Hwan, kau mau membawaku ke mana?
Seulgi
sendiri baru bangun sekitar setengah jam yang lalu. Itu pun karena Hwanhee yang
tiba-tiba masuk ke kamarnya. Dan dengan tidak elitnya Hwanhee membangunkan Seulgi.
Hwanhee
tahu kalau Seulgi susah bangun pagi. Maka dari itu Hwanhee punya cara yang
lebih ampuh membangunkan Seulgi tanpa mengeluarkan suara nyaring, pun dengan
segayung air.
Tetangga Seulgi
tersebut dengan santainya memeluk tubuh Seulgi dari belakang yang masih pulas
tertidur dengan berbalutkan selimut tebal bergambar Pocahontas milik kakaknya. Pemuda bermarga Lee itu sudah siap
melancarkan ultimatum pertamanya.
“Sayang,
cepat bangun. Atau kau mau aku bertelanjang dada dulu sampai kau bangun, hm?”
Tepat
dugaan Hwanhee. Tak perlu berteriak, cukup berbisik demikian Seulgi langsung
bangun dan memaki laki-laki itu. Mengklaim bahwa tingkat obsesi Hwanhee padanya
sudah kelewat batas.
Bukan main.
Akibatnya Seulgi harus rela quality-timenya
diganggu. Mengikhlaskan dirinya yang dibawa pergi entah ke mana. Naasnya, ia
masih mengenakan pakaian tidurnya. Kaos oblong berwarna jambu dengan celana
panjang polkadot.
“Sudah ikut
saja dulu.”
UP10TION‘s Hwanhee and RV‘s Seulgi | Fluff | PG | Ficlet | Original
story by Nathaniel Jung
Hwanhee
memang menyebalkan. Siapa dia membawa Seulgi pergi tanpa izinnya—walaupun sudah
mendapat izin Nyonya Kang, sih. Setidaknya kan Hwanhee bisa membiarkan ia
menyisir rambut dulu.
“Hwan, aku
belum mandi!”
Hwanhee
berhenti berjalan di depan Seulgi. Refleks gadis itu pun juga ikut berhenti.
Hwanhee melirik Seulgi sepintas dari ujung kaki hingga puncak kepalanya.
“Apa?” ujar
Seulgi risih.
“Kau belum
mandi saja sudah cantik. Apalagi kalau sudah mandi.”
Hwanhee
dengan sengaja meninggalkan kedipan manis seusai mengatakan itu pada Seulgi. Seulgi
langsung menjambak rambut blonde
pemuda itu—yang kata Hwanhee itu menambah kadar ketampanannya. Namun sejatinya
bagi Seulgi tidak ada kata tampan untuk Hwanhee.
“Ya! Lepaskan!”
“Berhenti
mengatakan hal seperti itu. Aku geli mendengarnya.”
Seulgi kini
melangkah mendahului Hwanhee. Tak mau laki-laki itu melihat reaksi yang
sebenarnya terjadi. Namun dengan segera Hwanhee sudah berada di samping Seulgi.
Beruntunglah Hwanhee karena ia sering berlatih basket. Dan membuat kemampuan
berlarinya patut diacungi jempol.
“Eih, jangan marah.”
Tangan Hwanhee
sudah mengalung di leher Seulgi. Keningnya ia tempelkan pada pelipis kanan Seulgi.
Merajuk seperti anak kecil yang meminta dibelikan mainan oleh ibunya.
“Seulgi,
jangan seperti itu. Aku tidak suka melihat wajah marahmu.”
Seulgi
tetap diam.
“Asal kau
tahu, kau terlihat cantik saat marah. Aku tidak ingin laki-laki lain terpesona
padamu.”
“Cukup aku
saja yang digilai para gadis, kalau kau tidak usah.”
“Kau
egois.”
“Memang.
Biar aku tidak perlu repot-repot membuang tenaga mengatakan kalau margamu sudah
berganti menjadi Lee Seulgi.”
Seulgi
dengan cepat melepas rangkulan tangan Hwanhee. Gadis itu tidak berujar apapun. Seulgi
langsung menendang tulang kering Hwanhee. Membiarkan Hwanhee berteriak
kesakitan, dan membuat mereka menjadi pusat perhatian.
“AKH! SEULGI KAU TEGA SEKALI!!”
“Katakan
kau mau membawaku ke mana?”
Hwanhee
masih meringis memeluk kaki kanannya. Dalam hati Hwanhee mengamini kalau besok
kakinya yang seksi akan ada bercak kebiruan. Dan tidak akan terlihat seksi
lagi.
“Berhenti marah
dulu. Baru aku kasih tahu,” balas Hwanhee.
Tatapan Seulgi
masih sama dinginnya menatap Hwanhee. Bagaimana tidak marah kalau pemuda di
depannya ini selalu membuat Seulgi kesal. Hwanhee sekali-kali harus diberi
pelajaran.
“Baiklah
aku kasih tahu,” ujar Hwanhee mengalah. Hwanhee tidak bisa berlama-lama marahan
dengan Seulgi, ngomong-ngomong. Kalau Seulgi sih bisa. Gadis itu lumayan lah
kalau dipanggil kepala batu.
“Hari ini
kan hari kasih sayang—”
Hwanhee
melirik ekspresi Seulgi sebentar. Memastikan ada tidaknya perubahan mood gadis itu, yang bisa dibilang
terlalu labil.
“—jadi aku
ingin membelikan bunga untuk seseorang.”
“Bunga
apa?” tanya Seulgi.
“Baby’s breath.”
“Apa?”
“Ganti
pertanyaanmu dulu dengan siapa dan kenapa.”
Seulgi
memutar bola matanya malas. Seulgi yang ingin segera pulang untuk mandi dengan
segala tetek-bengeknya mau tak mau harus bertahan beberapa waktu ke depan
bersama pemuda setengah alien macam Hwanhee.
“Baiklah,
buat siapa dan kenapa?” agaknya Seulgi mengatakan itu dengan senyum yang
dipaksakan.
“Buat Kang Seulgi—”
“—soalnya
aku ingin ada bunga baby’s breath di
pernikahanku dengannya nanti. Kalau gadis itu mau, sih.”
Terkutuklah kau Lee Hwanhee!
-FIN-
0 Response to "Baby's Breath"
Post a Comment