OC’s Song Yi, EXO’s Kyungsoo | School-life, crime | PG
| Chapter
(1/unknow)
Syalsa Artwork | Deev,2015
Syalsa Artwork | Deev,2015
Seorang
gadis berlarian melewati setiap lorong yang menghubungkan dengan sebuah ruangan
tujuannya. Sebelumnya ia sudah kesana-kemari mencari kelas barunya, tapi ternyata
ia salah berkali-kali—tak kunjung berhasil menemukannya. Hingga akhirnya ia
bertanya pada seorang pemuda yang tak sengaja ditabraknya ketika berada di
lantai dua pada gedung tua bertingkat ini.
Yoon Song Yi menarik
knop pintu dengan sekali sentakan. Membuat sebuah ruangan yang tadinya gaduh
tak terkira, hening seketika. Beberapa orang menatapnya dengan tatapan yang tak
bisa dimengerti gadis itu.
“Ya! Kau mau masuk atau tidak hah?”
Seruan dari
salah seorang siswi membuat nyali Song Yi menciut di hari pertamanya sekolah.
Hal yang bisa dilakukannya hanya mengangguk sebagai tanda mengiyakan pertanyaan
siswi tadi.
“Ya! Tutup pintunya!”
Lagi-lagi
teriakan dari seseorang yang sama, membuat Song Yi menahan langkahnya dan
berbalik hanya untuk menutup pintu. Dadanya berdebar sangat keras hingga ia
dapat merasakan jantungnya hendak terlepas dari kandang. Dengan cekatan ia
mengambil bangku kosong di dekat jendela dalam baris ketiga dari depan.
“Annyeong.”
Sapaan itu
terdengar mengejek di telinga Song Yi , walaupun sebenarnya tidak ada niat
seperti itu bagi orang yang mengatakannya.
Pemuda itu
tersenyum, menyuguhkan sebuah sapu tangan dari balik sakunya, “Ku kira kau
membutuhkannya.”
Nampak sorot
mata keraguan dari balik kacamata yang dikenakan Song Yi , namun gadis itu
tetap meraih benda persegi yang dilipat menjadi beberapa bagian kecil.
Setidaknya aku tahu bahwa sapu tangan
ini tidak diberi lem atau minyak olehnya,
bisik hati kecil Song Yi ketika mengingat masa di sekolah lamanya.
“Khamsahabnida.”
Song Yi memilih untuk
menghapus jejak peluh di keningnya sembari menghadap jendela. Tapi ekor matanya
menangkap pemuda tadi sedang memperhatikannya. Lebih tepatnya memperhatikan
pakaian atasnya. Song Yi menggeliat kasar, mencoba meruntuhkan fokus mata siswa
tadi yang mengarah pada bagian ‘itu’. Benar saja, siswa itu langsung beralih
pandang menatap wajah Song Yi.
Setidaknya dia tidak melihat bagian
sana, bisik hati kecil Song Yi yang terasa
kesal.
“Aku Do
Kyungsoo.”
Song Yi menatap
pemuda itu lekat-lekat, dengan sirat sinis menghias wajahnya yang kalem. Kau pikir aku mau berkenalan dengan otak
mesum sepertimu? HAH! Jika jawabannya ‘ya’ aku bersumpah akan memujamu bak
seorang dewa.
“Kau kenapa?”
tanya pemuda bernama Kyungsoo setelah mendapati tangannya yang menggantung di
udara tak mendapat respon dari gadis dihadapannya.
“Ah anni, aku hanya... hanya...” ucap Song
Yi menggantung—bingung hendak berucap apa.
Niat untuk
melancarkan kalimat dusta selanjutnya ternyata tak diberi restu oleh Tuhan.
Seorang wanita yangmungkin berusia sekitar empatpuluh tahunan yang masih
menampakkan wajah cerahnya memasuki ruang kelas dengan senyum mengembang.
“Selamat pagi
anak-anak. Saya yakin kalian sudah pernah melihat saya sebelumnya.” Bibir
wanita itu masih mengembang, “Saya Guru Kim Ye Won, yang sekarang bertanggung
jawab menjadi wali kelas kalian, kelas 3-1...”
Detik itu juga Song
Yi membukamulutnya lebar, menganga tak mempercayai sama sekali. Jadi apakah aku salah masuk kelas lagi?
Sebuah tepukan
ringan dari belakang berhasil membuat gadis itu terkesiap. Mengerjapkan kelopak
matanya berkali-kali, sebelum sedikit memutar kepalanya menghadap ke belakang.
“Kau bisa
menyimpan dasi kupu-kupu berwarna merahmudamu itu di dalam laci.” Bisik
Kyungsoo hati-hati.
“J-jadi kau
sudah tahu?”
“Aku berniat
memberitahumu lebih awal, tapi pergerakanmu yang tiba-tiba tadi membuatku lupa
dengan apa yang mengisi kepalaku.”
Song Yi terdiam,
mencoba mencerna kalimat Kyungsoo. Benar
sekali! Ternyata saat itu... Ah, bodoh! Ku kira dia melihat ‘itu’.
Song Yi memukul
kepalanya berkali-kali, membuat beberapa siswa menoleh kearahnya dengan tatapan
bingung.
Kyungsoo yang
menyadari itu segera bertindak, “Hei, apa kau mau dimarahi sekarang? Cepat
simpan dasimu itu!” setengah berbisik Kyungsoo memperingatkan gadis yang masih
belum diketahui namanya.
Dengan cekatan Song
Yi melepas dasinya, menarik dengan cepat, lantas menyimpannya di dalam laci.
Ketika itu matanya tak sengaja melihat seorang siswi yang duduk disampingnya.
Siswi itu memakai dasi berwarna merah tua –tanda
bahwa ia memanglah siswa kelas tiga.
Kenapa aku baru menyadarinya? Dasar
bodoh!
Song
Yi melirik pemuda disampingnya. yang beberapa menit lalu baru diketahuinya jika
pemuda itu adalah kakak kelasnya. Rasa canggung dan bersalah mengganggu
otaknya, ditambah lagi dengan perasaan tidak enak yang memberi beban hatinya.
Kyungsoo sunbae dengan senang hati
mengantarkannya ke ruang guru untuk memberi penjelasan pada Guru Yewon mengenai
kesalahan yang telah diperbuatnya. Pada akhirnya Song Yi membuka mulut untuk
mengubah kekakuan yang menjalari setiap ketukan sepatu mereka.
“M-mianhae sunbae. Jeongmal mianhae.” Ucapnya terbata.
Kyungsoo
menolehkan kepalanya, menatap si gadis yang terlihat lucu dengan wajah
bersalahnya, “Untuk apa? Memangnya kau salah apa padaku?”
“Karena aku
harus merepotkanmu.” Ujarnya dengan kepala tertunduk. Dan karena aku sudah memaki serta mengataimu otak mesum, lanjutnya
dalam hati.
“Merepotkan apa?
Aku senang bisa membantumu. Lain kali teliti dulu papan kayu diatas pintu, kau
harus memastikan kalau kelas itu adalah tempatmu.”
Untuk pertama
kalinya Song Yi bisa melihat pancaran aura ketulusan yang membuatnya tak
bergeming. Tertegun melihat sebuah garis lengkung yang membentuk senyuman
teramat manis. Berhasil mengguncanng hatinya.
“Oh ee... ne... ne sunbae. Aku akan
melakukannya.”
Masih sibuk mengamati
sunbae yang berhasil mengalihkan
dunianya, membuat Song Yi menjerit terkejut ketika seorang siswa menabraknya
hingga hampir membuat tubuhnya diambang rubuh. Untunglah Kyungsoo sigap dan
langsung menahan tubuh Song Yi . Sekejap mereka saling adu pandang, melontarkan
tatap mata yang sama-sama memberi garis keterkejutan.
“Gwaenchanha?”
Song Yi mengangguk
dan sesegera mungkin mengedarkan pandangannya liar, mencari sosok yang
menabraknya tanpa mengucapkan permintaan maaf.
“Ah itu dia!”
tunjuk Song Yi pada seseorang yang berlarian dalam ramai riuh siswa lainnya.
Kyungsoo
menyipitkan matanya, “Si Pembuat Masalah rupanya.”
Gumaman sunbaenya, berhasil membuat kening Song
Yi berkerut, “Siapa?”
“Seorang siswa
yang sering membuat masalah. Tak perlu dipikirkan. Lekaslah masuk ke dalam
kelasmu. Sebentar lagi bel akan berbunyi.” Ujar Kyungsoo seraya melirik arloji
yang melingar manis di pergelangan tangan kirinya.
Song Yi mengangguk,
“Sampai jumpa lain waktu, sunbae!”
serunya ketika sudah berjarak cukup jauh.
Kyungsoo hanya
tersenyum tipis. Aku harus segera
memusnahkan orang itu, perintahnya dalam hati.
Gesekan antara
pul sepatu dengan lantai licin, membuat decitan nyaring terdengar sesekali.
Pemuda dengan tinggi 173-an centimeter itu berlari menyusuri lorong guna
menemukan si biang kerok atas segala masalah dalam lingkup sekolah.
Yoon
Song Yi—gadis itu duduk menunggu percakapan ayahnya dengan kepala sekolah
sampai pada finish. Sudah hampir
tigapuluh menit ia menunggu, menepis rasa bosannya dengan mengayun-ayunkan
kaki, sesekali menoleh dan mengamati satu obyek dengan seksama.
Kala itu, mata
gelap Song Yi menangkap sekilas bentuk pertengkaran sepasang laki-laki di balik
dinding sebelum lorong itu berakhir. Ia menyipitkan matanya, tergerak untuk
mendekati kedua orang yang tengah dilihatnya itu.
Song Yi berjalan
pelan, hampir terkesan seperti mengendap-endap. Seketika ia terlonjak, menarik
tubuhnya ke belakang ketika seseorang tersungkur dilantai setelah mendapat pukulan
dari lawannya. Orang itu meringis, menyeka ujung bibirnya yang mengalirkan
darah segar.
Song Yi memicingkan
matanya, melirik orang itu sejenak, “H-hentikan!” serunya.
Pemuda itu –yang hendak memukul pemuda lainnya, yang
terkapar di lantai- menahan kepalan tangannya di udara. Menatap gadis
berwajah khawatir itu –yang menatapnya
ragu- dalam hitungan detik. Kemudian meletakkan tangannya disamping badan.
Menghela nafasnya ringan. Kemudian tersenyum ramah pada gadis itu.
Kening Song Yi berkerut,
Ada apa dengannya? Song Yi masih
menatap pemuda itu hingga hilang dibalik dinding. Kemudian mengedikkan bahunya.
Seseorang mengerang. Menyadarkan Song Yi bahwa ada yang butuh bantuannya.
“Apa kau
terluka?” Song Yi meraih lengan pemuda yang mengenakan seragam sepertinya,
“Biarkan aku mengobati lukamu.” Lanjutnya ketika melihat beberapa bagian wajah
siswa itu yang lebam dan berdarah.
Song Yi mengambil
kotak obat yang ada di dalam tasnya. Mengoleskan obat merah dan menempelkan
plester bergambar di beberapa bagian.
“Bagaimana
perasaanmu sekarang? Apa lebih baik?”
Tanpa menyahut,
pemuda itu sudah berdiri hendak meninggalkan gadis berbaik hati itu.
“K-kau mau
kemana?”
Ia menahan
langkah. Terpaku sejenak. Mengambil nafas ringan, lantas mengungkap satu kalimat,
“Apa aku perlu menjawab?” katanya dengan nada datar.
“Sebenarnya
tidak juga, karena kita belum saling mengenal tapi setidaknya aku harus tahu.
Ohya, bagaimana kalau kita..—“
“Pikirkan
hidupmu sendiri.” Potong pemuda itu enteng dengan penekanan pada setiap katanya,
seperti sebuah ancaman.
Song Yi tertohok
ketika mendengarnya. Memaku diri, sampai pemuda itu meningalkannya. Apanya yang salah? aku hanya mencoba
berbagi. Lagipula aku kan sudah membantunya, setidaknya ucapkan terima kasih!
Dasar!
“Song Yi apa
yang sedang kau lakukan disana?”
Segera mungkin
gadis itu berbalik, “Anni appa. Aku hanya bosan.”
“Kemarilah, ada
yang harus disampaikan padamu.”
—TBC
0 Response to "2Side #1"
Post a Comment