I'm Not Her! [3]


Kai, D.O [EXO] and Songhee, Songmin [OC]
Romance, school life, friendship, friendzone | PG | Chapter
Poster by Auxcirbe @KoreanGallery | Aldkalds
©2016

Kai menatap punggung Songhee yang kian memudar dari penglihatannya. Bodoh? Memang. Bukan ini yang ia inginkan tapi semuanya terjadi begitu saja. Tak henti-hentinya ia merutuki diri. Tapi tetap saja tak bisa membuat hatinya membaik justru membuatnya tambah gila.
Kai memutar tubuhnya. Kerumunan siswa-siswi sudah berada dihadapannya.

“Sunbae! Katakan padaku, yang memulai ciuman itu adalah Songhee kan?”

Kai menatap siswi itu. Dia adalah salah satu dari banyaknya siswi yang mengaguminya. Tapi Hyeki berbeda. Dia cenderung menyukai Kai sebagai lelaki yang diharapkan suatu saat akan menjadi miliknya.

“Mian, Hyeki-ya.”

Hyeki menatap Kai tak percaya, “Apa ini? Tipuanmu? Sunbae, katakan padaku apa yang terjadi!”

“Sunbae! Sunbae!” Hyeki berlari mengejar Kai yang malah meninggalkannya.

***

“Hey, kenapa kau menangis?”

Songhee mengangkat kepalanya sedikit. Tubuh Kyungsoo menjulang bila dilihat dari bawah.

“Kau kenapa?” Tanya Kyungsoo lagi. Namun Songhee tak juga menjawab. Jadi ia memilih untuk berjongkok menjajari gadis itu.

“Sekarang apalagi? Kau memukul siswi lagi atau-”

“Dia menciumku... di depan orang-orang.”

“Siapa—Kai?”

Songhee mengangguk lemah.

“Seharusnya kau senang kan?”

“Senang apanya! Aku malu tahu!”

“Oh, kau juga bisa malu ya?”

“Aku kan juga manusia!” kata Songhee sambil mengusap air matanya kemudian berdiri, berjalan mendekati pagar rooftop.

“Hm-hm,” gumam Kyungsoo.

Songhee membelakangi Kyungsoo, menatap langit. Aku ingin bebas.

Kyungsoo yang melihat Songhee merasa iba. Meskipun tak melihat bagaimana ekspresinya saat ini, Kyungsoo tahu, pasti gadis itu sedang merasa putus asa. Kemudian ia tersenyum dan langsung melingkarkan lengan di bahu Songhee.

“Bolos, yuk!”

“Lagi?” Songhee tak percaya, cowok itu bisa mengajaknya bolos dengan sangat santai begini.

“Sumpek di sekolah.”

“Kalo gitu, mending nggak usah sekolah. Kasian ortu lo yang nyari duit.”

“Pengennya sih gitu, tapi dipaksa sekolah. Gimana dong?” Kyungsoo membuat ekspresi lucu di wajahnya: mengerutkan dahi, memanyunkan bibir, dan membuat wajah memelas.

“Lo nggak takut dihukum?”

“Mau ikut nggak nih?” tanya Kyungsoo sambil menarik tubuh Songhee ke rangkulannya.

“Tapi kan..”

“Daripada lo dimangsa sama fans maniak Kai?”

Ok, ini semacam sindiran atau hinaan?

Dan sudah terjawablah tawaran Kyungsoo dengan mereka yang melompat ke atap gedung sebelah, menuruni gedung dengan merayap ke jendela satu ke yang lain, hingga menginjakkan kaki di aspal.

“Tiap males sekolah, lo selalu begini?” tanya Songhee yang nampak kelelahan.

“Nggak sih, tapi karena lo, kita terpaksa lewat area bahaya gini.”

“Biasanya lewat mana?”

“Gerbanglah.”

“Hah? Lah, tau gitu, kita lewat gerbang aja!”

“Dan ngebiarin anak-anak ngeliatin lo dengan ‘mata mengintimidasi’, atau yang lebih parah nih ya, ada anak yang langsung narik lo, dibawa ke toilet, dan disiksa di sana?”

Songhee bergidik. Kyungsoo ada benernya juga.

“Nah, kita mau ke mana?”

**

Sementara itu, adegan Kai yang mencium Songhee sudah beredar hampir sepenjuru sekolah. Mungkin ada beberapa guru yang juga mendengar, namun ya begitulah, mereka mana percaya Kai yang ketua OSIS bisa melakukan hal itu? Selama ini Kai terkenal baik, ramah, dan tak suka cari masalah. Jadi, semua guru yakin ini hanyalah rumor.

Songmin duduk di sudut perpustakaan sembari menutupi wajahnya dengan buku. Tidak, dia tak sedang membaca. Songmin sedang bersembunyi. Selama ini orang-orang berpikir bahwa Kai menyukainya, tapi kenyataannya adalah.. Kai mencium adiknya.

Apa selama ini Kai hanya memanfaatkanku?

Songmin tak habis pikir, seorang Kai yang sangat ia hormati dan sangat ia kagumi melakukan hal demikian?

“Hei, Song.”

Songmin sedikit menurunkan bukunya. Melihat siapa gerangan, ia pun tersenyum. Senyum getir yang tak bisa disembunyikan.

“Apa kau lihat adikmu?” tanya pemuda berkulit tan seraya menarik kursi dan duduk.

Songmin menggeleng. “Sejak tadi aku ada di sini, aku tak melihatnya. Apa ada masalah?”

“Aku harus menemukannya.”

“Memangnya ada apa?” tanya Songmin menuntut mendapat penjelasan.

Kai tersenyum seraya beranjak, “Lebih baik kau lanjutkan membacanya. Aku pergi dulu, nanti aku kembali.”

Songmin membeku. Matanya menatap punggung Kai. Sebenarnya ia hanya ingin satu jawaban dari: kenapa kau menyium Songhee?

Songmin meletakkan buku di atas meja. Mulai merenungkan apa yang sedang terjadi.

**

“Thanks udah nemenin seharian.” Songhee berujar dengan mata berbinar seraya menepuk bahu Kyungsoo beberapa kali. Ia tersenyum lebar sekali, berkebalikan dengan suasana hatinya yang murung tadi pagi.

“Tapi ini nggak gratis, kapan-kapan lo harus bayar.”

“Alah, itungan banget sih lo sama temen sendiri?”

“Sejak kapan kita jadi temen?”

Entahlah, Songhee tak tahu apakah pemuda itu sedang bercanda atau serius. Ia tak bisa mendefinisikan lewat raut wajah maupun pancaran mata Kyungsoo yang gelap.

Kyungsoo ini.. dia selalu terlihat dingin bahkan sorot matanya tampak kosong.

“Ah sudahlah, mau pulang dulu, ati-ati di jalan, ya.” Tanpa menunggu reaksi Kyungsoo, Songhee buru-buru berlari menyusuri trotoar supaya tak ketinggalan bus terakhir. Hari sudah hampir gelap, arlojinya menunjukkan pukul 17.30, yang berarti kalau ia ketinggalan bus, terpaksa ia harus naik taksi yang biayanya lebih mahal.

Songhee duduk di bangku paling belakang dekat jendela. kedua lubang telinganya tersumpal earphone putih yang mengalunkan lagu-lagu pop favoritnya. Jemarinya sesekali menari mengikuti alunan musik, serta bibirnya tak henti-henti mengulum senyum sejak meninggalkan Kyungsoo.

Ah, hari ini sungguh fantastis! Kyungsoo menemaninya seharian. Mereka berwisata ke tempat-tempat ramai yang pastinya menyenangkan. Bahkan Kyungsoo mentraktir Songhee makanan enak, ice cream, dan mereka bermain bersama di timezone. Ini pertama kalinya Songhee menghabiskan waktu bersama orang yang ukurannya masih asing baginya, namun cukup menyenangkan. Oh ya, bahkan Kyungsoo juga menemaninya kembali ke sekolah untuk mengambil tas dan segala peralatan yang tertinggal di kelas.

Cowok itu benar-benar luar biasa dibalik wajah dinginnya.

Eh, tunggu dulu, apa barusan Songhee memuja cowok itu? haha, jangan bercanda deh!

Tiba di depan gerbang rumah, Songhee baru sadar orangtuanya bisa saja marah atas apa yang ia lakukan hari ini. Oh iya, apa berita kissing itu sudah didengar mama dan papanya? Gawat! Mendadak untuk menginjakkan kaki ke rumah rasanya akan sangat mengerikan. Apa lebih baik hari ini ia menginap di rumah temannya? Tapi siapa? Apa mereka masih menerima Songhee setelah adegan kissing itu? ya Tuhan, bagaimana ini?

Sepatu putih Songhee ingin sekali melangkah masuk namu ia urungkan. Tangannya yang sudah menggenggam pagar besi mendadak ia tarik dari sana. Lebih baik ia menginap ke rumah.. siapa ya?

**

“Hee-ya! Tumben banget kamu ke sini malem-malem begini?” sambut Rein ketika Songhee barusan menginjakkan kaki di rumah kawannya itu.

“Ah, aku malas pulang, aku nginep di rumahmu dulu ya? satu hari aja, ok?”

“Bisa sih, tapi hari ini kakakku pulang, rumah bakal rame, gapapa?”

Songhee menimbang-nimbang. “Okelah, gapapa. Aku bakal diem di kamar aja, tidur dan melakukan apapun yang kumau. Kamu nggak perlu khawatir Rein, aku ngga akan bikin kekacauan.”

“Bukan gitu, tapi yasudahlah. Mandi dulu sana, baru tidur!” suruh Rein seraya melempar beberapa lembar pakaian lengkap dengan dalamannya.

Rein adalah sahabat Songhee, tapi mereka tak satu SMA. Mereka hanya teman masa kecil yang masih berhubungan. Songhee sangat suka dengan Rein. Sebab gadis itu sama sepertinya. Dia tomboy, melebihi Songhee malah. Yah, walaupun Rein tak senakal Songhee. Dia gadis baik yang hanya berbohong atau membangkang saat kepepet.

Ah, jadi ini masalahnya.

Selesai mandi dan merapikan diri, terdengar suara gaduh dari bawah. Pasti kakaknya Rein sudah datang dan mereka sedang memberi penyambutan. Ah, sungguh berisik sekali. Bahkan rasanya terlalu berisik sampai tak bisa tidur.

-tbc 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "I'm Not Her! [3]"

Post a Comment