Luhan, OC’s Kiara | PG | Chapter (5/unknow) | Romance, friendship
Irish @PosterChannel | Gdgirlsvh©2015-2016
Perbincangan dengan Aniez
beberapa hari lalu membuahkan hasil. Setelah Aniez dibujuk dan dijelaskan
panjang lebar, akhirnya ia mau membantu. Saat ini Aniez dan Kiara sedang
mencari lokasi Tao berdasar informasi dari akun-akun fansclub Tao yang bertebaran di media sosial. Jujur saja, akun-akun
itu sangat membantu dalam misi ini. Apalagi akun itu sangat update mengenai
perkembangan Tao.
Setelah dua minggu mengikuti aktivitas Tao, akhirnya Kiara
dan Aniez menemukan suatu jadwal di mana Tao akan menggelar konser di suatu kota China
yang tak terlalu jauh dari kota yang ditinggali mereka. Sebelumnya mereka sudah
pernah menemukan jadwal Tao di acara games,
namun tempat itu terlalu jauh, sedangkan Tao hanya menjadi gueststar yang otomatis tak akan berada lama di sana. Selain itu Aniez
tidak bisa pergi jauh karena juga harus mengurus anaknya, sedangkan Kiara
sendiri akan kesulitan meminta izin kepada Luhan. Apabila Kiara melakukan
hal-hal frontal yang berkaitan dengan Mission
12 dan diketahui Luhan, pasti ia tak akan mengizikan karena usaha Kiara
dianggap sia-sia.
Kiara tengah berada di sebuah kafe. Ia duduk sambil
sesekali menyesap kopi dalam penantiannya menunggu Aniez. Sesuai rencana yang
telah disetujui kemarin, hari ini mereka akan menemui Tao.
“Kiara!” panggil seorang wanita seraya melambai ke arah
Kiara. Wanita bermantel cokelat itu tersenyum yang juga dibalas senyum serta
lambaian tangan oleh Kiara.
“Terima kasih kau mau datang.”
“Kau ini bicara apa, sih? Kau kan tahu, aku melakukan
ini demi HunHan. Kau bilang ini akan berhasil bukan?”
“Hm, tentu. Aku yakin, jadi percayalah padaku.”
“Baiklah, kita harus bergegas agar semuanya cepat
selesai,” tanpa babibu mereka pun bergegas pergi ke tempat konser Tao
menggunakan bus kota.
Konser Tao diselenggaralan di stadium sepak bola di
salah satu kota besar China. Konser itu akan digelar malam nanti, saat ini
mungkin Tao sedang berlatih dan uji coba medan. Tak berapa lama kedua wanita
itu tiba di lokasi. Seperti yang sudah diduga, di luar stadium telah berdiri
para penggemar Tao dan beberapa fans
idol China lain.
Kiara melongo melihat puLuhan orang yang sudah
berkumpul di luar stadium. Bagaimana cara supaya bisa masuk ke dalam apabila
pintu masuknya saja dipenuhi para penggemar berbagai artis China yang nanti
akan tampil, serta pintu masuk itu juga dijaga ketat oleh beberapa polisis dan bodyguard.
“Aniez, apa yang harus kita lakukan? Apakah mungkin
kita bisa masuk ke sana?” tanya Kiara khawatir.
“Pasti ada jalan. Ayo ikuti aku!” Aniez berjalan
mendahului dan Kiara hanya akan mengekor wanita itu.
Setelah berkeliling, ternyata ada sebuah pintu yang
tidak dikelilingi fans. Pintu itu
digunakan untuk keluar masuk para tim panitia penyelenggara konser. Namun pintu
itu dijaga ketat oleh satu orang bodyguard.
“Kiara, ini kesempatan kita. Lihatlah, di sana hanya
ada satu bodyguard,” tunjuk Aniez, “Mungkin seharusnya ada beberapa, tapi, ya
sudahlah kita tak butuh penjelasan itu. Ini kesempatan kita!” cetus Aniez
mantap.
Kiara hanya mengangguk, namun juga tengah berpikir
bagaimanakah caranya masuk ke dalam sana. Belum jua ia mengajukan pertanyaan, Aniez
sudah lebih dulu menjawabnya.
“Di sana ada seorang panitia membawa papan berjalan
yang pasti akan dimasukkan ke dalam stadium. Itu cara kita supaya bisa masuk ke
sana.”
Kiara mengernyit, “Iya, aku melihatnya, tapi
bagaimana?”
“Begini, kau ikuti rencanaku. Ini, kau tempelkan benda
itu di tubuh Tao, terserah apa saja, entah itu gelang, jaket atau yang lain.
Ini akan membantu kita, percayalah padaku,” Aniez memberikan sebuah benda mini
pada Kiara, “Dan saat aku berbincang dengan bodyguard
itu, kau masuklah dengan bantuan papan berjalan yang akan di dorong panitia
itu. Karena tubuhmu kecil maka itu tidak akan menjadi masalah.”
“Oke, aku mengerti, Aniez,” timpal Kiara mantap sambil
memasukkan benda kecil itu ke sakunya. Ia tak tahu benda apa yang diberikan Aniez.
Yang perlu dilakukannya hanya menuruti penjelasan Aniez barusan.
Aniez menepuk bahu Kiara bermaksud saling memberikan
semangat, lantas ia pergi menemui bodyguard
itu, “Permisi, maaf apa ini konser yang akan dibintangi oleh Tao?”
Wajah bodyguard
itu berubah lebih siaga, “Benar. Anda mau apa? Anda ini fans mereka?”
Saat Aniez berusaha mengalihkan perhatian bodyguard itu, Kiara mulai beraksi. Tubuh
kecilnya bergerak lihai tatkala papan berjalan itu lewat. Segeralah Kiara
menyamakan langkah dengan roda papan itu sehingga tubuhnya pun tertutup oleh
papan. Dan ketika papan itu sudah setengah masuk stadium, Aniez berakting
menyapa panitia itu guna mengalihkan perhatian wanita berpakaian warna hitam
itu.
“Nona! Selamat bekerja, ya! Semoga konsernya sukses
berat!” seru Aniez lantang. Panitia itu hanya menoleh dan memandang Aniez
sekejap. Dalam waktu bersamaan Kiara segera berlari menghilang di dalam dinding
stadium.
Bagi panitia wanita itu, Aniez bukanlah sesuatu yang
penting yang patut diberi perhatian. Namun tak mungkin juga ia memberikan wajah
judes, sehingga panitia itu pun memilih tersenyum pada wanita yang bahkan tak
dikenalnya, kemudian kembali mendorong papan.
Rencana mereka berhasil.
“Terima kasih, Pak, karena sudah mau ditanya-tanya,”
kata Aniez basa-basi. Ia berlalu meninggalkan bodyguard itu. Tetapi langkah Aniez terhenti di sisi kanan stadium.
Aniez menempelkan punggung di dinding. Perasaannya begitu cemas. Apakah Kiara
akan berhasil?
Di lain kondisi, Kiara berjalan menuju bagian yang
lebih dalam dari stadium yang saat ini berdiri panggung di tengahnya. Kiara
berjalan sambil memikirkan percakapannya dengan Aniez sebelum masuk ke mari.
“Kiara,
dengan kondisi yang seperti ini, aku tidak akan bisa menjadi penerjemahmu.
Untuk itu, ini ku berikan padamu. Di dalamnya terdapat aplikasi yang dapat
menerjemahkan bahasa lewat suara. Saat kau menekan tombol merah di sebelah kiri
bawah, maka alat itu sudah bekerja secara otomatis. Kau hanya perlu bicara saja
maka suaramu akan terekam dan sistem akan menerjemahkan ke dalam bahasa yang
kau hendaki dengan mengatur bahasanya di pengaturan.”
Kiara segera mengeluarkan alat itu dan mengatur bahasa.
Ia berjalan menuju tribun yang dekat dengan panggung. Kiara duduk mengamati.
Panggung itu hanya berisi tim yang sedang mendekorasi sedangkan para artis
belum ada yang terlihat. Kiara menunggu dengan sabar. Ia mencoba melatih
percakapan dengan Tao nanti. Kalimat apa yang akan ia utarakan untuk membuka
percakapan nanti?
Setelah menunggu sambil mondar-mandir dan bertindak tak
jelas, akhirnya Tao muncul di atas panggung. Ia mengenakan celana training dan
baju tanpa lengan. Ini pertama kalinya bagi Kiara melihat Tao secara langsung.
Saat ini Tao sedang berlatih menari menyesuaikan gerakannya dengan musik dan
panggung. Gerakan Tao sungguh rumit, namun Tao dapat melakukannya dengan
lincah.
Benar-benar
luar biasa, kata Kiara dalam hati.
Kemudian Tao menggabungkan tarian itu dengan rap. Tao
memang pandai dalam hal rap, dia begitu percaya diri. Omong-omong, dulu ketika
berada dalam sub grub dengan Luhan, Tao menjadi rapper yang baik di sana. Tapi terkadang Tao terlalu excited dalam beberapa hal hingga
membuatnya melakukan hal yang berlebihan dan condong memalukan.
Panggung itu mulai sepi karena dekorasi telah rampung
dan para artis pun sudah selesai berlatih dengan baik. Sepertinya sekarang
mereka sedang bersiap-siap di ruang make
up, namun Tao masih berada di atas panggung untuk berlatih lebih serius.
Tiba-tiba sekelebat bayangan mengenai keduabelas member
EXO menghampiri pikiran Kiara. Apakah mereka juga seperti itu? Tetap latihan
walaupun sudah lama berlatih, bahkan untuk istirahat saja kurang. Mereka
benar-benar bekerja keras untuk itu.
Kiara terus mengamati Tao, bahkan ia juga ikut berjoget
dan meniru rap Tao meski kata-kata yang keluar belepotan. Hingga Tao selesai
melantunkan lagunya, secara refleks Kiara bertepuk tangan dan mengeluarkan
suara riuh—suaranya semakin terdengar keras karena suasana yang sepi. Tao yang
baru selesai menyanyi terkejut dan menatap wanita yang mengenakan sweater biru
laut. Kiara yang merasa malu langsung berdiri dan membungkuk minta maaf dengan
adat Korea yang selalu ia tonton di drama-drama.
Tao semakin kaget karena orang yang dilihatnya meminta
maaf dengan bahasa Korea. Kiara segera menuruni tangga tribun dan berjalan ke
arah Tao, sedangkan pemuda jangkung itu hanya diam—entah apa yang sedang
dipikirkannya.
“Halo, saya Kiara,” ujar Kiara dalam bahasa Indonesia
yang langsung diterjemahkan oleh alat pemberian Aniez.
Awalnya Tao mengernyit bingung namun segera
menyesuaikan diri, “Halo apa kabar? Saya Tao. Terima kasih sudah melihat
penampilanku. Saat latihan dan dengan make
up setipis ini,” ucap Tao malu-malu. Kiara merasa geli melihat tingkah Tao hingga tawanya pun meledak.
“Walaupun kau tidak bermake up, tapi kau tetap tampan. Makanya fansmu banyak.” Kiara menanggapi dengan renyah.
“Haha..” Tao tertawa kecil meski wajahnya nampak sangat
canggung. Sesungguhnya Tao paling tidak suka apabila ada orang yang tahu
bagaimana wajahnya dengan make up
tipis ataupun tanpa make up. Tao
selalu ingin memberikan yang terbaik pada fansya.
Ia enggan terlihat kurang tampan di mata siapapun. Itulah sebabnya beberapa
kali Tao memilih mengenakan kacamata hitam saat bangun tidur atau ada kamera
masuk tanpa sepengetahuannya.
“Em, ngomong-ngomong Tao, aku kemari ingin berbicara
denganmu. Begini, aku adalah seseorang yang suka EXO, tapi aku bukan EXO-L. Aku
ke mari ingin memintamu untuk datang ke suatu tempat karena di sana kau akan
bertemu dengan sebelas member EXO lainnya,” kata Kiara, langsung mengatakan
poinnya. Ia tahu waktunya tidak banyak.
“Apa? EXO? Maaf aku tidak bisa. Kau ini bicara apa? Aku
tidak mengerti. Sekarang aku bukan member EXO lagi dan itu sudah lama sekali,” Tao
tertawa kecil, lebih kearah meremeh. “Bertemu dengan sebelas member yang lain
sangat mustahil. Hal itu tidak akan mungkin pernah terjadi. Mereka memiliki
kegiatan yang padat, SM tidak akan mengizinkannya. Dan satu lagi, mengapa aku
harus mengikutimu? Aku tak mengenalmu dan aku baru melihatmu barusan. Jadi,
mana mungkin aku bisa mempercayaimu?”
“Tidak ,Tao-ssi,
kau harus percaya padaku..” Kalimat Kiara menggantung tatkala Tao memotongnya.
“Dan jangan memanggilku dengan kata-kata Tao-ssi. Ini di China bukan di Korea,” ucap
Tao tegas.
“Maafkan aku, tapi kau harus mendengarkanku. Aku
berhubugan dengan Luhan.”
“Cukup! Jangan berbohong lagi! Semakin aku mendengarkan
kata-katamu, semakin aku percaya bahwa kau tengah berbohong kepadaku.”
Kiara bingung harus berbuat apa. Kiara berpikir di mana
ia akan menempelkan benda mini rahasia di tubuh Tao. Kiara melirik gelang yang
melingkar manis di pergelangan Tao. Gelang itu berwarna hitam, sama dengan warna
alat miliknya. Jadi, Tao tidak akan mudah mengenali apalagi alat itu sangat kecil
dan tipis. Benar-benar alat yang canggih. Kiara menyambar tangan Tao dengan
cepat. Kalau diamati biasa seakan-akan Kiara hanya menyentuh tangan Tao,
padahal apabila diamati lebih cermat sebelum tangan Kiara menyentuh tangan Tao,
ia lebih dulu menyentuh gelang Tao. Untuk kamuflase, Kiara memohon-mohon pada Tao
dengan memegang tangannya.
Tao segera menarik tangannya dari genggaman Kiara.
Seperti orang angkuh nan sombong, ia berlagak acuh pada Kiara. Namun Kiara
menghembus napas lega karena rencana B telah berhasil. Tao hendak meninggalkan Kiara
, namun ia tetap melanjutkan kalimatnya.
“Tao, apakah kau tidak merindukan mereka? Adakah memori
kalian bersama selama hampir lima tahun itu yang terkadang masih kau ingat?” Kalimat
Kiara berhasil menghentikan langkah Tao.
“Aku tahu, kau merindukan mereka bukan? Dan kau pasti
selalu bertanya apa kabar mereka, bagaimana hari-hari mereka? Tapi kau selalu
menyangkalnya, mencoba membuang segalanya dari benakmu. Tidakkah kau berpikir
tawaranku itu? Untuk fansmu yang
telah menunggu lama, bertanya-tanya kapan EXO akan bertemu kembali dengan
member yang lengkap? Menyaksikan kehebohan kalian. Tidakkah kau berfikir
tentang itu?” Kiara mulai meninggikan suaranya. Perasaan hebat berkecamuk dalam
hatinya. Tao tetap bergeming, tidak pergi tidak juga bersuara. Akhirnya Kiara
menyerah.
“Baiklah, mugkin ini sudah keputusanmu. Maafkan aku
karena telah menggangggumu. Tao, semoga konsermu berjalan dengan lancar dan
penuh antusias penonton. Jaga kesehatanmu. Terima kasih atas waktunya.” Setelah
alat itu menerjemahkan apa yang dikatakan Kiara, ia pergi meninggalkan Tao.
Tao mulai beranjak pergi. Kiara dan Tao berjalan di
arah yang berlawanan. Air mata yang sedari tadi ditahan mati-matian oleh Kiara,
akhirnya perlahan mulai membobol pertahanan. Sesampainya di luar, ia melihat Aniez
yang sudah stay di depan pintu.
Pandangan keduanya saling bertemu, namun Kiara enggan berbicara dengan Aniez.
Ia tak mau Aniez mengetahui bahwa ia telah gagal membujuk Tao.
Aniez dapat melihat mata Kiara yang sembab. Kiara
menggelengkan kepala melihat ekspresi Aniez yang menadakan ingin tahu hasil
perjuangannya di dalam.
“Aniez, sekarang aku hanya ingin pulang,” tutur Kiara
singkat.
“Aku tahu.” Aniez menepuk lengan Kiara memaklumi. Dan
keduanya kembali pulang tanpa bersuara lagi. Hanya keheningan yang menyelimuti
atmosfer dan mereka berkutat pada pikiran masing-masing.
—TBC
0 Response to "To Unite You Are #5"
Post a Comment