If Destiny Wants




If Destiny Wants
 Then it Will Happen




Kim Han Bin (iKON) – Myoui Mina (TWICE) v Length : Ficlet  (808 words)


©2015 Ivealux All Right Reserved


Bila takdir memang berniat untuk menyatukan kita, aku yakin semua itu akan terjadi.

Seorang pemuda meraih jaketnya yang tersampir di kursi kayu, sesegera ia mengemudikan sepeda miliknya untuk menelusur jalan menuju suatu rumah di kawasan komplek elit.

Han Bin mengayuh sepedanya sekuat tenaga, meliuk-liukkan awaknya dengan lincah. Menembus gang-gang kecil dan melewati beberapa kendaraan. Lelaki itu hendak meliukkan sepedanya menuju ke kanan tetapi— BUGH!

Sepedanya terpental, sedangkan tubuhnya membentur aspal. Han Bin meringis seraya mencoba bangkit. Bola matanya membulat sempurna saat melihat orang lain yang tampak terluka. Segera ia menghampiri korbannya itu.

“Kau tidak apa-apa?”

Gadis yang sudah menegakkan badan itu memandang wajah Han Bin, “Aku baik-baik saja,” katanya kemudian memilih untuk berlalu.

Raga Han Bin terpaku sejenak dan— “Hei!” serunya seraya berlari kecil menghampiri gadis berambut panjang itu.



“Hei! Berhenti!” ulangnya ketika gadis itu tak jua berhenti. Han Bin masih mengejarnya dan hampir dapat meraih bahu gadis itu, tetapi belum sempat hal itu terjadi gadis itu sudah menahan langkah membuat Han Bin mau tak mau juga harus berhenti.

“Ya! Bilang dulu kalau mau berhenti!”

Gadis itu perlahan memutar tubuhnya, “Maafkan aku,” katanya seraya membungkuk 90 derajad.

“Eh.. eng..” Han Bin mengusap tengkuknya karena gugup ketika melihat wajah gadis itu, “Aku Han Bin dan.. kau?”

“Mina. Myoui Mina.”

Alis Han Bin saling bertaut, “Bukan orang Korea?”

Gadis itu tersenyum ramah, “Bukan, aku disini hanya karena pekerjaan ayahku. Dia sedang mendapat tugas mengurus perusahaan disini.”

Bibir Han Bin membentuk lingkaran, “Rumahmu? Ah maksudku.. kau tinggal dimana?” Han Bin kembali mengusap tengkuknya.


“Oh! Kau terluka!” seru Han Bin ketika sorot matanya menangkap luka memanjang di lengan Mina.

“Tidak apa-apa. Aku bisa mengobatinya nanti.”

“Tidak~ Kau harus mengobatinya sekarang. Ayo ikut aku,” kata Han Bin seraya menggamit tangan Mina tanpa menghiraukan kebingungan yang terpancar di wajah gadis itu.

Han Bin menuntun sepedanya, disampingnya sedang berjalan seorang gadis bernama Mina. Sejak tadi gadis itu terus menundukkan kepalanya, hal ini semakin membuat Han Bin bingung untuk membuka percakapan.

“Apa kau lapar?”

“Huh? Oh.. ehm.”

“Kalau begitu akan kuajak kau ke rumah makan favoritku.”

Dan disinilah keduanya berada. Rumah makan yang tak terlalu besar tetapi cukup ramai. Han Bin memilih tempat duduk di pojok ruangan yang dekat dengan jendela supaya sekaligus bisa menikmati suasana malam.

“Lukamu.. apa masih perih?”

Mina menggeleng, “Sudah lebih baik karna kau membawaku ke dokter. Terima kasih.”

“Kalau rumahmu bukan di daerah itu, mengapa kau ada disana?”

“Ada sedikit urusan yang harus aku selesaikan dengan teman sekolahku. Apa ada yang salah dengan itu?”

“Ah tidak juga,” sahut Han Bin cepat.

Mina tersenyum tipis dibalik makanan yang sedang ia lahap.


“Em.. Mina,” panggil Han Bin yang langsung direspon dengan tatap mata Mina yang berhasil membuat nyalinya menguap. Han Bin memejamkan mata sekilas, “Boleh aku minta nomor ponselmu?”

“Aku tidak memilikinya.”

“Apa kau tidak ingin kita menjadi teman?”

“Tentu saja aku ingin tetapi, sungguh aku tidak memilikinya.”

“Di zaman seperti ini kau tidak memilikinya? Apa aku bisa mempercayaimu?”

“Aku memang tidak memilikinya Han Bin, kenapa kau terus meminta. Itu mengganggu,” kata Mina yang diakhiri dengan eyes smile manis.

“Lalu.. kalau seperti ini, bagaimana kita bisa bertemu lagi?”

“Takdir?”

“Jangan bercanda!”

“Kau tidak mempercayai takdir?”

“Untuk apa percaya pada hal seperti itu?”

Mina menghembuskan napas, “Ayolah Han Bin. Jika kita memang digariskan untuk bertemu lagi, pasti kita akan bertemu. Sudah ya, aku harus pulang, sudah malam.”

***

Setiap hari, setiap malam, setiap waktu luang jika sempat Han Bin hanya akan memikirkan satu nama, satu wajah, satu kenangan manis. Ia menghembus napas berat.

Kenapa takdir tak jua memberi sebuah tanda?

Gadis itu, dimana dia sekarang?

Apa dia sehat?

Apa dia masih mengingatku?

Bagaimana kabarnya?

Kapan kita bisa bertemu lagi?

Han Bin membuka pintu kamarnya, berjalan oleng mengambil air minum di dapur.

“Ada apa denganmu nak?” tanya seorang wanita yang tak lain adalah ibu Han Bin. Ia menghela napas ketika pertanyaannya tak direspon, “Apa kau sudah mengembalikan buku yang kau pinjam di perpustakaan?”

BANG!

Han Bin mengayun langkahnya memasuki kamar, mengambil jaket, mengambil beberapa buku yang dimasukkan ke dalam tas tenteng kecil, “Terima kasih sudah mengingatkanku Bu!” teriaknya.

Han Bin menggoes sepeda miliknya menyusuri jalanan yang menuju perpustakaan dimana ia meminjam buku. Hampir tiba, tetapi kakinya berhenti mengayun.



Bukankah dia…?

Gadis yang merebut atensi Han Bin menolehkan kepala memandang jalan raya.

Itu Mina!

Han Bin menggoes sepeda lebih cepat untuk menghampiri gadis yang tengah berjalan di trotoar itu. dan dengan tepat mengerem sepeda di depan gadis itu. sontak saja gadis itu terlonjak karena terlalu terkejut.

Wajahnya memerah menahan emosi. Sebenarnya ia hendak memaki orang yang sudah seenaknya berhenti di depannya, tetapi semua itu memudar ketika ia mengetahui siapa orang itu.

“Han Bin?”



Lelaki yang dipanggilnya tersenyum puas, Ini benar-benar kau, Myoui Mina!

Han Bin menghempas sepedanya, bergerak kilat memeluk tubuh gadis dihadapnnya.

“Mina, akhirnya kita dapat bertemu kembali. Aku sangat merindukanmu,” ungkap Han Bin yang semakin mempererat pelukannya.


-fin

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "If Destiny Wants "

Post a Comment