A absurd story by aldkalds with cast(s) Yuta, Taeil, Ten [NCT] and Nattaya [OC]
genre comedy-romance in chapter. Credit poster: Wafer Crush @ Poster Channel
genre comedy-romance in chapter. Credit poster: Wafer Crush @ Poster Channel
Summary:
Yuta hampir mati karena diputusin Nattaya. Taeil sekarat karena harus mengurus Yuta. Ini kesempatan Ten untuk mendapatkan pujaan hatinya. Nattaya? Hanya Tuhan dan dia yang tahu bagaimana perasaannya.
.
.
Nattaya POV
Jadi
gini, gegara Bang Eren nyuruh—atau lebih tepatnya maksa—supaya gue ngehubungin Yuta, yang notabene adalah mantan
cowok gue yang super brengsek—tapi ngangenin, menyebabkan hidup gue terasa
kacau balau.
Iya, jadi,
gue video call sama Yuta.
Dan nyuruh
dia dateng ke rumah, ini permintaan Bang Eren.
Syukurnya,
dia peka.
Keknya dia
liat kehadiran Bang Eren, makanya dia nyari alesan supaya nggak perlu dateng ke
rumah.
Setelahnya,
gue selalu kebayang muka tampannya yang manis abiz.
Move on,
gagal.
Ok, thanks,
ya Lord.
Gue sedih
gegara gagal move on.
Lo lagi sibuk, ya? Dari tadi gue
Line nggak bales. Bales ngapa?
Oh, ya, maap
Gue khilaf, akut.
Kesambet apaan lo?
Kenapa? Mau bawa gue
ke dukun?
Ya enggak
Mau gue bawa ke dokter aja
Dokter cinta
Hahaha
Ogeb
Cerita dongggg
Galau
Kenapa? Lo lagi ada masalah sama
cowok lo itu?
Kenapa nggak putus sekalian aja?
Biar gantian gue
Yang jagain lo
Gimana?
Udah putus keles
Serius?
Siapa yang mutusin?
Kapan?
Kok gue nggak tau?
Wah, emang brengsek tu cowok
Masa dia mutusin lo?
Gue
Yang mutusin
Ogeb
Sok tau lo
Udah sadar lo?
Paan?
Kalo gue lebih gans daripada dia
Hahaha
Seketika
gue merasa jijik terhadap kenarsisannya Ten.
Geblek lo
Laper lo
Lo kali yang laper
Butuh nutrisi
Nutrisi cintaaa
Hahaha
Dan Cuma
gue read. Emang pe’a ini cowok satu.
Btw, sejak kapan Ten jadi tukang gombal kek gini? Dia mah lebih cocok jadi
gembel, wkwkwk.
Gue
menghela napas sambil merebahkan diri di kasur. Menatap langit-langit kamar.
Wajah Yuta,
yang terlukis di langit-langit.
Hal itu
ngebikin gue langsung ngambil HP dan membaca history-chat gue sama dia. Dulu, pas masih jadi ceweknya.
Ya Tuhan,
gue kangen.
If I can go back and still be his
girlfriend..
Sayang
banget, gue udah jadi ex-girlfriendnya
aja.
Jadi
keinget gimana awal mula bisa deket sama Yuta. Dulu, ada tugas kelompok dan
Yuta milih gue buat jadi anggota, nggak tau tuh kenapa. Padahal tiap hari gue
sama dia sama sekali nggak omongan kalau ketemu, ibaratnya gue ini kasat mata.
Iya, pokoknya gitu deh. Terus, gara-gara tugas itu, gue sering main ke rumah
Yuta, ketemu bapaknya, tapi nggak ketemu ibunya. Ohya, setauku Yuta ini korban
ayah-ibu-cerai. Dia tinggal sama bapaknya yang nikah sama guru SDnya dan
menghasilkan satu buah hati cantik.
Yuta pernah
cerita, dulu dia marah sama bapaknya gara-gara pernikahan itu. Dia bener-bener
nggak mau ketemu sama calon ibu barunya itu, bahkan di sekolah sekalipun. Ya,
kali, dulu dia masih seumur jagung udah harus nanggung beban perasaan cem gitu.
Kalo gak salah sih, kelas enam SD, pernikahan itu dilangsungin tanpa
persetujuan Yuta. Nggak kebayang gimana perasaan Yuta waktu itu.
Jadi
keinget juga pas Yuta curhat masalah ibunya yang tinggal di luar kota. Dia itu
pengen banget nemuin ibunya, tapi nggak dikasih izin sama bapaknya. Katanya: nggak usah, nggak penting, kan kamu udah punya mama baru. Padahal
waktu itu Yuta masih SMP. Jadinya, semasa SMP, Yuta jadi anak nggak tau aturan.
Tapi, kayaknya pas SMA dia udah mulai sadar diri.
Yuta ini
nggak pernah bisa fokus sama pelajaran. Tiap hari dia Cuma bawa satu buku dan
bolpoinnya minjem temen. Selalu nggak ngerjain pr, katanya: nggak penting. Dia
selalu tidur di kelas, sering banget sampe ditegur guru, tapi dia cuek,
katanya: capek. Semua orang pasti capeklah.
“Tiap hari
aku harus latian karate, push up seratus kali, sit up juga sama, belum lari
kelilingnya. Kebayang nggak gimana capeknya aku?” Kata Yuta tiap kali aku
nyindir atau tanya ke dia tentang kenapa dia selalu tidur di kelas.
Waktu itu
aku belum bisa memaklumi dia, pasalnya aku nggak pernah ngerasain, haha. Tapi
sekarang aku tau karena aku juga ikut latian taekwondo di sekolah sebagai
ekskul di SMA. Btw, Yuta nggak satu SMA denganku. Gara-gara dia fokus sama
karate aja, nilai ujiannya jelek dan bisanya masuk di SMA yang tiga tingkat
lebih rendah daripada SMAku. Dulu dia pernah bilang gini: “Natt, SMA sama aku
aja, yuk biar bisa bareng terus.” Tapi aku nggak mau, nggak tau tuh kenapa.
Pas kuliah,
kita ketemu lagi. Jodoh kali ya, hehe, tapi beda jurusan. Nggak berapa lama
kuliah, akhirnya dia nembak aku. Singkat kok nembaknya, nggak alay banget.
“Natt, aku
pengen kamu jadi pacar aku, mau?”
Aku Cuma
melongo karena nggak percaya. Waktu itu kita lagi jalan-jalan bareng tiga anak
lain di Car free day dan tiba-tiba
dia ngomong kayak gitu di depan anak-anak, gimana aku nggak syok? Kemudian aku
membuat diriku senyaman mungkin dan tetap berjalan terus. Aku dan Yuta jalan
berdampingan sedangkan ketiga temanku memilih memperlambat langkah dan
tertinggal di belakang, sepertinya mereka ingin memberiku waktu berdua dengan
Yuta.
“Kan belum
boleh,” kataku. Entah kenapa waktu itu, ucapanku meluncur sangat mulus dan di
dada terasa sangat santai.
“Kata
siapa?”
“Kata
Ayah,” jawabku jujur. Sebab, ayahku membolehkanku pacaran setelah lulus kuliah
atau sewaktu sudah kerja saja.
“Apa aku
harus minta izin ke Ayah kamu dulu?”
“Eh?”
“Kapan bisa
ketemu ayah?”
“Ayah aku?”
“Iyalah.”
“Kita
temenan aja.”
“Aku
nggamau.”
“Kenapa?”
tanyaku sembari menelengkan kepala untuk melihat raut wajah Yuta.
“Kan aku
pengen jadi pacar kamu.”
“…”
“Aku kasih
waktu deh. Terserah kamu mau jawab kapan, asal perasaanku jangan digantung,
bukan jemuran.”
Kemudian
aku mengangguk.
Ketika
pulang dan tiba di rumah, aku langsung masuk ke kamar dan merebahkan diri di
atas kasur. Asli, pikiranku kacau. Baru kali pertama ini ada cowok yang
memintaku menjadi pacarnya. Aslinya sih, ada kok yang suka sama aku selain
Yuta, tapi mereka nggak pernah minta aku jadi pacarnya. Mentoknya sih, mereka Cuma
bilang suka atau sayang ke aku, udah gitu aja. Tapi kali ini beda dan membuatku
bingung. Juga merasa bersalah karena tidak menjawab Yuta langsung.
Kuraih HPku
dan membaca isi chat sama si Yuta.
Kemudian aku merasa, seharusnya aku nerima dia aja. Tapi aku bingung! Aku harus
gimana? Akhirnya aku menulis pesan untuk Yuta.
Yuta, lagi apa?
Nggak ngapa-ngapain. Kangen, ya?
Pede banget
Terus kenapa? Bela-belain
ngehubungin aku segala
Pengen ngasih tau
Apa?
Aku mau
Mau apa?
Yang tadi
Tadi apa?
Ya udah, nggak jadi
Kok gitu?
Abisnya kamu rese
Iya, maaf
Gimana? Mau?
Mau apa?
Mau jadi pacar aku kan?
Maksa, ya?
Enggak
Kan tadi udah dijawab
Yang mana?
Yang awal-awal
Kamu mau?
Iya
Kamu nerima aku?
Iya
Seriusan?
Iya
Beneran?
Nggak jadi deh
Kok?
Bercandaaaaa
Ooh, hehe. berarti kita udah resmi
jadian yaa
Iya
Aku seneng
Kenapa?
Soalnya kamu jawab sekarang.
Kan aku nggak perlu nunggu sampe
deg-degan hampir mati, haha
Yuta, aku
jadi rindu.
.tbc
0 Response to "[3.Yuta-Taeil-Ten] Just Move On, Dear!!"
Post a Comment