Awal kedekatanku dengannya sangatlah tidak terduga. Ketika
SMU dan tanpa sengaja aku menabraknya hingga terjatuh dari sepeda. Tatap mata
tajam seakan mengintimidasiku kala itu. Dia sungguh mengerikan ketika marah.
Aku sudah meminta maaf tapi dia tipikal orang yang keras
kepala. Seperti batu yang diterpa gelombang air laut.
Hari berganti hari. Aku berjumpa lagi dengannya. Ketika di
perpustakaan dan aku kesulitan menjangkau buku yang berada paling atas yang
bahkan letaknya lebih tinggi dari tubuhku. Dia datang seperti super hero.
Membantuku mengambilnya. Meski sebenarnya dia pun memiliki tinggi yang tak jauh
berbeda dariku. Dia tetap meraih buku itu padahal ia pun kesulitan menjangkaunya.
Dan walau tak dipungkiri jika kejadian ini sangat sederhana. Bahkan tidak ada
istimewanya sama sekali. Tapi karena peristiwa ini lah membuatku lebih dekat
dengannya.
Kami berteman cukup dekat. Dia sering mendatangi kelas pada
waktu istirahat, kemudian kami pergi ke kantin bersama. Setelah bel masuk
berbunyi kami kembali terpisah dalam kelas yang berbeda. Namun kembali
dipertemukan ketika bel pulang sekolah. Dia selalu mengantarkanku pulang meski
sebenarnya arah kami saling berlawanan.
Minggu berganti bulan. Tiba-tiba dia mengajakku bertemu
ketika hawa dingin tak segan-segan menusuk tulang dan membuatnya ngilu.
“Aku cinta padamu.”
Ketika itu aku hanya bisa terpaku. Kemudian dia menatapku
serius dan meminta jawaban tapi aku sungguh tidak tahu harus mengatakan apa.
Akhirnya aku hanya menunduk dan menggumamkan kata maaf. Dan berlalu.
Kini waktu telah menggulung masa itu dan membuka lembaran
baru.
“Kau masih marah padaku rupanya,” gumamku pada diri sendiri.
Lelaki yang baru saja melewatiku adalah 'dia', yang sejak
awal menjadi topik pembicaraanku dengan Min Ah. Sama seperti waktu-waktu
sebelumnya, aku hanya bisa pasrah dengan semua ini. Dengan sikap tak peduli
dari dirinya. Aku hanya bisa menerimanya.
“Hei Eun Bi,” Min Ah menyenggol siku hingga tergelincir dari
atas meja. Aku menatapnya tajam, “Cobalah mendekatinya, siapa tahu Kyungsoo
masih berharap padamu.”
“Mwo? Hah, itu
sangat mustahil Ahn Min Ah sayang.”
“Tidak ada yang mustahil di dunia ini Eun Bi~ssi.”
Apakah aku mampu membuatnya kembali?
Apakah aku mampu membuatnya peduli?
Apakah aku mampu membuatnya mencintaiku... lagi?
Apakah mampu...
“Hei, kau ini kenapa melamun sih? Aku menyuruhmu
mendekatinya bukan memikirkannya tahu!”
Aku menutup buku kasar dengan mata yang tak berhenti menatap
Min Ah tajam.
***
“Kyungsoo~a!”
Lelaki yang kupanggil menoleh sejenak kemudian kembali
memilah buku di rak bagian fiksi.
Aku menghela napas pasrah, kapan kau bisa memaafkanku huh?
“Kyungsoo~a kita
perlu bicara,”
“Memangnya kau siapa?”
Kalimat dinginnya membuat seluruh organ tubuhku membeku.
“Ikuti aku sekarang juga.” titahku tegas yang hanya
diabaikan oleh Kyungsoo.
Kesabaranku pun mempunyai batasnya. Aku menarik lengan
Kyungsoo mencoba untuk menariknya paksa, namun kekuatannya jauh dibawah
kekuatan Kyungsoo.
“Lepaskan. Kau pikir kau siapa huh?!”
Bola mata Kyungsoo menampilkan kobaran api yang besar.
“Kyungsoo, kita perlu bicara. Aku cuma ingin memberi
penjelasan tentang waktu itu.”
Kyungsoo diam menatapku tajam. Langkahnya mendekatiku.
Menyudutkan tubuhku hingga menempel dinding yang dingin. Aku ketakutan dengan
apa yang akan dia perbuat.
“Bahkan kita tak saling mengenal kan?”
Kaki-kaki Kyungsoo sudah meningalkanku. Namun tubuhku tetap
menempel dinding, membeku. Aku menunduk layu.
“Geurae, kita
memang tak saling mengenal!”
***
0 Response to "Can't You Back Like Before?"
Post a Comment