[3.Yuta-Taeil-Ten] Just Move On, Dear!!


A absurd story by aldkalds with cast(s) YutaTaeilTen [NCT] and Nattaya [OC]
genre comedy-romance in chapter. Credit poster: 
Wafer Crush @ Poster Channel


Summary:
Yuta hampir mati karena diputusin Nattaya. Taeil sekarat karena harus mengurus Yuta. Ini kesempatan Ten untuk mendapatkan pujaan hatinya. Nattaya? Hanya Tuhan dan dia yang tahu bagaimana perasaannya.
.
.


Nattaya POV

Jadi gini, gegara Bang Eren nyuruh—atau lebih tepatnya maksa—supaya gue ngehubungin Yuta, yang notabene adalah mantan cowok gue yang super brengsek—tapi ngangenin, menyebabkan hidup gue terasa kacau balau.

Iya, jadi, gue video call sama Yuta.

Dan nyuruh dia dateng ke rumah, ini permintaan Bang Eren.

Syukurnya, dia peka.

Keknya dia liat kehadiran Bang Eren, makanya dia nyari alesan supaya nggak perlu dateng ke rumah.

Setelahnya, gue selalu kebayang muka tampannya yang manis abiz.

Move on, gagal.

Ok, thanks, ya Lord.

Gue sedih gegara gagal move on.


Lo lagi sibuk, ya? Dari tadi gue Line nggak bales. Bales ngapa?
Oh, ya, maap
Gue khilaf, akut.
Kesambet apaan lo?
Kenapa? Mau bawa gue ke dukun?
Ya enggak
Mau gue bawa ke dokter aja
Dokter cinta
Hahaha
Ogeb
Cerita dongggg
Galau
Kenapa? Lo lagi ada masalah sama cowok lo itu?
Kenapa nggak putus sekalian aja?
Biar gantian gue
Yang jagain lo
Gimana?
Udah putus keles
Serius?
Siapa yang mutusin?
Kapan?
Kok gue nggak tau?
Wah, emang brengsek tu cowok
Masa dia mutusin lo?
Gue
Yang mutusin
Ogeb
Sok tau lo
Udah sadar lo?
Paan?
Kalo gue lebih gans daripada dia
Hahaha

Seketika gue merasa jijik terhadap kenarsisannya Ten.

Geblek lo
Laper lo
Lo kali yang laper
Butuh nutrisi
Nutrisi cintaaa
Hahaha


Dan Cuma gue read. Emang pe’a ini cowok satu. Btw, sejak kapan Ten jadi tukang gombal kek gini? Dia mah lebih cocok jadi gembel, wkwkwk.

Gue menghela napas sambil merebahkan diri di kasur. Menatap langit-langit kamar.

Wajah Yuta, yang terlukis di langit-langit.

Hal itu ngebikin gue langsung ngambil HP dan membaca history-chat gue sama dia. Dulu, pas masih jadi ceweknya.

Ya Tuhan, gue kangen.

If I can go back and still be his girlfriend..

Sayang banget, gue udah jadi ex-girlfriendnya aja.

Jadi keinget gimana awal mula bisa deket sama Yuta. Dulu, ada tugas kelompok dan Yuta milih gue buat jadi anggota, nggak tau tuh kenapa. Padahal tiap hari gue sama dia sama sekali nggak omongan kalau ketemu, ibaratnya gue ini kasat mata. Iya, pokoknya gitu deh. Terus, gara-gara tugas itu, gue sering main ke rumah Yuta, ketemu bapaknya, tapi nggak ketemu ibunya. Ohya, setauku Yuta ini korban ayah-ibu-cerai. Dia tinggal sama bapaknya yang nikah sama guru SDnya dan menghasilkan satu buah hati cantik.

Yuta pernah cerita, dulu dia marah sama bapaknya gara-gara pernikahan itu. Dia bener-bener nggak mau ketemu sama calon ibu barunya itu, bahkan di sekolah sekalipun. Ya, kali, dulu dia masih seumur jagung udah harus nanggung beban perasaan cem gitu. Kalo gak salah sih, kelas enam SD, pernikahan itu dilangsungin tanpa persetujuan Yuta. Nggak kebayang gimana perasaan Yuta waktu itu.

Jadi keinget juga pas Yuta curhat masalah ibunya yang tinggal di luar kota. Dia itu pengen banget nemuin ibunya, tapi nggak dikasih izin sama bapaknya. Katanya: nggak usah, nggak penting, kan kamu udah punya mama baru. Padahal waktu itu Yuta masih SMP. Jadinya, semasa SMP, Yuta jadi anak nggak tau aturan. Tapi, kayaknya pas SMA dia udah mulai sadar diri.

Yuta ini nggak pernah bisa fokus sama pelajaran. Tiap hari dia Cuma bawa satu buku dan bolpoinnya minjem temen. Selalu nggak ngerjain pr, katanya: nggak penting. Dia selalu tidur di kelas, sering banget sampe ditegur guru, tapi dia cuek, katanya: capek. Semua orang pasti capeklah.

“Tiap hari aku harus latian karate, push up seratus kali, sit up juga sama, belum lari kelilingnya. Kebayang nggak gimana capeknya aku?” Kata Yuta tiap kali aku nyindir atau tanya ke dia tentang kenapa dia selalu tidur di kelas.

Waktu itu aku belum bisa memaklumi dia, pasalnya aku nggak pernah ngerasain, haha. Tapi sekarang aku tau karena aku juga ikut latian taekwondo di sekolah sebagai ekskul di SMA. Btw, Yuta nggak satu SMA denganku. Gara-gara dia fokus sama karate aja, nilai ujiannya jelek dan bisanya masuk di SMA yang tiga tingkat lebih rendah daripada SMAku. Dulu dia pernah bilang gini: “Natt, SMA sama aku aja, yuk biar bisa bareng terus.” Tapi aku nggak mau, nggak tau tuh kenapa.

Pas kuliah, kita ketemu lagi. Jodoh kali ya, hehe, tapi beda jurusan. Nggak berapa lama kuliah, akhirnya dia nembak aku. Singkat kok nembaknya, nggak alay banget.

“Natt, aku pengen kamu jadi pacar aku, mau?”

Aku Cuma melongo karena nggak percaya. Waktu itu kita lagi jalan-jalan bareng tiga anak lain di Car free day dan tiba-tiba dia ngomong kayak gitu di depan anak-anak, gimana aku nggak syok? Kemudian aku membuat diriku senyaman mungkin dan tetap berjalan terus. Aku dan Yuta jalan berdampingan sedangkan ketiga temanku memilih memperlambat langkah dan tertinggal di belakang, sepertinya mereka ingin memberiku waktu berdua dengan Yuta.

“Kan belum boleh,” kataku. Entah kenapa waktu itu, ucapanku meluncur sangat mulus dan di dada terasa sangat santai.

“Kata siapa?”

“Kata Ayah,” jawabku jujur. Sebab, ayahku membolehkanku pacaran setelah lulus kuliah atau sewaktu sudah kerja saja.

“Apa aku harus minta izin ke Ayah kamu dulu?”

“Eh?”

“Kapan bisa ketemu ayah?”

“Ayah aku?”

“Iyalah.”

“Kita temenan aja.”

“Aku nggamau.”

“Kenapa?” tanyaku sembari menelengkan kepala untuk melihat raut wajah Yuta.

“Kan aku pengen jadi pacar kamu.”

“…”

“Aku kasih waktu deh. Terserah kamu mau jawab kapan, asal perasaanku jangan digantung, bukan jemuran.”

Kemudian aku mengangguk.

Ketika pulang dan tiba di rumah, aku langsung masuk ke kamar dan merebahkan diri di atas kasur. Asli, pikiranku kacau. Baru kali pertama ini ada cowok yang memintaku menjadi pacarnya. Aslinya sih, ada kok yang suka sama aku selain Yuta, tapi mereka nggak pernah minta aku jadi pacarnya. Mentoknya sih, mereka Cuma bilang suka atau sayang ke aku, udah gitu aja. Tapi kali ini beda dan membuatku bingung. Juga merasa bersalah karena tidak menjawab Yuta langsung.

Kuraih HPku dan membaca isi chat sama si Yuta. Kemudian aku merasa, seharusnya aku nerima dia aja. Tapi aku bingung! Aku harus gimana? Akhirnya aku menulis pesan untuk Yuta.


Yuta, lagi apa?
Nggak ngapa-ngapain. Kangen, ya?
Pede banget
Terus kenapa? Bela-belain ngehubungin aku segala
Pengen ngasih tau
Apa?
Aku mau
Mau apa?
Yang tadi
Tadi apa?
Ya udah, nggak jadi
Kok gitu?
Abisnya kamu rese
Iya, maaf
Gimana? Mau?
Mau apa?
Mau jadi pacar aku kan?
Maksa, ya?
Enggak
Kan tadi udah dijawab
Yang mana?
Yang awal-awal
Kamu mau?
Iya
Kamu nerima aku?
Iya
Seriusan?
Iya
Beneran?
Nggak jadi deh
Kok?
Bercandaaaaa
Ooh, hehe. berarti kita udah resmi jadian yaa
Iya
Aku seneng
Kenapa?
Soalnya kamu jawab sekarang.
Kan aku nggak perlu nunggu sampe deg-degan hampir mati, haha


Yuta, aku jadi rindu.


.tbc 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "[3.Yuta-Taeil-Ten] Just Move On, Dear!!"

Post a Comment