PG | Romance, friendship, entertainer life, etc | Chapter (8/unknow)
“Memangnya kau mimpi apa? Beritahu aku, Tae.. ayo
beritahu!”
“Bukan apa-apa.”
“Come on! Aku
yakin pasti mimpi yang menggejolakkan, pasti tentang war of hormone dengan gadis itu, iya kan? Aku sempat melihatnya
sekilas dan.. kurasa dia cukup cantik hingga bisa menarik ketertarikanmu pada
seorang wanita. Ah.. betapa—“
“Shut up, Doyoung!”
kemudian Doyoung hanya terkekeh.
Tak banyak hal yang bisa Doyoung
lakukan di negara asing. Paling-paling hanya duduk menonton televisi yang bahkan
tak satupun kata dimengerti. Sesekali ia membuka gorden dan menikmati suasana
padat lalu lintas. Selera Taeyong memang buruk dalam memilih tempat tinggal.
Toh, siapa peduli? Hanya tinggal untuk beberapa waktu saja, itupun tak
sepenuhnya ditinggali karena jadwal Taeyong yang padat. Doyoung sendiri merasa
miris pada kamar yang bisa dibilang acak-acakan ini, setiap hari dibiarkan oleh
penyewanya begitu saja.
Doyoung melempar raga di atas tumpukan bantal. Betapa
jengahnya ia sedari tadi hanya duduk dan memainkan smartphone. Doyoung mengusap wajah kusut layak karpet yang diinjak
berulang kali oleh manusia. Alhasil ia pun menelepon Taeyong.
“Masih lama, ya, syutingmu itu?”
“Hm,
wae[1]? Merindukanku, ya?”
Doyoung menjulurkan lidah jijik. “Besar kepala! Aku bosan
di sini.”
“Kalau
begitu datanglah ke tempat syutingku. Nanti kukirim lewat sms alamatnya.”
“Ok!” seru Doyoung
bersemangat. Akhirnya ada hal yang bisa ia lakukan. Kendati bukan tak mungkin
bila ia menjadi obat nyamuk di sana.
“Taeyong!” seru Doyoung
cukup lantang hingga membuat beberapa orang menoleh padanya. Setengah berlari
ia mendekati Taeyong dan langsung disambut dengan tos seperti biasa.
“Hah! Akhirnya
aku bisa bebas dari kamarmu,” katanya terlalu berlebihan seolah ia baru saja
keluar dari penjara yang selama bertahun-tahun telah menahannya. Taeyong hanya
tersenyum menahan tawa menanggapi kawannya yang sedikit konyol memang.
Doyoung duduk di kursi sebelah Taeyong. Suasana tempat
syuting Taeyong terlihat lebih ramai ketimbang suasana syutingnya beberapa
waktu lalu. Mereka mengobrolkan beberapa cerita, terutama cerita mengenai gadis
sebagai andalan Doyoung.
Tak lama kemudian terdengar suara langkah sepatu yang
mendekat. Perkiraannya sih staff yang
hendak mengecek bagian lain, ternyata ada dua bidadari rupawan yang berdiri di
hadapan kedua pemuda itu. Doyoung melongo melihatnya.
“Joohyun? Wah, sudah lama sekali, ya?”
Gadis bersurai hitam itu tersenyum sumringah. “Iya, ya,
padahal sudah berapa lama kita tak jumpa haha, benar-benar kebetulan yang aneh
hingga membuat kita berkumpul di sini. Mm.. sedang apa di sini?”
“Hanya main. Karena Taeyong ke sini, aku juga harus
pergi untuk menjaganya,” ujar Doyoung seraya mengusap puncak kepala Taeyong
yang langsung ditepis kasar oleh empunya.
Joohyun terkekeh mendengarnya. Doyoung memang tak
pernah berubah, selalu bisa membuat Joohyun tertawa, bahkan hanya dengan
melihat wajah lucu pemuda itu.
“Oh ya, kenalkan ini Wendy, dia temanku. Teman Taeyong
juga,” akhirnya Joohyun memperkenalkan gadis yang berdiri di sisinya setelah
melihat Doyoung yang mengamatinya terus.
“Wendy, dia Doyoung. Teman dekat Taeyong, dia juga dari
Korea.”
“Annyeong haseyo[2],”
ujar Wendy sopan sambil sedikit membungkuk mengikuti adat Korea, mengingat
jikalau tiga orang di hadapannya adalah warga Negeri Gingseng.
“She’s sweet,”
puji Doyoung menggunakan bahasa Inggris. “dan sepertinya aku mengenalimu. Siapa,
ya? Aku yakin sekali kita pernah bertemu sebelumnya,” pikir Doyoung sambil
mengingat-ingat.
“Beach?”
cetus Wendy ketika teringat sesuatu.
Selang sedetik, Doyoung mengacungkan jari telunjuknya.
“Benar juga, kau kan gadis yang mengangkat teleponku itu kan? Ah, ya, ya, ya,
untung saja ada aku kalau tidak bisa-bisa sampai besoknya kalian tinggal di sana.”
Wendy terkekeh. “Pemandangan di sana indah membuat
siapa saja betah.”
“Wendy, jangan terlalu dekat dengan dia! Doyoung itu playboy tahu,” tukas Joohyun tiba-tiba
kemudian tertawa renyah.
“Hey, Joohyun-ah,
aku bukan orang seperti itu tahu!” bela Doyoung yang kemudian ikut tertawa.
—TBC
0 Response to "All of Sudden #8"
Post a Comment