[Show Your Color] Red or Pink?


Red or Pink?
NCT’s Mark and OC’s Michelle | PG | Romance, fluff | Ficlet
ChocoYeppeo Artwork | Vxiebell
©2016


Mungkin memang beginilah nasib cowok taken, terutama yang pacarnya seorang cewek yang suka dandan. Berdiri nungguin dia selama hampir empat jam seolah bukan apa-apa, belum ada artinya. Padahal kaki udah pegel, tapi tetap dipaksa nemenin ke sana-ke sini, eh ujung-ujungnya balik ke tempat yang pertama kali di datengin.

“Chelle, pulang, yuk?”

Karena sudah nggak tahan lagi, akhirnya bibirku melafalkan kalimat tersebut. Akan tetapi, karena saking nggak enaknya mau ngomong kaya gitu, yang seharusnya jadi kalimat ajakan justru menjadi kalimat tanya.

“Bentar lagi ah. Sebentar aja, ya?”

Gadis yang memiliki mata belo itu menatapku sambil memohon. Dwimanik karamel yang berbinar seperti itulah yang selalu membuatku luluh dan menuruti apa saja permintaannya, tapi untuk kali ini aku tak bisa mengatakan ‘ya’.

“Sebentar doang kok, Mark, ya?”

Bulu mata hitam-lebatnya yang lentik mengedip-edip manja. Lalu bibir tipis seksinya membuat kurva yang sangat manis. Yang demi neptunus, wajahnya sangat memesona ketika rambutnya yang ikal ikut bergoyang-goyang saat mendekati wajahku. Jarak wajah kami begitu dekat, sampai aku bisa merasakan hembusan napasnya yang hangat.

“Takdir cowok itu harus selalu ngalah sama cewek, apapun yang terjadi.” Tiba-tiba ucapan Michelle tempo hari terngiang di otakku seperti petir di siang bolong, yang membuatku sadar dan langsung menginstruksikan kepala supaya cepat-cepat mengangguk.

“Makanya bantu milih dong,” ujarnya sambil mengerucutkan bibir. Lalu melangkah mundur, menjauhiku.

Sejenak aku masih terpaku, namun segera kuberdeham dan menyadarkan diri. Apa tadi gadis itu tak merasakan apapun? Padahal jantungku berdegup sangat cepat ketika wajahnya begitu dekat denganku.

“Mark, kamu suka yang merah atau yang pink?” tanya Michelle seraya mengacungkan dua lipstick di depan wajahku.

Aku mengedipkan mata, malas sekali. Ketika aku menoleh, terlihat wanita sedang menahan tawanya. Pasti karena Michelle yang mengajukan pertanyaan itu. Menjengkelkan sekali!

“Kenapa tanya aku? Kan kamu yang pakai,” jawabku dengan nada sinis.

“Kan kamu pacar aku.”

“Terus, hubungannya apa?”

“Tuh, kan. Kenapa sih kamu selalu marah kalau nemenin aku belanja?”

“Aku nggak marah, Chelle.”

“Ih, bohong. Jelas-jelas muka kamu bête gitu, masih mau ngelak?”

Aku menghela napas pasrah. Cowok selalu salah di mata cewek, sabar, Mark. “Ya udah, aku yang salah.”

“Udah tau salah, tapi nggak minta maaf?”

Wajar dong kalau aku kaget? Udah dikasih hati, tapi masih minta ginjal. Emang dasarnya cewek itu penyihir yang nyamar jadi ibu tirinya Cinderella, kejam banget.

“Iya, iya, maaf.”

Michelle tersenyum lebar setelah mendengar ucapan maafku. “Iya deh, aku maafin.”

Ya Tuhan, tolong isi ulang galon kesabaranku supaya masih bisa baik sama cewek satu ini.

“Kamu nggak suka dua-duanya, ya, Mark? Kalau gitu gimana kalau warna lain?”

Buru-buru aku menggeleng. Kalau enggak, bisa-bisa anak dari Mrs. Kim ini membuatku terjebak di mall lebih lama lagi. “Enggak, Chelle, aku lebih suka yang merah.”

“Hm? Merah?” Wajah Michelle terlihat kurang setuju. Ia mengamati dua lipstick beda warna tersebut lebih intens sebelum menatapku lagi. “Tapi aku lebih suka yang pink. Kita beli yang warna pink aja, ya?”

Ya Tuhan, galon kesabaranku sudah diisi ulang kan, ya?

Kenapa aku harus terjebak di mall di bagian alat make up bersama seorang cewek yang nggak jelas seperti Michelle, Ya Tuhan? Kenapa waktuku harus terkuras habis hanya untuk menemaninya memutuskan warna lipstick yang akan dia beli?


Ke tempat parkir sampai masuk ke dalam mobil, bibirku terus tertekuk ke bawah, menandakan ke-be-te-an yang sudah memuncak. Aku duduk di bagian kemudi, mencengkeram stir dengan penuh amarah yang sangat ingin meledak, namun harus ditahan. Kepalaku tertoleh ke samping, melihat Michelle yang sibuk mengoleskan lipstick ke bibirnya.

“Chelle?”

“Hm?” gumamnya.

“Kamu bahkan nggak beli warna yang aku pilihin?” tanyaku masih mencoba woles aja.

“Habisnya warna merah yang kamu bilang itu, terlalu ngejreng, aku nggak suka. Aku lebih suka warna yang lebih kalem. Gimana? Bagus nggak?” ujarnya yang masih bisa-bisanya minta komentar setelah semua yang terjadi hari ini, yang membuat hatiku sakit.

Aku mengubah posisi duduk supaya bisa menatap matanya dalam-dalam. “Aku merasa udah dipermainin sama kamu, Chelle. Seharian ini kamu selalu tanya, bagus yang ini atau yang itu. Tapi ujung-ujungnya kamu selalu beli yang menurut kamu bagus, kamu nggak peduli sama pilihan aku. Terus, buat apa kamu tanya?”

“Kamu marah, Mark?”

“Aku sebel, tapi aku selalu nggak bisa marah sama kamu.”

Michelle mengangguk-anggukkan kepala. Lalu merubah posisi duduknya hingga kami saling berhadapan. Bibirnya kembali menarik garis membentuk senyum simpul yang sangat manis. “Itu tandanya, kamu sayang sama aku.”

“Aku serius, Chelle.”

Michelle sedikit memajukan tubuhnya, mencondongkan wajahnya, dan menatap mataku lebih intens. “Aku juga serius, Mark Lee.”

“Apanya yang serius?” ujarku meremehkan sambil memukul stir mobil pelan.

“Mark,” ucapnya seraya meraih tanganku dan menggenggamnya. Aku hanya menatapnya dalam diam. Ketika wajahnya sedikit condong dan mendekati wajahku, aku tetap diam, merasa  ingin tahu apakah Michelle akan melakukannya atau dia hanya ingin main-main. Dan ternyata—

bibir Michelle mengecup singkat sambil matanya terpejam.

Tubuhku kaku setelah itu. Hanya bola mataku yang bisa bergerak melihat apa yang dilakukan Michelle setelah melakukan ciuman yang pertama kalinya ini.

Gadis itu mengambil cermin dari dalam tasnya lalu memberikannya padaku, mengarahkan ke wajahku. “Lihat? Tidak terlalu mencolok kan?”

“Apanya?”

Michelle menurunkan cerminnya lalu mengamati wajahku. Dia tersenyum sambil menyentuh bibirku. “Ini, hehe.”



—FIN

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "[Show Your Color] Red or Pink?"

Post a Comment