RV’s
Wendy, Irene and NCT’s Taeil, Taeyong, Doyoung
PG | Romance, friendship, entertainer life, etc | Chapter (6/unknow)
Ayame Yumi @PosterChannel | Gdgirlshv©2015-2016
PG | Romance, friendship, entertainer life, etc | Chapter (6/unknow)
Ayame Yumi @PosterChannel | Gdgirlshv©2015-2016
Hari ini Joohyun tidak ada
jadwal pembuatan video klip dikarenakan sutradara sedang pergi mencari tempat
yang cocok sebagai latar pembuatan video klip mendatang. Gadis bermata agak
sipit itu mengajakku sarapan di luar, mungkin karena ia tahu biasanya aku
jarang sarapan.
“Wake up, Sleepy
Head! Ppali-ppali[1]!”
“Hm. Lima menit lagi.”
“Tidak ada waktu lagi untukmu.”
Joohyun menarik selimut hangat yang membalut tubuhku,
tangannya terjulur ke mataku dan membuka kelopaknya dengan paksaan.
“Mwohae[2]?
ini adalah kesempatan langka buatku untuk bermalas-malasan.”
“Jangan banyak protes, ayo cepat mandi!”
Lima belas menit kemudian aku sudah mengenakan kaos
lengan pendek berwarna merah muda dan celana jeans abu-abu. Joohyun mengajakku
ke café yang tidak jauh dari flatku.
“Wendy-ah,
kita tidak pernah mengambil gambar kebersamaan kita. Ayo berfoto!”
“Benar. Ayo kita lakukan,” kataku bersemangat lantas
kami segera melakukan berbagai gaya.
“Aku akan mencetaknya.”
“Ok! Bagikan
padaku juga.”
“Tapi kenapa di sini kau sangat jelek? Bahkan kau tidak
bisa berpose dengan baik,” goda Joohyun.
“Apa kau bilang? Mana-mana biar aku lihat.” Kemudian Joohyun
memberikan kameranya padaku.
“Tidak, siapa bilang? Malah kamu yang membuat foto ini
terlihat jelek,” godaku membalas.
“Itu tidak mungkin,” kami saling balas menghina.
Kebersamaan ini sudah lama sekali tidak kami lakukan.
Hari ini aku masih cuti.
Aku keluar flat membawa sekantong
sampah. Berjalan menuruni anak tangga satu-persatu. Atensi mataku terarah ke flat Taeil, di sana tampak sepi. Apa Taeil
tidak ada di dalam? Langkahku kembali memasuki flat.
Ada kejengahan yang aku rasakan sejak makan malam di flatku. Aku tak lagi bertemu Taeyong.
Mungkin dia sibuk dengan jadwal selain syuting, apalagi dia adalah artis muda.
Ingatan saat aku dan Taeyong tertawa bersama mendadak membayangiku. Ada
keinginan untuk melihatnya lagi.
Begitu tersandar, aku langsung menggelengkan kepala
kuat-kuat sambil berkata, “Apa yang sedang aku pikirkan?” Kemudian aku
memutuskan untuk keluar mencari udara segar.
Aku melintasi halte yang biasanya aku tempati untuk
menunggu bus yang biasa aku gunakan untuk berangkat kerja. Tetapi sosok pemuda
yang sedang duduk sendirian berhasil merebut atensi mataku. Orang itu nampak
seperti Taeyong dari kejauhan. Dan sontak saja ada keinginan yang menuntunku
untuk menghampirinya.
Aku menepuk pundaknya seraya berkata, “Hey, apa kau
sudah gila? Ini tempat yang ramai. Bagaimana kalau orang-orang mengenalimu?”
“Wendy, aku tadinya ingin pergi ke flatmu.”
Seirama dengan lantunan kata yang terucap dari bibir Taeyong,
terdapat kumpulan anak berseragam SMA yang akan berangkat sekolah di seberang
jalan. Seorang gadis dari mereka mengenakan tas dengan berbagai tempelan foto
dan stiker bertuliskan nama pemuda yang tengah bersamaku. Gerak bola matanya
tertuju pada Taeyong, seakan ia mengenali artis muda itu. Celakanya, anak itu
membeberkan pada teman-temannya. Tanpa pikir panjang mereka berlari menuju
seberang jalan berbarengan dengan ini ada bus yang melaju menuju halte.
Untung jalanan sedang ramai, maka anak-anak itu
kesusahan untuk menyeberang dan bus itu sudah merapat ke halte. Aku dan Taeyong
yang menyadari bahaya akan anak-anak SMA itu pun segera masuk ke dalam bus. Taeyong
lantas menutupi wajahnya menggunakan kedua tangan. Aku tahu ke mana jurusan bus
ini.
Aku melirik ke arah Taeyong yang sedang berusaha
menutupi mukanya dengan tudung jaket, seketika tawaku meledak.
“Apa yang kau tertawakan?”
Aku hanya menjawabnya dengan gelengan kepala.
Kami turun di daerah pedesaan yang sepi. Matahari mulai
memancarkan teriknya. Di kejauhan aku dapat melihat pantai, sebenarnya aku
memang sengaja turun di sini. Aku mengajak Taeyong ke pantai itu. Kami duduk
menghadap laut dengan batu karang yang memanjakan mata.
“Kau bilang ingin ke flatku, kenapa?”
“Aku ingin menemuimu.”
“Kenapa? Kau butuh bantuan?”
“Hanya ingin melihatmu. Beberapa hari ini aku merasa
penat,” sesuatu berdesir di dadaku tatkala mendengar jawaban Taeyong.
“Sekarang kau sudah melihatku,” jawabku dengan nada
menggoda. “Apakah syutingnya berjalan lancar?”
“Hm, ya,” sahutnya singkat. Taeyong membaringkan tubuh
di atas pasir putih, kedua lengannya menyilang di belakang kepala sebagai
penyangga. Aku hanya tersenyum melihatnya lalu memutuskan untuk membeli minuman
dingin barangkali es kelapa muda yang enak.
Penjual es kelapa muda berada agak jauh dari tempat
awalku bersama Taeyong, butuh sekitar limabelas menit perjalanan bolak-balik.
Aku tak yakin Taeyong masih berada di sana, tapi nyatanya ia masih dalam posisi
terakhir kami bersama.
Kakiku melangkah hati-hati berniat untuk mengejutkan Taeyong,
tapi seketika sirna karna kulihat wajahnya tampak kelelahan. Alhasil,
kuputuskan hanya bergerak diam-diam dan duduk di sampingnya. Kedua mata Taeyong
terpejam, bibirnya terkatup manis, pasti dia sedang bermimpi indah, hehe. Aku
mulai menyeruput es kelapa muda, membiarkan alirannya menyegarkan tenggorokan.
Sesekali aku melirik Taeyong yang terlelap lalu beralih menatap perairan yang
tersaji.
—TBC
0 Response to "All of Sudden #6"
Post a Comment