5 Minutes Before


5 Minutes Before

Joshua Hong [Seventeen] Ficlet (664 words) Deev ♫ DL Project's poster art

©2015 All Right Reserved

Pintu berwarna putih itu terbuka seirama dengan seorang lelaki yang menampakkan diri. Sebagian tubuhnya masih basah terutama di bagian rambut. Lekas ia menyapukan serat lembut handuknya pada kepala.

“Jo, sepertinya ada sms atau telpon di ponselmu, sedari tadi berdering—kau tahu itu membuatku pusing.”

Lelaki itu tersenyum sekilas lantas begerak mengambil ponselnya diatas meja, “Kalau membuatmu pusing kenapa tidak diangkat saja hah? Dasar kelainan.”

Pemuda yang tengah duduk diatas sofa berwarna pale orange itu menoleh sekilas, “Itu karena aku tidak mau peringkatku turun lagi,” lantas kembali melanjutkan game andalannya.

“Kelainan akut,” gumam Joshua seraya membuka lock screen ponselnya.

Hari ini yang terakhir aku menginjakkan kaki di tanah Korea. Entah akan ada kesempatan lagi untuk kesini atau tidak, tapi sekarang aku akan pergi.

“Jo, mau adu kekuatan denganku tidak? Aku jago memainkannya ta—“

BRAK!! —Joshua membanting daun pintu keras sekali sampai membuat Jun mengedikkan tubuh kilat. Serius, Jun sangat terkejut.

Joshua berlari menuruni anak tangga sekiranya akan lebih mempersingkat waktu ketimbang harus menunggu pintu lift terbuka. Tapi nyatanya hal itu sama saja. Ia meliukkan tubuhnya menelisip orang-orang, kemudian berbelok ke koridor berbentuk L.

Joshua menuruni anak tangga lagi, lagi, lagi dan lagi. Lapisan kulitnya dengan cepat berproduksi membuat tubuh Joshua telah bermandikan keringat dalam hitungan menit. Disela kaki-kakinya melangkah lebar, Joshua membuka ponselnya lagi dan mengetik sesuatu diatas layar.

Kau dimana?

.

Incheon airport.

“Incheon?” suara Joshua melejit bersamaan dengan tubuhnya yang bergegas menuju basement untuk mengambil mobil.

Alas kakinya menginjak pedal gas urakan. Ia mengemudi di jalan raya dengan kecepatan penuh—mengabaikan semua lalu lintas yang akan berantakan karenanya. Napas Joshua memburu akibat kekuatannya hampir terkuras habis.

Teneng!

Teneng!

akkinda

yojeum mallya naega mallya (yojeum yojeum mallya)
eojjeodaga nuni busineunga
igijeogin oemo gyeomsonhan seongpumeul bwa
yeogi gamhi eodirago nongi anya
neoui maeryeoge naehan sasireul gohanda Oh
nal bogo unneun ge joaseonji animyeon
geunyang useuwo boineun geonji Ho Adore U [Seventeen]



Ponsel Joshua berdering berkali-kali namun titik fokusnya telah sempurna pada jalanan di depannya. Membuatnya sama sekali tak peduli pada ponsel—meski mendapat pesan dari seseorang pun.

Joshua membanting stir mobil, memasukkannya pada kawasan parkir—tanpa mengatur letaknya. Ia membuka pintu mobil lantas bergegas menerobos masuk ke dalam, berlalu dari sebuah pintu kaca yang selalu berdiri tegak di jalan utama. Meski sempat terhuyung karena bertubrukan dengan banyak orang—tidak apa-apa, itu bukanlah masalah.

“Penerbangan ke Indonesia?” pekik Joshua tepat setelah menginjak lantai di depan salah satu petugas bandara.

“Oh baru saja lepas landas Tuan. Lima menit yang lalu.”

Deg— Joshua terhenyak, tubuhnya melemas dalam hitungan detik. Bola matanya melirik tak tentu arah, tubuhnya masih terpekur dalam keterdiaman. Hingga beberapa kali jarum jam bergerak memutar, barulah Joshua tersadar. Dengan jantung yang memompa cepat, Joshua berlari keluar—menghiraukan umpatan kasar orang-orang yang tak sengaja bertabrakan dengannya.

Semangatnya luntur, benar-benar luntur. Dengan langkah gontai Joshua menuju tempat parkir—masuk ke dalam mobilnya.

Teneng!

Joshua melirik ponselnya yang tampak bersinar, kemudian menyambarnya dengan gerak malas—sama sekali tak bergairah.

Joshuaa! Joshua Opaaa! Hong Joshuaaaa! Joshua Hoooongggg! Hehehe.. enggak jelas banget ya? Iya kok aku tau hehehe. Eng.. Oppaa? Kamu dimana? Apa kamu ke bandara? Aku tak melihatmu disini. Kau dimanaaa? Dimana Oppaa? Hihihi.. tambah enggak jelas!
.
.
Ayo kita bertemu lagi Oppa!

Joshua tertegun, atensinya berotasi menatap langit setelah mendengar voice note bersuara lembut. Sayup-sayup terdengar deru pesawat yang menembus cakrawala, membentang di atas awan dengan meninggalkan garis-garis kenangan yang terukir manis di hamparan biru.

Oppa, apa kau mau kemari?
.
Ke Bandara?
.
Tidak perlu Oppa.
.
Sungguh.
.
Apa kau sudah berangkat?
.
Baiklah, aku akan menunggumu!
.
Sebentar lagi pesawatku akan berangkat.
.
Kau..
Apa kau tidak jadi kemari?
.
Oppa?
.
Oppaaaa!!
.
Jawab kenapa sih!
.
Kalau begitu, kau tidak perlu menyusulku. Karena aku sudah akan masuk ke dalam pesawat. Sungguh! Aku akan pergi!
.
Ah, kau tak kemari ya? Baiklah padahal aku mengharapkan kau datang. Setidaknya aku bisa berpamitan.
.
Joshua Oppaa… aku suka senyumanmu itu! Juga sorot matamu! Aku suka semuanya!
.
.

—fin

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "5 Minutes Before"

Post a Comment