Related post:
1
“Kau
sudah pulang?” Mi Yeon mengangguk seraya menutup pintu. “Ada apa?” Mi Yeon
hanya menggeleng. “Cerita padaku, Yeon-a!
Memangnya kau anggap aku ini apa, hm?” ujarnya dan langsung menyambar tubuh
kawannya itu, merangkulnya.
“Mau minum
denganku?”
Ia nampak
sangat terkejut, sejurus kemudian ia melototi Mi Yeon. “Apa kau baik-baik saja,
huh? Biasanya kau akan melarangku minum, tapi sekarang.. hm, tampaknya kau
sangat stres, ya? Kenapa kau tak pernah mau cerita padaku? Ceritakan saja, eoh?”
Mi Yeon
mengusap rambut Yewon, “Gwaenchanha,
ya sudah, aku mau tidur,” ujarnya.
“Hm? Ada
apa dengannya? Yeon-a! Minumnya
bagaimana?” Suaranya naik satu oktaf saat menanyakan itu.
Mi Yeon
mengibaskan tangan di udara. “Aku berubah pikiran, aku akan tidur saja.”
Wanita
bersurai hitam kecokelatan itu mengerucutkan bibirnya. Temannya yang satu ini
memang sulit ditebak, tapi ia sangat menyukai Mi Yeon, mengenai semuanya. “Apa
dia marah padaku? Akhir-akhir ini aku terlalu sibuk dengan restoran mie. Tidak
mungkin kan? Ya sudahlah,” pikirnya sebelum masuk ke dalam kamar.
HOW DEEP IS YOUR LOVE—VXIEBELL
Beberapa
hari ini Luhan tak dapat menyelesaikan syuting dengan baik, sampai sutradara
menegurnya. Ini tak seperti Luhan yang biasanya. Banyak kru yang heran, bahkan managernya sendiri juga keheranan. Siang
ini derajat matahari sedikit naik, menimbulkan kegerahan yang memicu emosi.
Sudah lebih dari empat kali sutradara memarahi Luhan karena ketidakbecusan
sekaligus ketidakprofesionalnya dia. Luhan hanya bisa meminta maaf, tak
mengiraukan lebih jauh omelan sutradara itu.
“Luhan, apa
ada masalah?” tanya Taehyung, managernya
seraya menyerahkan segelas kopi dengan bongkahan es batu yang menyegarkan.
Bukannya
segera menjawab, ia malah terdiam seolah ada banyak sekali masalah yang
menimbun kepalanya.
“Hey, kau
melamun? Sebenarnya apa masalahmu, huh? Kau sudah membuat banyak orang emosi
hari ini. Tidak bisakah kau menyelesaikan masalahmu?” nasihat Taehyung setengah
jengkel. Karena ia managernya, justru
ialah yang paling banyak dimarahi oleh kru.
“Mianhae, malam ini aku tak ada jadwal
kan?” Kemudian menyeruput minumannya.
“Hm, wae?” Luhan tak menjawabnya.
HOW DEEP IS YOUR LOVE—VXIEBELL
“Kenapa
dia tak menjawab? Sudah malam begini,” gerutunya panik. Jam dindingnya sudah
menunjukkan pukul 11.30, namun kawannya belum juga pulang ke rumah. Padahal ia
sudah tak ada job di waktu dekat ini. Syutingnya sudah selesai dua hari yang
lalu. Jadi, kemana perginya anak itu?
Yewon
memutus sambungan geram. Ia tak butuh jawaban operator sama sekali. Akhirnya ia
membuka kontaknya dan menghubungi Luhan. Walaupun tak terlalu dekat dengannya,
apa boleh buat? Sekarang bukan waktunya banyak pertimbangan. Setidaknya mereka
saling kenal. Yewon mengenalnya karena Mi Yeon. Kadang, ia sangat bersyukur
karena dulu mau berteman dengan Mi Yeon dan mempersilahkannya tinggal di rumahnya,
sekarang ia mendapat imbalannya. Karena gadis itu menjadi artis, Yewon bisa
bertemu dan kalau beruntung bisa mengobrol dengan artis kenalan Mi Yeon.
“Yoboseyo, Luhan-ssi?”
HOW DEEP IS YOUR LOVE—VXIEBELL
Luhan
berlari di trotoar, ponsel Mi Yeon tak dapat dihubungi. Jadi, mau tak mau ia
harus mencarinya seperti ini. Perasaannya begitu cemas dan khawatir. Apa yang
sedang dilakukan Mi Yeon? Apa dia baik-baik saja? Bagaimana kalau terjadi
sesuatu padanya? Luhan membuka matanya lebih lebar. Menajamkan obsidiannya di
setiap penjuru kota. Acaranya untuk tidur dan merefreshkan otak seketika gagal karena Yewon meneleponnya dan
mengatakan kalau Mi Yeon belum juga pulang sejak pagi tadi.
Ia melirik
arloji berwarna gold yang melingkar
di pergelangan tangan kirinya. Suara desahan terdengar dari mulutnya.
Berakhirlah ia mengambil ponsel dan menghubungi Yewon.
“Eoh, Yewon-a, apa dia sudah pulang?” Setelah mendengar jawabannya, ia segera
mematikan sambungan dan mulai mencari lagi. Bagaimana
dia belum pulang sekarang?
Luhan
mengambil arah ke kanan, berlari di trotoar. Jalanan sangat sepi mengingat
waktu sudah menunjukkan pukul dua pagi. Ia merasa marah dan kesal. Bagaimana
bisa wanita seperti Mi Yeon belum pulang jam segini?
Ponselnya
bergetar di saku celana, buru-buru diangkatnya setelah melihat nama Yeon
tertera di layar. “Sekarang kau di mana, hah?” tanyanya hampir menjerit.
“Omona..” Terdengar sebuah suara yang
membuat alis Luhan saling bertaut. Ia menjauhkan ponsel dari telinga dan
mengecek ulang siapa gerangan yang menelepon. Ia tak salah lagi. “Bawa pacarmu ini pulang!”
Luhan
terhenyak. “Di mana? Aku segera ke sana,” ujarnya sambil berlari.
HOW DEEP IS YOUR LOVE—VXIEBELL
Luhan berhenti setelah melihat
sebuah kedai yang tadi dimaksud peneleponnya. Ia berdiri sambil mengatur napas
sebelum masuk ke dalam. Ruangan itu tampak sepi dengan kursi yang sudah
dinaikkan di atas meja. Semua sudah tertata rapi, kecuali satu meja. Ia hampir berlari
menghampiri meja itu.
“Yeon-a,” undangnya.
“Kau sudah
datang? Bawa anak itu dari sini. Menyusahkan saja, aku sudah mau tutup, tapi
dia sangat mabuk dan tak bisa apa-apa,” gerutu seorang wanita sambil
menuding-nuding wajah Luhan.
“Yeon-a, kau bisa jalan?”
“Seharusnya
kau peka! Kenapa kau pergi, huh? Aku akan pergi berlibur sangat jauuhh, tapi
kau hanya bilang selamat malam? Pria macam apa kau ini, huh?!” Mi Yeon
menuding-nuding wajah Luhan penuh emosi, ia juga memukul-mukul tubuh lelaki itu
seolah dialah penyebab kekacauan ini.
Luhan
bergegas memapah Mi Yeon bangkit dari kursi. Sebelum pergi, Luhan membungkuk
pada pemilik kedai tersebut sambil meminta maaf. Minum berapa banyak dia?
“Lepaskan
aku! Aku belum selesai.. kenapa kau di sini, huh? Pergiii!” Mi Yeon menjambak
rambut Luhan. Ia mendorongnya, namun Luhan tetap mempertahankan Mi Yeon.
“Lepaskan
akuu! Lepaskan!!” jerit Mi Yeon. Terdengar sangat kesakitan dan frustasi.
Akhirnya Luhan melepaskannya. Ia berdiri menatap Mi Yeon yang rambutnya
berantakan. Ia menelan ludah. Apa Mi Yeon
sangat menderita?
Sebulir air
mata mengalir di wajahnya yang putih. Mi Yeon sesenggukan menangis. “Kenapa?
Kenapa kau tak mencegahku, huh? Aku.. aku kesepian, apa kau tahu? Aku
sendirian.. tidak ada yang bisa dihubungi, bahkan kau pun juga.. sibuk dengan
syutingmu itu! Wae?!!”
Luhan
menelan ludah. “Mianhae.” Ia meraih
lengan Mi Yeon, namun berhasil ditepis.
“Kau sama
sekali tak peduli padaku! Sama saja! Semuanya sama saja! Tidak ada yang
mempedulikanku! Tak satupun!”
Melihat Mi
Yeon seperti ini membuat hati Luhan tersayat. Ia maju selangkah. Kemudian
menariknya ke dalam dekapannya. “Maaf, maaf aku tak bisa selalu ada di
sampingmu,” bisik Luhan tepat di daun telinga Mi Yeon. Suara tangisnya kembali
membuncah hawa sepi.
Lengan Mi
Yeon memukul-mukul punggung Luhan lemah. “Aku kesepian.. hiks hiks.. aku hanya
ingin ada satu yang menemaniku. Kenapa tidak ada yang bisa? Apa salahku, eoh?”
Luhan
memperdalam pelukannya. “Aku yang salah, mianhae.”
Mi Yeon menangis lebih kencang, membuat Luhan semakin mempererat dekapannya,
mencium rambut berwarna cokelat-pink, membenamkan wajahnya di dalam untaian
setiap helainya.
HOW DEEP IS YOUR LOVE—VXIEBELL
Cahaya
menerpa mata yang masih terpejam. Meski begitu, ia bisa merasakan dengan jelas
, betapa terangnya cahaya itu. Perlahan-lahan ia membuka matanya. Pemandangan
yang bisa dilihatnya hanyalah samar dan kabur. Namun ia bisa merasakan
kehadiran seseorang, suara ketukan alas kakinya. Ia bisa melihat sosok tinggi
menjulang yang tengah berdiri memandangnya.
“Sudah
bangun?”
“Hm?”
“Semalam
minum berapa banyak?”
“Hm?”
Ia teringat
sesuatu. Ia mengenal suara itu. Setelah lamban mencernanya, ia pun terlonjak
dan segera duduk bersila. Luhan berdiri menatapnya seolah hendak menikamnya.
“Kenapa
tidak ceritakan saja semuanya? Untung saja Taehyung berhasil membuat perjanjian
dengan pemilik kedai itu. Dia mengenali kita, hampir saja nama kita menjadi
taruhannya.”
“A-apa
seburuk itu?”
“Kau tahu?
Aku harus berlari mencarimu, menggendongmu.. berapa beratmu hah? Punggungku
sakit gara-gara itu. Kakiku serasa mau patah. Dan aku tak bisa tidur karenamu.
A-ah,” erangnya, kemudian duduk di ranjang bersprei putih itu. “Mandi sana!
Baumu menyengat sekali,” ujarnya seraya menarik selimut hingga leher.
—TBC
0 Response to "How Deep is Your Love | Chap. 2"
Post a Comment