Walking together in dark is better than walking alone in light
Kim Bobby adalah seseorang yang menjunjung tinggi rasa
kebersamaan. Ia tidak akan merasa nyenyak dalam tidurnya jika ia tahu satu dari
temannya masih terjaga. Ia juga tak merasa tenang bila satu dari temannya belum
pulang. Singkatnya, Bobby memiliki rasa sosial yang tinggi dan tidak suka
sendirian.
Tumbuh dalam keluarga yang besar membentuk karakter Bobby
yang begitu rupanya. Namun untuk beberapa saat Bobby mengalami masa-masa kelam
dalam hidupnya. Saat-saat di mana ia terpaksa meninggalkan tanah kelahirannya
untuk tinggal di Seoul seorang diri. Bobby merasa dirinya akan mati bosan dan
kesepian. Lalu Kim Jinhwan dan Goo Junhoe datang sebagai murid pindahan yang
membutuhkan tempat tinggal, tentunya dengan senang hati Bobby meminta dua teman
barunya itu untuk tinggal.
Siapa pun tak menyangka jika mereka bertiga memiliki
kisah yang sama. Bobby, Junhoe dan Jinhwan dengan cepat menjadi teman baik yang
bersenang-senang bersama saat malam dan bahu-membahu saat pagi menjelang.
Layaknya teman baik pada umumnya.
“Takdir memang mengejutkan,” pikir Bobby.
Pada saat-saat bahagianya itulah Bobby mulai percaya
bila berjalan bersama-sama dengan temannya dalam jalan yang gelap lebih baik
daripada berjalan sendirian dalam terang.
iKON’s Bobby | Psychology | General | Ficlet | SamDiey | Nouhae’s Art
Layaknya roda kehidupan yang berputar, masa-masa tenang Bobby dan kedua
sahabatnya tak bisa berlangsung selama itu. Pada suatu malam Bobby asyik
menonton siaran ulang pertandingan bola favoritnya sembari menunggu Junhoe dan Jinhwan
yang pergi keluar.
Brak
Pintu ditutup dengan kasar sehingga Bobby mau tak mau,
pergi melihat apa yang terjadi. Hanya ada Junhoe yang berdiri congkak di ujung
lorong masih melepas sepatunya yang dikotori noda merah.
“Jinhwan?” tanya Bobby yang membuat Junhoe menatapnya
sendu.
“Dia sudah pergi, Bobby. Kurasa dia tidak sebaik yang
kita kira,” jawab Junhoe singkat sebelum meninggalkan Bobby berdiri sendirian
di lorong untuk masuk ke kamarnya.
Lalu siapa yang menjamin kapan kiranya Junhoe merasa Bobby
tidak sebaik itu? Tidak ada. Tidak ada yang bisa memahami jalan pikir Junhoe. Tidak
ada pula yang bisa memahami jalan pikir Bobby maupun Jinhwan. Ketiganya sama, Bobby
hampir lupa itu.
Bobby berjalan lesu ke arah dapur. Ia harus mengakhiri
semua ini, persis seperti di awal pertemuan mereka. Bobbylah yang membiarkan
Junhoe dan Jinhwan ikut masuk ke rumah ini, maka ia juga yang harus mengirim
mereka pergi, setidaknya satu dari mereka.
ooo
Denting jarum jam yang terdengar begitu lambat menambah
rasa bosan Bobby. Tatapan tajam dari tua bangka di hadapannya juga tidak
membuat keadaan menjadi lebih baik. Bobby begitu bosan hingga ia merasa
kematian terasa lebih menyenangkan.
“Kenapa kau melakukan itu, Bobby?” tanya paman tua itu
pada akhirnya, memecah kesunyian yang ada. Bobby menghela napas pelan, berusaha
mengingat kembali apa yang mendorongnya melakukan itu pada Junhoe.
“Dia membunuh Jinhwan,” jawab Bobby dengan begitu
tenang.
Paman tua itu menggeleng pelan sebelum melanjutkan, “Bukan
itu, Bobby.. kenapa kau membunuh keluargamu?”
Ah ya, benar. Bobby lupa akan hal itu karena sudah
berlalu cukup lama. Bobby melupakan fakta jika dirinya, Bobby yang sebenarnya,
membenci terang dan lebih membenci orang lain. Bobby yang sebenarnya tidak
memiliki masalah dengan hidup seorang diri dalam kegelapan.
Senyuman yang entah kenapa terasa begitu dingin dan
menakutkan itu singgah di wajah tampan Bobby sebelum remaja itu berucap lirih.
“Trust no one and you’ll be safe sir,”
0 Response to "Call Me Psycho"
Post a Comment