Kai, D.O
[EXO] and Songhee, Songmin [OC]
Romance, school life, friendship, friendzone | PG | Chapter
Poster by Auxcirbe @KoreanGallery | Aldkalds©2016
Romance, school life, friendship, friendzone | PG | Chapter
Poster by Auxcirbe @KoreanGallery | Aldkalds©2016
Kai menatap
punggung Songhee yang kian memudar dari penglihatannya. Bodoh? Memang. Bukan
ini yang ia inginkan tapi semuanya terjadi begitu saja. Tak henti-hentinya ia
merutuki diri. Tapi tetap saja tak bisa membuat hatinya membaik justru
membuatnya tambah gila.
Kai memutar
tubuhnya. Kerumunan siswa-siswi sudah berada dihadapannya.
“Sunbae! Katakan
padaku, yang memulai ciuman itu adalah Songhee kan?”
Kai menatap siswi
itu. Dia adalah salah satu dari banyaknya siswi yang mengaguminya. Tapi Hyeki
berbeda. Dia cenderung menyukai Kai sebagai lelaki yang diharapkan suatu saat
akan menjadi miliknya.
“Mian, Hyeki-ya.”
Hyeki menatap Kai
tak percaya, “Apa ini? Tipuanmu? Sunbae, katakan padaku apa yang terjadi!”
“Sunbae! Sunbae!”
Hyeki berlari mengejar Kai yang malah meninggalkannya.
***
“Hey, kenapa kau
menangis?”
Songhee mengangkat
kepalanya sedikit. Tubuh Kyungsoo menjulang bila dilihat dari bawah.
“Kau kenapa?”
Tanya Kyungsoo lagi. Namun Songhee tak juga menjawab. Jadi ia memilih untuk
berjongkok menjajari gadis itu.
“Sekarang apalagi?
Kau memukul siswi lagi atau-”
“Dia menciumku...
di depan orang-orang.”
“Siapa—Kai?”
Songhee mengangguk
lemah.
“Seharusnya kau
senang kan?”
“Senang apanya!
Aku malu tahu!”
“Oh, kau juga bisa
malu ya?”
“Aku kan juga
manusia!” kata Songhee sambil mengusap air matanya kemudian berdiri, berjalan
mendekati pagar rooftop.
“Hm-hm,” gumam
Kyungsoo.
Songhee membelakangi
Kyungsoo, menatap langit. Aku ingin bebas.
Kyungsoo yang
melihat Songhee merasa iba. Meskipun tak melihat bagaimana ekspresinya saat
ini, Kyungsoo tahu, pasti gadis itu sedang merasa putus asa. Kemudian ia
tersenyum dan langsung melingkarkan lengan di bahu Songhee.
“Bolos, yuk!”
“Lagi?” Songhee
tak percaya, cowok itu bisa mengajaknya bolos dengan sangat santai begini.
“Sumpek di
sekolah.”
“Kalo gitu,
mending nggak usah sekolah. Kasian ortu lo yang nyari duit.”
“Pengennya sih
gitu, tapi dipaksa sekolah. Gimana dong?” Kyungsoo membuat ekspresi lucu di
wajahnya: mengerutkan dahi, memanyunkan bibir, dan membuat wajah memelas.
“Lo nggak takut
dihukum?”
“Mau ikut nggak
nih?” tanya Kyungsoo sambil menarik tubuh Songhee ke rangkulannya.
“Tapi kan..”
“Daripada lo
dimangsa sama fans maniak Kai?”
Ok, ini semacam
sindiran atau hinaan?
Dan sudah
terjawablah tawaran Kyungsoo dengan mereka yang melompat ke atap gedung
sebelah, menuruni gedung dengan merayap ke jendela satu ke yang lain, hingga
menginjakkan kaki di aspal.
“Tiap males
sekolah, lo selalu begini?” tanya Songhee yang nampak kelelahan.
“Nggak sih, tapi
karena lo, kita terpaksa lewat area bahaya gini.”
“Biasanya lewat
mana?”
“Gerbanglah.”
“Hah? Lah, tau
gitu, kita lewat gerbang aja!”
“Dan ngebiarin
anak-anak ngeliatin lo dengan ‘mata mengintimidasi’, atau yang lebih parah nih
ya, ada anak yang langsung narik lo, dibawa ke toilet, dan disiksa di sana?”
Songhee bergidik.
Kyungsoo ada benernya juga.
“Nah, kita mau ke
mana?”
**
Sementara itu,
adegan Kai yang mencium Songhee sudah beredar hampir sepenjuru sekolah. Mungkin
ada beberapa guru yang juga mendengar, namun ya begitulah, mereka mana percaya
Kai yang ketua OSIS bisa melakukan hal itu? Selama ini Kai terkenal baik,
ramah, dan tak suka cari masalah. Jadi, semua guru yakin ini hanyalah rumor.
Songmin duduk di
sudut perpustakaan sembari menutupi wajahnya dengan buku. Tidak, dia tak sedang
membaca. Songmin sedang bersembunyi. Selama ini orang-orang berpikir bahwa Kai
menyukainya, tapi kenyataannya adalah.. Kai mencium adiknya.
Apa selama ini Kai
hanya memanfaatkanku?
Songmin tak habis
pikir, seorang Kai yang sangat ia hormati dan sangat ia kagumi melakukan hal
demikian?
“Hei, Song.”
Songmin sedikit
menurunkan bukunya. Melihat siapa gerangan, ia pun tersenyum. Senyum getir yang
tak bisa disembunyikan.
“Apa kau lihat
adikmu?” tanya pemuda berkulit tan seraya menarik kursi dan duduk.
Songmin
menggeleng. “Sejak tadi aku ada di sini, aku tak melihatnya. Apa ada masalah?”
“Aku harus menemukannya.”
“Memangnya ada
apa?” tanya Songmin menuntut mendapat penjelasan.
Kai tersenyum
seraya beranjak, “Lebih baik kau lanjutkan membacanya. Aku pergi dulu, nanti
aku kembali.”
Songmin membeku.
Matanya menatap punggung Kai. Sebenarnya ia hanya ingin satu jawaban dari:
kenapa kau menyium Songhee?
Songmin meletakkan
buku di atas meja. Mulai merenungkan apa yang sedang terjadi.
**
“Thanks udah
nemenin seharian.” Songhee berujar dengan mata berbinar seraya menepuk bahu
Kyungsoo beberapa kali. Ia tersenyum lebar sekali, berkebalikan dengan suasana
hatinya yang murung tadi pagi.
“Tapi ini nggak
gratis, kapan-kapan lo harus bayar.”
“Alah, itungan
banget sih lo sama temen sendiri?”
“Sejak kapan kita
jadi temen?”
Entahlah, Songhee
tak tahu apakah pemuda itu sedang bercanda atau serius. Ia tak bisa
mendefinisikan lewat raut wajah maupun pancaran mata Kyungsoo yang gelap.
Kyungsoo ini.. dia
selalu terlihat dingin bahkan sorot matanya tampak kosong.
“Ah sudahlah, mau
pulang dulu, ati-ati di jalan, ya.” Tanpa menunggu reaksi Kyungsoo, Songhee
buru-buru berlari menyusuri trotoar supaya tak ketinggalan bus terakhir. Hari
sudah hampir gelap, arlojinya menunjukkan pukul 17.30, yang berarti kalau ia
ketinggalan bus, terpaksa ia harus naik taksi yang biayanya lebih mahal.
Songhee duduk di
bangku paling belakang dekat jendela. kedua lubang telinganya tersumpal
earphone putih yang mengalunkan lagu-lagu pop favoritnya. Jemarinya sesekali
menari mengikuti alunan musik, serta bibirnya tak henti-henti mengulum senyum
sejak meninggalkan Kyungsoo.
Ah, hari ini
sungguh fantastis! Kyungsoo menemaninya seharian. Mereka berwisata ke
tempat-tempat ramai yang pastinya menyenangkan. Bahkan Kyungsoo mentraktir
Songhee makanan enak, ice cream, dan mereka bermain bersama di timezone. Ini
pertama kalinya Songhee menghabiskan waktu bersama orang yang ukurannya masih
asing baginya, namun cukup menyenangkan. Oh ya, bahkan Kyungsoo juga
menemaninya kembali ke sekolah untuk mengambil tas dan segala peralatan yang
tertinggal di kelas.
Cowok itu
benar-benar luar biasa dibalik wajah dinginnya.
Eh, tunggu dulu,
apa barusan Songhee memuja cowok itu? haha, jangan bercanda deh!
Tiba di depan
gerbang rumah, Songhee baru sadar orangtuanya bisa saja marah atas apa yang ia
lakukan hari ini. Oh iya, apa berita kissing itu sudah didengar mama dan
papanya? Gawat! Mendadak untuk menginjakkan kaki ke rumah rasanya akan sangat
mengerikan. Apa lebih baik hari ini ia menginap di rumah temannya? Tapi siapa?
Apa mereka masih menerima Songhee setelah adegan kissing itu? ya Tuhan,
bagaimana ini?
Sepatu putih
Songhee ingin sekali melangkah masuk namu ia urungkan. Tangannya yang sudah
menggenggam pagar besi mendadak ia tarik dari sana. Lebih baik ia menginap ke
rumah.. siapa ya?
**
“Hee-ya! Tumben
banget kamu ke sini malem-malem begini?” sambut Rein ketika Songhee barusan
menginjakkan kaki di rumah kawannya itu.
“Ah, aku malas
pulang, aku nginep di rumahmu dulu ya? satu hari aja, ok?”
“Bisa sih, tapi
hari ini kakakku pulang, rumah bakal rame, gapapa?”
Songhee
menimbang-nimbang. “Okelah, gapapa. Aku bakal diem di kamar aja, tidur dan
melakukan apapun yang kumau. Kamu nggak perlu khawatir Rein, aku ngga akan
bikin kekacauan.”
“Bukan gitu, tapi
yasudahlah. Mandi dulu sana, baru tidur!” suruh Rein seraya melempar beberapa
lembar pakaian lengkap dengan dalamannya.
Rein adalah
sahabat Songhee, tapi mereka tak satu SMA. Mereka hanya teman masa kecil yang
masih berhubungan. Songhee sangat suka dengan Rein. Sebab gadis itu sama
sepertinya. Dia tomboy, melebihi Songhee malah. Yah, walaupun Rein tak senakal
Songhee. Dia gadis baik yang hanya berbohong atau membangkang saat kepepet.
Ah, jadi ini
masalahnya.
Selesai mandi dan
merapikan diri, terdengar suara gaduh dari bawah. Pasti kakaknya Rein sudah
datang dan mereka sedang memberi penyambutan. Ah, sungguh berisik sekali.
Bahkan rasanya terlalu berisik sampai tak bisa tidur.
0 Response to "I'm Not Her! [3]"
Post a Comment