Arin bangkit dari duduk manisnya ketika dirasa suasana
tak lagi bersahabat dengan hatinya. Berbagai kalimat yang terucap dari bibir
lelaki di hadapannya sungguh membuatnya muak. Terlebih semua kalimat itu
hanyalah omong kosong yang lebih pantas masuk ke dalam tong sampah daripada
merasuki gendang telinganya.
Tetapi untuk meninggalkan apartemen mewah ini, Arin tak
bisa menggapai pintu dengan mudahnya. Karena dengan sigap lelaki itu menahan
serta menarik lengan Arin hingga wajah mereka berhadapan sangat dekat.
Ingin sekali untuk memberontak, tetapi otot kekar Luhan
membuatnya sulit bergerak. Ditambah lagi cengkeraman itu semakin menguat
setelah beberapa pemberontakan yang dilakukan Arin yang sebenarnya tak memberi
efek apapun pada lelaki itu.
“Lepaskan aku!” pekik Arin.
Luhan
and OMG’s Arin | Comfort | PG | Ficlet | EgaArtwork | Vaeylxyz,2016
Dan tanpa ba-bi-bu Luhan langsung melepas
cengkeramannya dan memasukkan tangannya ke dalam saku celana seolah tak terjadi
apa-apa.
Wanita itu mendengus kesal seraya mengusap lengannya
yang memerah akibat cengkeraman makhluk berotot kekar itu.
“I will not hurt yourself if you do something I want.”
Terdengar samar suara decihan yang dikeluarkan Arin
membuat lelaki itu menoleh cepat dan langsung melapisi obsidian Arin dengan
tatap matanya yang bagai serigala.
“Aku bersungguh-sungguh ,Arin. Jika kau percaya padaku
dan mengikuti semua rencanaku, all will be fine. Dan tentunya suamimu itu tak
akan tahu-menahu mengenai hubungan kita,” kata Luhan yang mencoba meyakinkan Arin.
Kedua tangannya menyentuh bahu wanita itu, seakan hendak menyalurkan rasa
kepercayaan.
“I can’t do that, Hwan. I think.. semua cukup sampai di
sini saja. I will—”
Tubuh Arin bagaikan sehelai daun yang baru saja terjun
dari dahannya ketika Luhan dengan tiba-tiba menarik tubuhnya. Sepersekian detik
hingga bibir mereka saling bertumpu. Ciuman itu hanyalah sepihak atas dasar
keinginan Luhan dan bukan Arin. Akan tetapi untuk melepasnya begitu sulit bagi Arin
karena lelaki itu semakin memasuki rongga mulutnya. Menjamah semuanya.
Beberapa kali Arin memukul lengan serta punggung Luhan
tetapi tak ada hasil yang ia dapat. Justru malah ciuman yang semakin menyita
ruang napasnya. Melihat wajah Luhan sekarang ini membuat Arin tak dapat meredam
emosinya. Apalagi lelaki itu terlihat sangat menikmatinya seorang diri.
“EEUNG!” seru Arin sebisanya.
Hampir saja ia kehilangan seluruh oksigen seandainya Luhan
masih sibuk menelusur rongga mulut Arin. Tetapi untunglah lelaki itu tersadar
ketika napasnya pun mulai terengah.
“Are you crazy, huh? Think with your brain! You don’t
have that?!” maki Arin setelah beberapa detik mengisi oksigen pada paru-parunya
yang mengering dan hampir lepas dari tempatnya.
“Aku sudah mengatakannya, Arin. Semua bisa saja
berjalan dengan lembut jika aku tak harus memaksamu.”
Deru napas wanita itu masih jua menggebu, tetapi
diusahakan supaya terlihat normal ketika kedua obsidian miliknya serius memandang
wajah lelaki itu.
“Dengar, aku sudah memiliki suami, Luhan, do you
understand? Jadi, aku mohon padamu.. tolong akhiri semua ini. Aku tak kuasa
menahan air mata ketika melihat Baekhyun yang tampak lelah sepulang kerja. Di saat
ia sibuk mencari penghasilan demi keluarga kecil kami, justru aku sibuk
berselingkuh denganmu. Aku rasa semua ini salah. Aku tahu terlambat untuk
menyesal, jadi aku—mulai sekarang aku akan bersikap baik padanya.”
Perlahan air mata Arin bergulir melewati pipinya dan
dengan sigap langsung dihapusnya menggunakan punggung tangan. Ia tak boleh
menangis. Wanita bukanlah makhluk yang lemah.
Langkah Luhan berangsur maju. Ditangkupnya wajah Arin
yang sudah lengket berkat air mata yang tak kunjung reda, serta diberilah
tatapan teduh untuknya.
“Tak apa, Arin, tidak masalah. Jangan menangis lagi,”
tuturnya halus seraya mengusap air mata yang kembali menerobos pelupuk. Kadang,
Luhan bisa menjadi laki-laki dingin yang selalu melakukan apapun yang ia mau,
tapi kadang kala ia juga bisa menjadi pria yang lembut ketika melihat orang
yang dicintainya menangis.
Tangis Arin semakin mengudara, memaksanya untuk mencari
tempat nyaman untuk meluapkan air matanya dan tempat itu adalah Luhan. Arin
mendekap tubuh Luhan erat. Menangis sejadi-jadinya hingga dirasa semua
kesalahannya telah memudar, tetapi tak bisa. Karena kesalahannya telah melekat
erat pada hatinya.
“Maafkan aku, semua ini salahku. Seharusnya aku tak
melangkah lebih jauh setelah mengetahui tentang pernikahanmu dengan Baekhyun.”
“Aku akan merahasiakan semua ini, Arin. Tak akan ada
satupun orang yang mengetahui semua ini, I promise you. You can trust me.”
Arin mengangguk meski tak kentara. Tentu saja semua ini
harus menjadi rahasia tanpa seorangpun mengetahuinya kecuali Arin dan Luhan. Dan biarkan semua isi hati Luhan terkunci di
dasar hati bersamaan dengan pintu hati Arin yang perlahan menutup diri darinya.
Arin,
aku akan mencoba melepaskanmu walau aku enggan melakukannya.
—fin
0 Response to "Don't Tell a Soul"
Post a Comment