Tahu apa yang selalu membuatku tak bisa marah padamu? Itu karena manisnya senyumanmu, Yunbi-ya.
Suara pintu yang berderik menandakan kedatangan
seseorang. Di dalam apartemen sederhana bernuansa klasik itu tak terlihat
sedikitpun tanda-tanda kehidupan. Sangat sunyi dan sepi. Lelaki yang baru saja
mendorong pintu itu pun hanya mampu melenguh pelan saat tubuhnya terasa pegal
akibat seharian bekerja. Ia memijat tengkuk serta meregangkan otot-ototnya.
“Pukul duabelas malam,” gumamnya saat dwirungu miliknya
menangkap suara jam dinding yang berdentang. Jinhwan menghembuskan napas.
Sejenak kemudian, ia melepas sepatu hitamnya yang mengkilap dan meletakkan di
rak dekat pintu. Lantas berlalu menuju dapur sekadar meneguk air untuk melepas
dahaga.
iKON’s Jinhwan featuring OC’s Yunbi | Romance | PG | Ficlet | freakeybum Artwork | Vaehyunee,2016
Jinhwan meletakkan gelas agak keras hingga menimbulkan
dentuman antara gelas dan meja. Lehernya benar-benar pegal saat ini, rasanya
seperti ingin copot. Dan kalaupun kepala bisa dilepas, mungkin Jinhwan akan
melakukan itu untuk mengurangi bebannya. Ia berjalan menuju tempat destinasi
ternyaman yang ia punya di apartemen ini. Apalagi kalau bukan kamar?
Jinhwan membuka pintu kamarnya, “Huh? Yunbi-ya, kau di
mana?” ucapnya saat tak menemukan tanda-tanda sang istri yang ia harapkan bisa
mengurangi rasa letih setelah melihat wajah manis wanita itu.
Alhasil, Jinhwan pun memilih menutup pintu kamarnya
seperti sedia kala dan melangkah menuju ruang kerja Yunbi. “Aish, anak itu pasti masih berduaan
dengan..” Jinhwan mendengus. “Tebakanku benar sekali,” ucapnya pelan lalu
berjalan mendekati Yunbi yang tengah duduk di depan layar komputer.
Yunbi sangat fokus dengan apa yang sedang dikerjakannya
sampai tak menyadari kehadiran Jinhwan yang berdiri di sampingnya selama lebih
dari lima menit. Ketika Yunbi sudah menyentuh keyboard, tangannya tak bisa berhenti untuk menekan tombol
sana-sini. Begitu pula dengan dwinetra karamelnya yang tak bisa lepas memandang
layar 17 inch yang bersinar terang meskipun lampu tak dihidupkan.
“Ekhem, sudah
berapa lama kau di sini?” ucap Jinhwan akhirnya. Namun Yunbi tak sedikitpun
menoleh. Ia tetap mengetik sambil bergumam tak jelas. Hal ini membuat Jinhwan
merasa tak dihargai, sehingga ia kembali berdeham, namun kali ini lebih keras
dari sebelumnya. “Ekhem.”
“Uhm, Jinhwan-ah, kau belum tidur? Aku sedang
mengerjakan naskahku dan harus selesai besok pagi. Kau sudah makan? Aku harap
sudah karena aku tak sempat memasak malam ini.”
“Kau sendiri sudah makan?”
“Diet,” jawab Yunbi singkat, masih tak melepaskan titik
fokusnya dari layar komputer yang menyilaukan mata.
Jinhwan menghela napas. “Yunbi-ya, diet itu tidak baik untuk kesehatanmu. Dan juga, kenapa kau
harus begadang sampai tengah malam? Aku tak suka.”
“Pergilah tidur. Besok kau masih harus pergi syuting,
kan?”
“Yunnbi-ya..”
“Gwaenchanha.
Kau tidur duluan saja. setelah selesai, aku akan segera menyusul.”
Percuma. Nasehat Jinhwan tak pernah didengar oleh
Yunbi. Wanita itu hanya peduli dengan naskahnya tanpa memikirkan kesehatannya
sendiri. Seberapa banyak kata yang diucapkan Jinhwan, semua itu tak akan mempan
untuk menyuruh Yunbi meninggalkan komputernya.
“Night, Bi,”
ucap Jinhwan sambil mengecup puncak kepala Yunbi. “Jangan lewat dari jam tiga!
Aku tak suka menunggumu teralu lama. Rasanya ranjang kita menjadi sangat dingin
tanpamu,” kata Jinhwan sambil menyunggingkan seulas senyum yang dipaksakan
sekali.
Yunbi terkekeh pelan. “Siap!”
Jinhwan menatap punggung Yunbi sekali lagi. Mengapa
perasaannya begitu tak rela melihat Yunbi yang selalu begadang? Jinhwan merasa
enggan meninggalkan Yunbi sendirian di malam yang sepi di ruang kerjanya. Jinhwan ingin menemani istrinya setiap saat,
sekalipun ketika ia merasa sangat letih setelah syuting. Jinhwan menunduk sekejap
kemudian memandang punggung Yunbi lagi.
“Yunbi-ya, saranghae,” bisik Jinhwan tepat di
telinga Yunbi. Akhirnya Jinhwan memutuskan untuk menghampiri wanita itu dan
mendekap tubuh rampingnya dari belakang.
—fin
0 Response to "When I See Your Smile"
Post a Comment