Di Bawah Langit
Berwarna Sakura
EXO’s Sehun and OC’s Elaine Kim | PG | Romance | Oneshot | ChocoYeppeo | Deevae,2016
Related story: Backs Yours
Inspirited song: Sakurairo no Sora no Shita de—JKT48
Karena
sebuah kejadian yang tak terduga di mana Sehun mengajak Elaine berbicara,
hubungan keduanya menjadi tak sejauh dulu. Kadang Sehun menegurnya ketika
bertemu dan Elaine akan tersenyum sambil—malu-malu—melambaikan
tangan padanya. Pada awalnya, Elaine merasa sangat canggung dalam situasi
ini—entah bagaimana dengan Sehun. Yang dirasakan Elaine adalah aneh. Semuanya
terjadi tiba-tiba saat menginjak kelas tiga. Akhirnya selama dua tahun
mengagumi seseorang, Elaine bisa berkomunikasi dengan orang itu.
“Karena
sekarang udah kelas tiga, apa kamu akan ninggalin basket?” tanya Elaine saat
mereka melewati koridor sekolah menuju perpusatakaan.
“Hm,
kamu sendiri?”
“Aku?
Aku kenapa?” tanya Elaine sedikit nyolot, tapi kemudian terkekeh pelan. “Oh,
karena aku nggak pinter-pinter amat?” Ia sedikit menelengkan kepala, melihat
bagaimana reaksi Sehun ketika mendengar nada bicaranya yang sedikit menyindir.
“Kamu
harus lebih sering belajar, Laine,” sahut Sehun santai sembari memasukkan kedua
tangan ke saku celana. Tidak ada perubahan di wajah Sehun. Hanya datar dan
terkesan dingin.
Elaine
mengerucutkan bibirnya sambil memasukkan sampah minumannya ke dalam tong
berwarna merah. “Iya, iya,” ujarnya malas.
“Sejauh
ini ada materi yang kurang kamu kuasai nggak?”
“Banyak,
banyak banget malah. Ah, aku bener-bener benci matematika, fisika, kimia, sejarah,
semuanya bikin pusing, tau nggak? Kenapa pula harus ada sekolah sih, hah?”
gerutu Elaine. Wajahnya berubah menjadi sangat memelas-pasrah-putus asa. “Ah,
aku harus gimana? Aku sama sekali belum siap ujian.Hff.. tiga tahun terlalu
cepet.”
Diam-diam
Sehun mengulas senyum mendengar ocehan Elaine. Dia memang selalu menggerutu
tentang banyak mata pelajaran yang hampir semuanya tidak ia sukai, kadang juga
marah-marah pada Sehun mengenai guru yang memberi banyak tugas—yang parahnya
dari semua tugas itu tak ada yang Elaine pahami.
“Aku
bisa bantu, kalo kamu minta.”
“Eh?”
Elaine memalingkan wajah, melihat keseriusan dari wajah laki-laki itu.
Tiba-tiba rasa canggung itu muncul lagi. “Nggak usah deh. Aku bisa belajar
sendiri kok. Nanti malah ngerepotin.”
Sehun
tersenyum meledek. “Atau karena kamu takut malu kalau banyak yang nggak
ngerti?” Elaine langsung memberinya tatapan tajam dan hendak memprotes, tapi
Sehun kembali bersuara. “Michelle bilang, katanya kamu susah banget diajari
matematika.”
“Kalo
matematika sih emang susah, Hun. Tau sendiri gimana otak minimalisku ini.
Lagian, kamu jangan sombong deh. Mentang-mentang pernah menang olimpiade
matematika,” cibir Elaine.
“Itu
hasil kerja keras, tau, haha. Gih, cari bukunya!” Sehun memilih menunggu di
luar perpustakaan, sedangkan Elaine masuk untuk mencari buku sejarah yang akan
digunakannya sebagai referensi.
Popularitas
memang tak mungkin bertahan selamanya. Seiring berjalannya waktu, banyak
orang-orang baru yang lebih tampan, lebih cerdas, dan akan menjadi lebih
populer. Dan itu terbukti sekarang ini, bagi Sehun. Sekarang popularitasnnya
sudah mulai luntur. Ada junior kelas satu dan dua yang menjadi sorotan, mereka
sama-sama berprestasi. Bedanya, yang satu di bidang akademik dan satu lagi di
bidang olahraga. Sehun hanya menjadi pemanis majalah dinding, tidak seperti
dulu yang selalu menjadi tokoh utamanya.
Bagi
Sehun kepopularitasnya yang berkurang ini membuatnya lebih bisa bernapas lega.
Sekarang tak banyak yang mengikutinya kemanapun ia melangkah. Paling hanya
beberapa saja yang masih tertarik padanya. Syukur sih, sebab sekarang ia bisa
fokus dalam belajarnya. Tetapi, terkadang Sehun rindu masa-masa ia menjadi
bintang sekolah. Kadang, ia juga merasa iri terhadap bintang-bintang baru
sekolah ini.
Elaine
mengambil beberapa buku. Sampai sekarang ia masih belum bisa memercayai apa
yang sudah terjadi. Ia bisa sedekat ini dengan Sehun. Hanya karena waktu itu
mereka mendapat hukuman yang sama, merapikan buku-buku di perpustakaan. Masa
itu terjadi di awal kelas tiga.
Kala
itu terjadi pertengkaran antara seorang siswa dan seorang siswi. Keduanya
saling berteriak hingga menimbulkan kericuhan. Banyak yang mengelilingi mereka
untuk menonton. Sehun yang menyadari adanya keributan langsung meluncur untuk
melerai. Tanpa mengerti masalahnya, Sehun mendapat pukulan di wajah yang
dilemparkan oleh siswa itu. Sedangkan siswi itu mencoba menolong Sehun, tapi
pukulan kembali terlontarkan.
“Ini
kan gara-garanya? Selama ini kamu susah dihubungi pasti karena cowok brengsek
ini, kan? Huh?”
“Aku
bilang, enggak! Kenapa sih kamu nggak bisa percaya sama aku? Lagipula di sini
yang brengsek bukan Sehun, tapi kamu!”
Siswa
itu benar-benar kesal dan akhirnya memukul Sehun bertubi-tubi hingga lemas dan
babak belur. Kebetulan Elaine melewati koridor itu dan mata tajamnya menangkap
kejadian jotos-menjotos Sehun. Bergegas ia berlari dan melerai, namun ia malah
mendapat pukulan di bibirnya. Suasana menjadi semakin tegang. Siswa itu terus
memukul Sehun, Elaine mencoba melerai, sedangkan siswi itu terus meneriaki si
siswa hingga amarahnya memuncak.
“Berhenti!
Sekarang aku tahu kalau kamu bener-bener brengsek, Han!”
“Aku
bilang berhenti atau kita putus!”
“Oke,
kita putus! Dan asal kamu tahu, aku bisa cari cowok yang lebih dari kamu!”
Semua
berakhir saat guru BP datang dan menggiring keempatnya ke kantor. Semua
diinterogasi dengan kondisi mengenaskan. Sehun babak belur hampir di seluruh
wajahnya, hidungnya disumpal tisu karena mimisan, ujung bibirnya juga berdarah.
Elaine terus menunduk selama ditanya oleh guru BP, ini pertama kalinya ia
berhadapan dengan beliau, dengan ujung bibir yang berdarah. Siswa dan siswi itu
tak terluka sama sekali, mereka beruntung.
Hukuman
yang diterima Elaine dan Sehun adalah merapikan buku-buku di perpustakaan. Dengan
wajah bekas pukulan, mereka pun saling canggung. Tapi akhirnya mereka saling
bicara. Sebab inilah, keduanya kini bisa berteman. Sehun merasa berhutang pada
Elaine. Karenanya, waktu itu Elaine kena pukulan. Jadi, Sehun merasa bersalah.
“Udah?”
tanya Sehun saat Elaine sudah menghampirinya. Ia pun mengangguk lalu tersenyum.
UNDER THE CHERRY COLORED SKY—DEEVAE
Ujung
jari tangan Sehun mendekat ke rambut Elaine, mengambil kelopak bunga sakura
yang berada di poninya. Elaine ingin tersenyum, tetapi sulit rasanya saat
tiba-tiba tangisnya membuncah. Banyak kenangan yang terjadi di sekolah ini yang
enggan dilupakannya. Angin berembus meniup anak rambut Elaine. Dan tanpa
canggung, Sehun merapikannya. Elaine menggigit bibir merah mudanya, menahan
tangis sambil menundukkan kepala.
Musim
semi telah berakhir, menyudahi masa sekolah selama tiga tahun ini. Angin yang
bertiup seolah memberi tanda, jalan mereka akan berlanjut meski kebersamaan ini
akan terhapus. Masa-masa remaja berlalu begitu cepat. Buku SMA sudah ditutup.
Kini semua harus melanjutkan hidup, mengejar cita-cita sampai terwujud, melalui
musim yang silih berganti.
“Nggak
nyangka, tiga tahun udah terlalui,” ujar Sehun di sela-sela langkahnya.
Sekelilingnya berguguran bunga sakura. Begitu banyak hingga membuat langit
tampak berwarna pink seperti sakura. Elaine hanya diam. Sepanjang jalan ia tak
berminat mengangkat kepala dan menikmati masa kelulusan. Justru hari inilah
yang paling enggan ia lewati bersama Sehun. Kedekatan mereka baru saja dimulai,
tapi sudah harus berakhir hari ini. Elaine masih ingin menghabiskan waktu
bersama Sehun.
Sehun
mengabaikan orang lain, hari ini seisi otaknya dipenuhi satu nama. Ia tak acuh
ketika ada yang menyapanya. Menolak ketika ada yang meminta berfoto bersama.
Yang ingin dilakukannya hari ini hanya menghabiskan hari bersama orang itu.
Gadis yang setahun ini dekat dengannya. Elaine Kim yang beberapa jam lagi tak
akan pernah bisa ia temui di gedung yang sama. Entah ia bisa bertemu dengan
Elaine lagi atau tidak setelah ini. Makanya, ia tidak ingin menyia-nyiakan sisa
waktu hari ini.
Sehun
menghentikan langkahnya. Jemarinya menyekal lengan Elaine, menyuruhnya
berhenti. Keduanya duduk di bawah pohon sakura yang berguguran. “Mau bikin
perjanjian?”
“Apa?”
Elaine memandang lurus ke depan. Mengulang memori apa saja yang pernah
dilakukannya bersama Sehun di sekolah ini.
“Sepuluh
tahun lagi, kita harus ketemu.” Sehun beralih memandang wajah Elaine, mencoba
mencari tahu bagaimana reaksi gadis itu. Sayangnya, mood Elaine hari ini benar-benar buruk. Ia hanya diam dan memandang
jalanan di depannya meskipun ia ingin menjawab ucapan Sehun.
“Aku
serius, Laine. Bisa kan, kamu jangan diem gini? Hari ini mungkin hari terakhir
kita ketemu.”
“Aku
lagi bad mood, Hun. Jangan bercanda,”
ujar Elaine seraya menghembuskan napas putus asanya.
“Aku
nggak bercanda, aku serius. Makanya, lima tahun ke depan kita harus ketemu.”
Sehun mencoba tertawa kecil, mencairkan suasanya yang terasa kaku ini.
“Aku
nggak tau.” Elaine menuduk, melihat sepatu hitamnya. Kemudian menoleh hingga
membuat kedua insan itu saling bersitatap. Suasana menjadi hening di antara
keduanya. “Tapi aku harap, kita bisa.” Elaine berujar sungguh-sungguh. Akhirnya
apa yang ada dalam benaknya bisa terlisankan.
Sehun
tahu ucapan itu nyata. Ia tahu kalimat itu tulus. Senyum di bibirnya terukir.
“Bisa. Pasti bisa, Laine.” Elaine mengangkat jari kelingkingnya. Sejenak Sehun
menatapnya, sebelum menautkan jarinya. “Aku janji.” Elaine tersenyum.
UNDER THE CHERRY COLORED SKY—DEEVAE
0 Response to "Under The Cherry-Colored Sky"
Post a Comment