada bicara Sehun yang meninggi.
“Mianhae,” lirih Sehun saat menyadari
kesalahan yang sudah diperbuat, “Aku sama sekali tidak bermaksud untuk
membentakmu Song Yeon.”
Sehun
mengangkat dagu Song Yeon perlahan hingga kedua pasang bola mata gelap saling bersirobok.
Setelahnya gadis itu langsung memalingkan muka.
“Aku sungguh
sangat mencintaimu, Song Yeon.”
Mata Song
Yeon memanas seketika, diikuti dengan rasa sesak yang mencekik paru-parunya.
Suara tangis membaur bersamaan dengan angin yang baru saja lewat.
“Wae? Tidakkah kau juga memiliki rasa
yang sama denganku?”
Tangis Song
Yeon bertambah keras. Ia menyingkirkan tangan Sehun yang masih menangkup
wajahnya kemudian menunduk lagi.
Tubuh Sehun
melemas, “Aku rasa kau tak mencintaiku.”
Kepala Song
Yeon menggeleng membuat rambutnya bergerak-gerak di udara, “Benarkah kau..
mencintaiku?”
“Eung,” (ya) jawabnya yang tak lepas
memandang Song Yeon.
Tangis Song
Yeon tercampur dengan suara tawa yang membuat Sehun bertanya-tanya pada diri
sendiri.
Song Yeon
mengangkat wajah kilat, “Aku.. aku sangat senang.”
“Lalu kenapa
kau menangis?”
Garis wajah
Song Yeon membentuk lengkung senyum, “Aku bahagia.”
Sehun masih
mematung, “Be-narkah?”
“Eung,” sahut Song Yeon sembari
mengangguk, “jadi.. apakah aku boleh memelukmu?”
“Huh? Eng.. ya.” jawab Sehun kikuk yang
langsung disambar oleh pelukan Song Yeon.
“Aku juga
sangat mencintaimu Sehun,” seru Song Yeon yang semakin erat memeluk tubuh
jangkung Sehun. Sedangkan Sehun hanya tersenyum ketika mendengarnya.
THE END
0 Response to "Can I Hug You?"
Post a Comment